" Deva are you okay? "
Deva mengangguk lesu menjawab pertanyaan dari seorang wanita berumur 30 tahun yang tengah memakai baju daster dengan rol rambut di kepalanya. Dia adalah Ibu tiri Deva, Bella Lidya. Ibu kandung Deva sudah meninggal sejak ia masih berumur sati tahun dan dari kecil dia memang sudah di rawat oleh Bella karena dia adalah adik tiri dari Ibu kandungnya. Jena Arsinta Tejakusuma.
" Tapi why you lesu? " tanya Bella lagi sembari menyiapkan piring dan menyendok nasi goreng dalam mangkuk besar di tengah meja makan.
" No Mommy, i'm fine... " jawab Deva sembari mengambil piring yang sudah terisi nasi goreng dan meletakkannya di hadapannya.
Pagi ini seperti biasanya Deva dan kedua orang tua nya akan sarapan pagi bersama. Hari ini dia memang tampak lesu dan malas sekali untuk sekolah, karena dia masih mengantuk setelah tiga jam tertidur. Dia baru pulang dari club sekitar jam 3 pagi, untung saja tidak ketahuan oleh kedua orang tua nya jika dia pulang pagi.
Seorang lelaki yang masih tampak muda walaupun sudah berusia 34 tahun berjalan santai menuju meja makan sembari memakai jas kerjanya. Dia duduk di kursi dan wanita yang tadi bersama Deva sekarang meletakkan teh hangat dan roti selai di hadapan lelaki tersebut. Dia adalah Dimas Andrean Tejakusuma. Papa kandung Deva yang masih jadi idola ibu-ibu komplek perumahannya.
" Boy, are you okay? " tanya Dimas menoleh ke arah Deva yang terlihat tidak bersemangat seperti biasanya.
Deva mengangkat wajahnya menatap Papa nya yang bertanya ke padanya.
" Aku nggak pa-pa kok, cuma capek aja. " jawab Deva bohong.
" Beneran? Jangan bohong, Papa nggak suka. "
" Iya, Pa kagak bohong ini. "
Bella tersenyum melihat kedua nya kemudian ikut mendudukkan diri di kursi sembari menyendok nasi gorengnya.
" You pergi kemana? Kemarin night? " tanya Bella pada Deva yang sudah menyelesaikan makannya.
" Biasa, ke rumah patner in crime... " jawab Deva berbohong.
Deva bangkit dari duduknya menatap kedua orangtua nya. " Mommy and Father....anakmu ini mau pergi menuntut ilmu ke sekolah, dan sekarang mau berangkat agar tidak terlambat mengikuti pelajaran. Dan anakmu ini juga membutuhkan dana untuk berangkat ke sekolah karena dana yang kemarin sudah habis untuk keperluan sekol--
" Berapa? Nggak usah pake basa-basi kamu, Papa udah bosan dengarnya tiap pagi. " potong Dimas menoleh ke pada putra tunggalnya tersebut.
Deva tersenyum lebar kemudian menyodorkan tangannya pada Papa nya tersebut lalu berkata. " 100 ribu Pa... "
Dimas mengangguk kemudian mengeluarkan dompetnya menghitung lembar merah di dalamnya. Sedangkan Deva tersenyum senang ketika Papa nya tersebut menghitung uang merah tersebut, dia yakin Papa nya akan memberi lebih.
" Ini...cukupkan? " ujar Dimas memberikan satu lembar uang bewarna hijau bukan merah seperti permintaan Deva.
Deva mengerucutkan bibirnya dan berkata kesal. " Yaelah.... 20 ribu dapat apa Pa? "
Dimas mengendikkan bahunya acuh tidak peduli kemudian bangkit dari duduknya mendekati sang istri yang tersenyum geli menatap dirinya dan anaknya tersebut. Dia mengecup mesra kening istri cantiknya itu, lalu berlalu dari hadapan anak dan istrinya ketika perempuan itu menyalim tangannya di ikuti oleh anaknya itu.
" Mommy....tambahin dong... " rengek Deva saat Papa nya sudah pergi dari hadapannya.
Bella menggelengkan kepalanya. " No! Nanti my husband marah sama Mommy, kita mau you, no boros-boros. Kasihan my husband Mommy, harus kerja everyday, everytime, and tidak ada time buat Mommy.... " ujar Bella dengan raut wajah seolah-olah sedang di sakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN
Teen Fiction" Mantan itu memang ngeselin tau nggak?! Giliran di kejar malah lari, pas udah nggak di kejar malah balik ngejar! Kan tai ya?! " - Deva Argantara Tejakusuma - " Ya ya ya gue tau cinta datang terlambat, penyesalan selalu datang di akhir....tapi gue...