"lo...lo kenapa?" Stefan langsung mengambil sapu tangannya dan mengikatkannya ke pergelangan tangan yuki. "heh, yuki... yuki" Stefan menepuk pipi yuki yang menangis seolah ingin menyadarkannya. "heh, kenapa sih. Ada yang mau nyerang lo?" Stefan masih mencoba menepuk pipi yuki, tapi gadis itu terlihat lemas dan hanya ingin menangis. Kemudian Stefan mengikuti pergerakan kepala gadis itu seperti memastikan apa ada orang lain di sana, tapi sepenglihatan Stefan hanya ada mereka berdua di lorong itu.
"hissshhh" dengus kesal Stefan, ia mencari kunci kamar yang terjatuh itu lalu buru-buru membukanya. Stefan tanpa permisi langsung menggendong yuki masuk.
Sesampainya di dalam Stefan langsung membaringkan yuki di atas kasurnya, gadis itu sudah berhenti mengeluarkan air mata, hanya menunjukkan ekspresi kesakitan dengan lemas.
Di dalam kamar banyak koper-koper yuki yang sepertinya sudah di packing kembali, dan beberapa make-up yang masih tertata di meja rias itu.
"lo ada dokter pribadikan? Nomernya mana nomernya" Stefan membuka tas yuki dan mengambil handphonennya. "mana nomernya, siapa namanya" panic Stefan.
"enggak" yuki menggeleng, "gue gapapa" Tarik nafasnya
"GAPAPA GIMANA !" bentak Stefan
"ini tadi luka pas gue acara dibawah, tadi kecil. Kena kuku gue jadi agak dalem gini, makanya darahnya banyak"
"luka apa coba kayak gini, udah cepetan dokter lo namanya siapa. Biar cepet dijait, cepetan !" bentak Stefan
"Stefan" nada yuki mulai keras, "ini itu gapapa, tadi gue Cuma panic aja, ditambah kena tas gue pas cari kunci makanya jadi kayak gini. Ini luka pas gue acara kosmetik tadi dibawah, makanya gue naik ke kamar. Tadi kecil kok lukanya, tangan gue aja yang usil makanya jadi kayak gini. Dan gue nangis karena....karena yaa...lo taulah gue model, gue gamau ada bekas luka di tangan"
"masih aja mikirin model lo ya" kata Stefan dengan nada tinggi. Ia menatap gadis itu, menarik nafas, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"yaudah oke, tapi ini harus di obatin, ini tuh bisa infeksi" Stefan langsung memegang handphonennya sendiri. "baru aja nyampek, udah di kasih pemandangan kayak gini" omel Stefan menatap yuki.
"halo, Jason lo ke kamar 301 bawa dokter. Sekarang" perintah dalam telfon
"ada ada aja sih lo" Stefan mengambil handuk di kamar mandi dan mengelap keringat yuki, kemudian dia mencari tisu basah dan membersihkan tangan kanan yuki dari darah.
"ngomong-ngomong lo ngapain kesini? Lo juga ga bilang mau kesini? Terus langsung nyusulin gue ke lokasi lagi" Tanya yuki sambil memperhatikan laki-laki yang sibuk mengelap tangannya
"diem deh, semakin lo banyak omong entar semakin sakit. Urusan itu entar aja setelah luka lo di jait" kata Stefan tanpa menatap yuki. "asisten lo mana?" tanyanya
"gue kan ga pernah pake asisten"
"lo ngangkat koper segini banyak sendiri?"
"ya engga, supir gue"
"Cuma lo deh model yang gapunya asisten, mulai besok lo harus pake asisten. Gue yang ngomong ke nyokab lo"
"apaan sih, gue udah biasa sendiri. Ribet di ikutin orang kesana-kesini"
"gabisa" geleng Stefan
"siapa lo ngelarang gabisa?" tatap yuki kesal
Ting...tong...
Sekarang yuki masih tertidur dibawah dibiusnya, tangannya sudah di jait dan dokter meninggalkan beberapa obat antibiotic dan vitamin.
Stefan duduk di balkon kamar itu, pemandangan sore dengan di hiasi musin dingin. Jaket tebalnya masih ia pakai, masih mengenakan pakaian yang sama sejak dari Jakarta.
"tuan muda, tuan besar suruh mengangkat telfonnya" kata Jason yang berdiri di belakangnya, Stefan mulai menikmati kopi dan camilan yang sudah ia pesan.
"bilang aja gue lagi liburan, telfonnya entar aja kalau udah sampai Jakarta lagi" Jason hanya terdiam.
Jam menunjukkan pukul 6 malam, Stefan kembali masuk karena udara dinginnya semakin menusuk bawah lehernya. Disana ia melihat yuki sudah duduk di atas kasur.
"sejak kapan lo bangun?" Stefan berjalan mendekati yuki
"emm... 15 menit mungkin" jawabnya santai, seperti sudah tidak merasakan sakit. "Jason mana?"
"sama supir lo dibawah gue suruh nganterin koper-koper lho itu kerumah"
"gue harus pulang, besok pagi ada jadwal, lo tinggal dimana selama disini?"
"tinggal sama lo lah"
"ada perlu apa kali ini? Lo kan ke Jepang 3 bulan sekali, itupun paling lama 2 hari"
"kan kemarin gue ulangtahun"
"kan udah gue kirimin kado"
"ngirim mulu ga pernah ke indo"
"kerjaan guekan ga bisa di wakilin, ga kaya kerjaan lo"
"oke deh debat gue kalah, sekarang lo mau pulang kemana? Ke rumah orangtua lo atau ke apartemen atau ke rumah lo pribadi lo"
"sejak kapan lo nyeledikin gue?"
"seminggu yang lalu"
"buat?"
"mastiin semuanya"
"mastiin apa?"
"entar aja bahasnya, gue mandi dulu kali yaaa. Dari semalem belum mandi gue, air angetnya nyalakan?" katanya menuju kamar mandi dan menutup pintu, yuki hanya menatapnya dengan heran.
Setengah jam kemudian Stefan keluar dari kamar mandi,
"awwww" teriak Stefan, yuki menoleh. "duhh ngangetin aja sih lo" yuki duduk di depan meja rias dengan rambut panjang memakai baju putih.
"mana ada kuntilanak secantik guee" katanya santai kemudian kembali menatap cermin, "lo gag anti baju?" tanyanya sambil melihat Stefan di dalam cermin.
"baju gue di mobil"
"lo emang berapa hari disini? Kok niat banget sampai nyiapin mobil?"
"masak lo gatau gue sih, kalau gue mau, gue bisa telfon pesawat pribadi gue sekarang juga, kalau perlu pake landasan yang di atap hotel ini"
"serah deh"
Jason diberi tugas Stefan untuk membelanjakannya baju karena pakaiannya hanya sedikit, Stefan dan yuki turun dari kamar hotel dan menuju apartemen pribadi yuki.
Di lobby hotel ini beberapa panitia acara kosmetik tadi melihatnya dengan senyum, apalagi ada seorang pria tampan disampingnya. Kemudian ia langsung menuju dengan hotel karena mobilnya sudah siap.
"tumben nyetir sendiri, masih inget?" celetuk yuki
"rasanya bebas banget gue kalau di luar negeri" senyumnya, "eh lo kok bisa santai sih? Kalau di Negara gue ya, ada artis yang jalan sama cowok apalagi cowoknya ganteng kayak gue, besok paginya udah masuk akun gossip tuh. Terus di bully netizen deh"
"sini sih juga gitu, tapi cuekin ajalah. Gosipnya kan Cuma jalan sama cowok, enggak suami orang. Kita mau bahas apa sih? Dari tadi entar-entar mulu"
"masalah pernikahan"
"nikah?"
"iyaaappp"
"kenapa?"
"karena kita udah 7 tahun kenal, 5 tahun di jodohin dan 2 tahun tunangan. Perlu alasan lain?"

KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO WIFE
FanfictionStefan William Umboh, anak tunggal Umboh Club penguasa bisnis hotel yang sudah memiliki 53 cabang hotel di dalam negeri dan 11 cabang hotel di luar negeri. Yuki Anggraini Kato, model terkenal di Jepang dan ia sering mendapat undangan untuk fashion s...