" Sialan banget itu cowok, emang siapa dia ngatur-ngatur gue! "
Nada berjalan dengan cepat sembari mengoceh di sepanjang jalan. Dia sangat membenci Arsen yang baru saja membuat perasaannya dongkol. Nada tidak habis pikir kenapa lelaki itu selalu ada di setiap dia baru saja memulai untuk membuat kekacauan, Arsen itu sudah seperti cenayang yang selalu tahu tentang dirinya.
" Eeh---ada pujaan hati abang.... "
Nada menggeram tertahan sembari menatap tajam lelaki di depannya yang kini merentangkan kedua tangannya menghalangi jalannya. Dia memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya mengangkat tangannya secara refleks menampar pipi lelaki di depannya dengan amarah yang terlihat jelas di wajahnya. " Bisa nggak sih, lo itu sadar diri!! Lo itu cuma sampah tau nggak?! Lo nggak pantas berada di samping gue, lo cuma makhluk aneh yang hidupnya hanya untuk di tertawakan. Lo nggak lebih dari seorang lelaki menjijikkan yang pernah gue kenal, dan gue sangat amat membenci lo DEVA ARGANTARA!!! " katanya berteriak dengan keras membuat orang-orang di sekitarnya menoleh ke arah mereka berdua dengan pandangan bertanya-tanya.
Dava memegang pipinya yang terasa berdenyut kemudian menoleh ke arah Nada yang terengah-engah menatapnya dengan tajam. Dava mengernyitkan keningnya bingung kenapa perempuan itu menamparnya. " Kenapa sih Nad? Gue cuma becanda dan---lo nampar gue setelah itu menghina gue? "
" Ya karena lo memang pantas mendapatkan itu!! " balas Nada dengan nada tinggi.
Deva semakin mengerutkan keningnya tidak mengerti namun mencoba untuk bersikap tenang menatap lembut perempuan di depannya itu. " Lo tenang dulu okay....gue nggak tau lo kenapa, tapi gue yakin ada hal yang membuat lo terganggu ya kan? " katanya pelan.
" NADA!!! "
Panggilan tersebut berhasil membuat Nada menoleh dan melihat kedua sahabatnya berlari ke arahnya.
" Di apain lo sama Arsen?! "
" Di bawa kemana lo sama si gunung es?? "
Ucap Elena dan Eriska bersamaan sembari mengecek keadaan sahabat mereka tersebut. Nada menepis kasar tangan keduanya sembari menatap tajam yang langsung di cibir oleh kedua sahabatnya itu.
" Jadi si Arsen yang udah bikin lo kayak gini? " celetuk Deva dengan raut wajah datar.
" Oh ya lo berdua, kenapa kalian jadi beduaan gini? Kalian nggak balik--
" NGGAK!! " potong Nada cepat sembari mendelik kesal ke arah Elena.
Sedangkan Eriska hanya berdiam sembari melirik Deva yang berada di depannya. Sudah hampir satu bulan sejak pertemuan mereka di tempat penjual ketoprak waktu itu, dia tidak pernah melihat lelaki itu mengirim pesan padanya. Dia sangat yakin waktu itu Deva meminta nomornya dan mengatakan akan mengechat nya. Namun sampai sekarang lelaki itu tak pernah mengechat nya.
" Gue bakal samperin Arsen, karena udah buat lo semarah ini. " kata Deva sembari melangkah hendak menuju ke ruang osis namun tertahan saat seseorang menahan tangannya.
Deva menoleh ke belakang menemukan Nada memegang erat tangannya. " Ngapain sih lo ikut campur urusan gue, itu urusan gue sama itu cowok dan lo nggak berhak ikut campur!! " kata Nada membentak keras Deva.
Deva melepaskan tangan Nada dari tangannya kemudian menarik bahu perempuan itu mendekat ke arahnya. " Gue tahu, tapi lo melibatkan gue di dalam masal--
" Gue nampar lo karena gue ingin! Gue muak sama lo, gue benci! Lo selalu aja gangguin gue, merusak hari-hari gue dengan kehadiran lo dengan tingkah absurd lo itu. Denger ya Deva, sampai kapan pun gue nggak akan pernah menganggap lo lebih dari sekedar sampah yang nggak ada artinya di mata gue. Ngerti lo?! " potong Nada sembari menjauh meninggalkan Deva yang tercengang di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN
Teen Fiction" Mantan itu memang ngeselin tau nggak?! Giliran di kejar malah lari, pas udah nggak di kejar malah balik ngejar! Kan tai ya?! " - Deva Argantara Tejakusuma - " Ya ya ya gue tau cinta datang terlambat, penyesalan selalu datang di akhir....tapi gue...