Perempuan itu aneh. Berbuat baik disangka modus, berbuat tidak baik disangka nakal.
Aku tidak mengerti. Aku hanya berbuat seadanya, sebagaimana mestinya.
-Dewa
🌸
"Put, pulang sama siapa?" Aku berjalan santai dengan sesekali memutar kunci motorku.
Sekolah sepi, karena bel pulang sudah berbunyi sejak tadi sore. Saat ini pukul 7 malam dan kami baru selesai rapat untuk program kerja selanjutnya.
"Ojol." Putri memang dikenal menjawab seadanya, tidak terlalu banyak tersenyum, tetapi jika sudah mengenalnya, berbanding terbalik dengan first impression orang lain.
Dekat? Tidak tidak, aku hanya melihat beberapa kali Putri yang tidak seperti biasanya. Tawa yang meledak, meledek satu sama lain ataupun melakukan hal konyol lainnya.
"Bareng gue aja." Aku sudah berdiri didepannya, menunggu jawaban Putri yang sejak tadi asyik menikmati alunan musik dari earphone miliknya.
"Ngga usah, gue udah pesen." Putri melihat kearahku tanpa senyum yang mengembang, datar.
"Yaudah gue temenin." Putri hanya melihat kearahku tajam sembari berdecak pelan.
"Santuy aja, mending pulang." Masih dengan ekspresi yang datar, Putri menggunakan jaket nya dihadapanku.
"Sebagai ketua pelaksana yang baik, gue tungguin disini sampe ojol-nya dateng. Oke?" Aku tak membalas tatapan tajamnya, memilih untuk sedikit cengengesan, supaya mencairkan suasana.
"Jangan kayak tadi." Selesai menggunakan jaket, Putri membuka pembicaraan kembali.
"Kayak gimana?" Aku menaikkan sebelah alisku, tanda tak tahu menahu.
"Ngga usah gombal kayak tadi pas rapat, gue ngga suka digituin." Putri menatapku tajam dan matanya berkedip beberapa kali.
Setelah beberapa saat aku menatap kearahnya,
"Lo manis ya ternyata."
🌸
"Nah hari ini pasti belum pesen ojol kan? Pulang sama gue berarti." Aku memilih opsi mengajaknya dengan wajah cengengesan---lagi, dibandingkan dengan cara yang cool seperti aktor drama korea.
"Gue ngga mau." Putri memasang earphone-nya dan mengambil jaket di meja.
Beberapa anggota ekstrakulikulerku sedikit memperhatikan, melirik satu sama lain bahkan ada pula yang jelas-jelas melihat kearah kami.
"Rumah lo deket sama Hari kan? Sekalian gue mau kerumah Hari." Aku masih memilih opsi cengengesan, padahal sudah jelas penolakan ada di depan mataku.
"Dewa, gue itu batu. Gue ngga mau, berarti gue beneran ngga mau." Beberapa anggota mulai keluar ruangan dan Putri masih menatapku dengan tatapannya yang penuh dengan rasa kesal.
"Lo pms ya? Kok galak banget sih?" Putri kembali mendelik ke arahku sebelum suara samar terdengar dari luar ruangan.
"PUTRI!!!" Putri yang sedari tadi menatapku tajam menengok kearah sumber suara dan seketika tatapan tajamnya luluh, tergantikan dengan senyuman yang memang jarang diperlihatkan. Manis.
"Ayo pulaaaang!" Teriak salah satu siswi yang berseragam sama dengan Putri dan juga tanda kelas yang sama.
"Oh iya, Dewa, arah rumah kita kan beda. Mending bareng Hani aja." Putri tidak lagi menatapku tajam, tatapannya melembut dengan sedikit senyum manis miliknya.
"Nah iya, titip Hani ya, Dew." Sahut siswi yang---tidak kukenal namanya.
Ah. Putri menolakku. Dan memberikan Hani---temannya.
Tertangkap.
Pertemanan perempuan begitu rumit.
Apakah usahaku selama beberapa bulan kemarin untuk Putri---tidak berarti apapun?
🌸
Aku melihatnya.
Aku tidak berbohong ketika akan kerumah Hari---teman kelasku. Alih-alih kesal dan membuang muka pada Putri, lagi-lagi aku memilih opsi menggelikan, memberhentikan motorku tepat beberapa langkah didepan Putri.
"Kirain pulang bareng yang lain." Dari bola matanya yang sedikit membesar, aku menangkap bahwa dia sangat kaget dengan keberadaanku disini.
"Udah nganter Hani?" Putri berusaha mengontrol raut wajahnya, aku sedikit tertawa.
"Gue ngga bohong kan? Gue mau kerumah Hari. Tapi kayaknya, lo emang ngga pernah percaya sama gue ya, Put." Aku sedikit tersenyum di akhir kalimatku dan Putri hanya melihat ke arahku, tanpa tatapan tajamnya.
"Wesss, santuy aja, Put. Gue ke rumah Hari dulu ya. Maaf gue ngga bisa nganter lo." Aku kembali memakai helm full face yang tadi sempat kubuka.
"DEWA!" Sesaat saja, aku hanya terdiam sebelum aku memilih opsi yang mungkin akan meluluh lantahkan semuanya, semua usahaku, semua perasaanku, atau mungkin perasaannya, dan akhirnya,
Aku memutar kunci motorku,
...dan melaju.🌸
Rampuh itu dari bahasa arkais yang artinya selesai🍃
Hola!
Pendek ya? Hehe maaf!😂
Tapi tenang, ada part 2 nya!With love,
la.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled | Indonesian Cast
Short Story[COMPLETED] -karena cerita tak harus menggunakan nada ataupun suara tetapi dapat menggunakan rangkaian kata- Berisi 10 cerita. Indonesian cast. Klik 'read'? Publish: June, 2018. End: Sept, 2018.