Susu Kotak

50 9 2
                                    


🌸

Entah keberapa kalinya, aku mendapat susu kotak rasa coklat dari petugas perpustakaan. Ketika aku bertanya siapa pengirimnya, petugas perpustakaan hanya mengerdikkan bahu, susu kotak itu hanya ditemukkan di meja pojok perpustakaan dengan sticky notes bertuliskan namaku, Rizki Abbasiyah. Aku menerimanya dan mengucapkan terimakasih kemudian berlalu menuju meja pojok perpustakaan, tempatku menghabiskan waktu setiap harinya.

Aku hanya gemar membaca buku dan membaca di kelas bukanlah ide yang bagus. Tentu saja, berisik dan gaduh. Aku bukan tidak menyukai kebisingan, aku tetap siswa sekolah menengah atas yang memiliki teman dan berbaur semestinya. Hanya saja, untuk membaca buku, kebisingan bukanlah hal yang cocok untuk dipadukan. Aku menatap susu kotak itu lagi, aku berpikir, tidak mungkin terdapat racun, karena segel yang ada di susu kotak tersebut masih utuh. Akhirnya aku membuka plastik yang melindungi sedotan dan meminum susu kotak itu ditemani dengan novel yang baru ku beli.

Hari berikutnya, aku tidak ke perpustakaan karena ekskul musik yang ku geluti mewajibkan anggotanya untuk membicarakan sesuatu. Ya, acara akhir tahun. Dan lagi-lagi aku menjadi pengiring penyanyi solo sekolah, Fira. Padahal aku tergabung dalam band team tetapi kakak kelas tingkat akhir ingin melihat kolaborasiku dan Fira yang entah sudah ke sekian kali. Aku membawa novel yang dua hari lalu belum selesai kubaca karena saat itu perpustakaan akan tutup yang mengharuskanku untuk keluar dari sana.

Dan akhirnya aku mendapat susu kotak rasa coklat lagi, bahkan kali ini aku mendapat dua kotak. Wah. Petugas perpustakaan mengatakan bahwa susu kotak itu ada pada hari kemarin dan tadi pagi. Kali ini, sticky notes yang selalu terisi namaku berubah. Pada susu kotak pertama, dengan jelas tulisan "Mungkin memang ku yang harus mengerti, bila aku bukan yang ingin kau milikki." Rupanya, orang itu tidak mengetahui dirinya dengan benar. Aku hanya terkekeh, hey, aku tidak menyukai siapapun. Dan pada susu kotak kedua, tulisan "Salahkah ku bila, kau yang ada di hatiku?" aku hanya tertawa dalam diam. Oh, jadi orang ini adalah secret admirer-nya?

Bohong kalau aku mengatakan tidak penasaran. Aku penasaran. Rizki Abbasiyah, Abas, diriku bukan seorang ketua osis atau kapten basket seperti pacar idaman yang ada di novel remaja. Aku hanya seorang penekun musik yang memiliki candu pada buku. Aku membuka plastik yang melindungi sedotan dan mulai meminum susu kotak itu. Dalam beberapa waktu kedepan, mungkin ini menjadi rutinitasku, membayangkan seorang perempuan yang diam-diam menyimpan susu kotak bertuliskan namaku di meja pojok perpustakaan.

Tak terasa, sudah hampir satu bulan lamanya susu kotak rasa coklat itu mengisi hariku sebelum bergelut dengan buku. Hari ini, tepatnya Hari Jumat, rasa penasaranku terlalu tinggi. Aku datang bukan di jam seperti biasa, biasanya aku datang di jam dua siang tepatnya ketika bel pulang sudah dibunyikan. Sedangkan saat ini, jam tangan yang kupakai menunjuk pada angka 10 dan 12. Istirahat pertama. Perkiraanku meleset, "Abas, ini kiriman biasa!" petugas perpustakaan memberikanku susu kotak dan aku hanya menatap heran kearah susu kotak yang kupegang. Hey, aku kalah cepat!

Setelah sebelumnya sticky notes yang ada di susu kotak itu terdapat beberapa potongan lirik lagu, hari ini berbeda, sticky notes itu bertuliskan, "Mulai penasaran?" dan rasanya aku ingin membanting susu kotak ini karena penasaran setengah mati. Aku menghembuskan napas kasar dari kursiku. Baiklah, sepertinya dia ingin bermain-main.

Keesokan harinya, aku datang tepat ketika perpustakaan di buka. "Abas mulai penasaran?" Petugas perpustakaan hanya terkekeh pelan melihatku datang sepagi ini. "Belum ada kiriman kan bu?" Aku belum masuk, masih ada di meja depan. Petugas perpustakaan hanya menggeleng pelan.

Aku diam di tempat yang menurutku tidak akan terlihat dari meja pojok perpustakaan. Bolos? Oh tidak. Jam kosong lebih tepatnya. Menit demi menit yang kulalui, tidak ada seorang pun yang mendatangi meja itu, hingga akhirnya aku menyerah.

Aku berdiri dari posisiku dan dengan tiba-tiba Fira, penyanyi solo sekolahku, muncul menghalangi jalanku. Aku hanya menaikkan satu alisku, bertanya 'ada apa?' tanpa kata. Jemari yang sebelumnya tersimpan manis di belakang tubuh mungilnya bergerak kearah depan, mencuri arah pandangku.

























"Abas, menunggu susu kotak?" senyumnya mengembang dengan manis bak rasa coklat pada susu kotak yang selalu ia kirimkan untukku.

🌸

Love and hug,
la.

Untitled | Indonesian CastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang