|| Bagian Delapan ||

4 1 0
                                    

Nada berjalan dengan santai menuruni anak tangga rumahnya sembari bersenandung dengan riang. Perempuan itu tidak memperdulikan tatapan tajam yang sejak tadi memperhatikannya. Dia masih bersikap acuh tanpa mau repot-repot menoleh ke arah seorang lelaki yang tengah berdiri tak jauh darinya.

" Nada! Kenapa masih pakai piyamanya?!  Ini sudah jam 06:30, dan kamu masih santai seperti ini?! Hey, Nada kamu dengerin kakak nggak sih?! " ujar Afandi, kakak Nada memandang kesal ke arah adik perempuannya tersebut.

Nada menoleh sekilas pada kakaknya itu, kemudian melengos pergi menuju ruang makan keluarga mereka. Dia tidak peduli dan sungguh malas sekali untuk pergi ke sekolah hari ini. Pagi-pagi sekali kakaknya sudah masuk ke kamarnya membangunkan dirinya yang masih tertidur pulas, dia sangat sebal atas tindakan kakaknya yang seperti itu. Dengan malas akhirnya dia bangun dan tidak mengindahkan peringatan lelaki itu untuk segera mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Tetapi dia malah keluar dengan masih memakai piyama tidurnya.

" Bik Neneng.... " teriak Nada memanggil salah satu pembantunya.

" Iya non...." sahut Bik Neneng menghadap ke arah Nada.

" Buatin saya nasi goreng terus buatin saya juga susu coklat jangan putih, awas kalau putih, aku bakalan hukum bibik dan anak bibik itu. "

Bik Neneng menunduk takut kemudian mengangguk cepat. " Iya non....saya buatin dulu.... " ucapnya gugup sembari berbalik masuk ke dalam dapur.

Nada mengambil satu buah apel yang terhidang di atas meja, dia menggigit apel tersebut sembari menoleh ke arah dapur yang memperlihatkan para pembantunya yang sedang bekerja. Dia berdecak kesal ketika pandangannya jatuh pada seorang perempuan yang sedang berjalan ke arah pintu belakang rumahnya dengan memakai seragam sekolah yang sama seperti miliknya. Perempuan tadi anak pertama dari pembantunya yang di bawa ke Jakarta untuk bersekolah dan mendapatkan beasiswa di SMA GARDENIA.

" Anak pembantu nggak pantas berada di sekolahan elit, sepertinya gue harus ke sekolah hari ini.... " gumamnya pelan sembari tersenyum miring menatap punggung perempuan tersebut.

Nada bangkit berdiri dan menoleh ke arah pembantunya. " Bik Neneng, nasi gorengnya masukin ke dalam kotak bekal aku aja....nggak usah di siapin di sini, aku bawa ke sekolah aja. " ucapnya dengan keras.

" Iya non bibik siapin dulu ya... " sahut Bik Neneng dengan cepat.

Nada mengangguk kemudian kembali bangkit berdiri melangkah meninggalkan ruang makan yang baru saja di masuki oleh Fandi dan Dinda yang sudah rapi dengan pakaian kerja mereka.

" Nada! Cepat mandi, dan berangkat ke sekolah! " perintah Fandi tegas.

" Iya iya....ini juga mau siap-siap. "

" Mandi dulu Nada! " kata Fandi.

" Iya lah, mandi dulu. Emang kakak kira aku nggak mandi apa?! "

" Kali aja kan? " goda Fandi sembari terkekeh geli.

Nada melengos tidak menanggapi lagi. Fandi tersenyum melihatnya kemudian mandekati istrinya yang sudah duduk di meja makan sembari menyiapkan makanan untuknya.

" Makasih sayang.... " ucap Fandi dengan manis saat sang istri meletakkan satu berisi nasi dan lauk ke hadapannya.

" Iya sayang....ini minumnya, kamu mau air putih apa mau yang lain? " balas Dinda sembari menunjuk satu gelas air putih ke arah sang suami.

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang