Seungkwan berdecak keras ketika Hansol tak henti - hentinya membuntuti layaknya penguntit, hanya saja Hansol secara terang - terangan terus menerus meminta maaf dan memohon agar Seungkwan mau pergi keluar kota bersamanya lusa.
Sekarang seperti ini, adiknya sejak kemarin malam belum ada kabar dan ia akan lepas tanggung jawab begitu saja? Seungkwan tahu Wonwoo adalah orang yang cerdik menyembunyikan permasalahan dari kedua orangtua mereka. Tetapi, membiarkan Wonwoo lebih jauh hidup di luar akan semakin memperburuk keadaan. Lagipula, ia sudah dapat perkiraan Wonwoo ada dimana.
Di lain pikiran, Hansol tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini. Jika Seungkwan menolak tugas luar kota lusa besok, pastinya partner Hansol akan diganti.
"Wes to, Sol. Aku ini ada perlu lusa besok,"
Hansol dengan bodoh menghalangi jalan Seungkwan agar pria itu tidak pergi lebih jauh lagi, "Gimana kalau aku bantu? Kita selesaikan sekarang, jadi lusa kamu dah ndak ada keperluan lagi."
Seungkwan berhenti berjalan, ia menoleh ke Hansol, mengangkat salah satu alisnya—boleh juga nih, Hansol. Lagipula hari udah sore, nyetir sendiri pasti capek, itung - itung sopir gratis deh. "Oke,"
Wajah Hansol berubah sumringah.
Pria yang lebih gembul melempar kunci mobil, segera ia berlalu memasuki mobil.
"Kwan, kita harus pesen hotel dulu kalau mau keliling hotel leluasa. Ndak mau aku tiba - tiba ditangkep sekuriti,"
Seungkwan gereget banget sama Hansol, ceriwis sih lelaki itu sejak Seungkwan akhirnya menceritakan tujuan ia kemari dan permasalahan jika adiknya tidak mengabari sejak kemarin. Dari mulai turun dari mobil sampai sekarang di depan resepsionis, Hansol terus saja merengek agar Seungkwan tidak gila menanyakan data tamu secara terang - terangan, "Diem kenapa, Sol."
"Seungkwan, pihak hotel ndak bakal ngasih tau nomor kamar adik kamu itu karena itu privasi tamu, kecuali kalian mau ketemuan di sini. Statusmu kan lagi jadi mata mata,"
"Sssst!" Seungkwan menempelkan jari telunjuk di bibirnya dengan raut sebal, "Hansol, denger ya. Ini bukan pertama kalinya kita kenal. Pemilik hotel ini punya kerja sama dengan restoran papa aku, jadi pasti mereka juga udah khatam siapa keluarga Choi itu. Aku ini jelas jelas Choi Seungkwan, kakaknya Choi Wonwoo dan anaknya Choi Seungcheol."
"Iya, aku percaya kamu Choi Seungkwan, yang pernah jadi orang tersayang aku."
Seungkwan menatap tajam Hansol, "Terus dengan bego-nya, kamu selingkuhin aku ya, Pak. Hebat banget kamu anjing."
Astaga, Hansol ngga mau ngungkit lagi deh. Ini namanya kena sekak mulu ama Seungkwan. Pundung hati Hansol :(
"Btw, yakin adik kamu ada di sini?"
Seungkwan mengeluarkan teorinya, "Wonwoo itu adik aku yang pualingg pelit. Dan hotel ini jelas jelas punya kerjasama dengan papa, Wonwoo bisa dapat diskon kalau nginep di sini, bahkan gratis, emang itu anak kan mulutnya licin banget kayak sales. Aku yakin banget, kalau dia nginep bareng pacarnya, pasti ngajaknya ke sini, daripada bayar hotel mahal mahal, mending mentahan nya buat dia sendiri."
Hansol ber-oh dia setelah di cekoki teori Seungkwan yang membuatnya kagum, memang ya, kakak sulung itu hebat sekali.
Selagi Seungkwan bertanya di resepsionis, Hansol menunggu di ruang tunggu. Ia senantiasa melihat punggung lucu milik Seungkwan yang selalu ia rindukan, serta bawel yang sudah lama tidak ia dapatkan."Eh? Ayo! Ih bengong aja lagi,"
Hansol terkekeh, lagi lagi pipi gembulnya itu sangat menggemaskan, "Piye? Adikmu udah fix nginep di situ?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Choi Squadh [SVT] ✔
FanfictionChoi Seungcheol dan istrinya, Choi Jeonghan sudah menikah belasan tahun dan hidup tentram di Kota Istimewa Yogyakarta. Mereka dikaruniai enam orang anak laki laki cantik yang semuanya lebih mirip gen sang Mama. Memang iya, semuanya lelaki cantik nan...