Deva berjalan turun dari kamarnya hendak melangkah menuju belakang vila milik keluarga Nada. Dia sebenarnya tidak ingin ikut ke Puncak namun kedua orang tua nya memaksa karena mereka ingin memperkenalkan dirinya pada kakek Januar, yang ternyata adalah sahabat karib dari almarhum kakeknya dari sang Papa.
Deva mau tak mau menurut di ajak pergi selama dua hari bersama mereka untuk mengadakan liburan singkat di Puncak. Karena keluarga Tejakusuma ingin menjalin hubungan yang baik dengan Kakek Januar dan keluarganya. Tapi Deva tidak tahu kalau Nada akan ikut bersama mereka, namun Kakek Januar memberitahu nya bahwa Nada juga akan ikut.
Padahal dia sedang menata hati untuk segera move on dari Nada, namun apa daya jika dua hari ini dia akan terus melihat wajah cantik pengisi hatinya selama satu tahun belakangan ini. Walaupun kisah cinta mereka terbilang sangat singkat, tapi dia sangat mensyukuri bisa menjalin hubungan dengan perempuan yang paling dia cintai itu.
" Deva! You kenapa masih stand di sana?? " seru Bella, Mama Deva.
Deva berdecak pelan, kenapa punya Mama seperti Bella yang kalau sudah berbicara akan membuatnya pusing karena tidak mengerti bahasa aneh yang di campur oleh sang Mama.
" Mommy please....don't screaming... " balas Deva dengan nada lelah.
Bella mendelik tajam. " What? You bilang Mommy screaming?? Hello....boy, sepertinya ear you bermasalah. Mommy not screaming, Mommy berbicara slow kok. " katanya tidak terima.
Deva hanya bisa menghembuskan nafas panjang sembari melewati Bella. Namun baru beberapa langkah, kaos nya pun di tarik ke belakang lagi hingga tubuhnya pun ikut tertarik.
" You mau kemana? We go to belakang family home mr. Soemarmo. " kata Bella cepat.
Deva mendesah samar kemudian berbalik mengikuti Bella yang sudah berjalan di depannya. Deva paling malas kalau sudah berdebat dengan Mama nya itu, dia pasti selalu salah.
" Assalamualaikum all....kami datang... " seru Bella heboh saat mereka berdua sudah sampai di halaman belakang.
Di sana sudah ada Fandi dan Dinda yang tengah memanggang daging dan sate yang di buat oleh Dinda. Sedangkan Januar dan Dimas sedang duduk di dekat teras belakang rumah yang tidak terlalu jauh dari tempat kedua pasangan suami-istri tersebut. Tak lupa juga ada Nada yang tengah mengoleskan bumbu sate sembari memberikannya pada pasangan suami-istri tersebut dengan raut wajah masam.
Deva tersenyum kecil segera menghampiri Nada yang kini mulai berdebat dengan Fandi, namun baru beberapa langkah dia pun berhenti berjalan baru menyadari bahwa dia tidak boleh mendekati perempuan itu, karena sekarang dia sudah bertekad untuk melupakan mantan pacar nya itu.
Deva memutar langkahnya berbalik dan mulai melangkah berjalan mendekati Dimas dan Januar yang tengah tertawa bersama.
" Ini Deva. " kata Dimas, Papa Deva.
Januar tersenyum lebar mengangkat satu tangannya mengisyaratkan Deva untuk duduk di depan mereka. Januar masih terus tersenyum sembari memandang Deva dan Dimas bergantian.
" Saya baru sadar ternyata saya sudah setua ini, rasanya baru kemarin saya lihat Dimas merengek minta di belikan mainan zaman dulu, tapi sekarang saya sudah bisa melihat anak nya yang ternyata tak kalah tampan dengan Dimas. " ujar nya.
Dimas tertawa pelan. " Ya saya juga baru sadar, jika saya sudah lama tidak bertemu dengan Pak Januar. Mungkin terakhir di waktu Papa meninggal dan beberapa bulan lalu kita kembali bertemu dan bisa berkumpulnya seperti dahulu. "
" Ya, saya senang sekali bertemu dengan kamu Dimas. Saya juga senang bertemu dengan Deva, padahal dia sekolah di SMA saya, tapi saya tidak tahu. Jadi mulai sekarang, saya harus mencari tahu dimana letak kelas Deva, agar saya bisa memanggilnya kapan saja untuk di ajak berbincang. "
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN
Teen Fiction" Mantan itu memang ngeselin tau nggak?! Giliran di kejar malah lari, pas udah nggak di kejar malah balik ngejar! Kan tai ya?! " - Deva Argantara Tejakusuma - " Ya ya ya gue tau cinta datang terlambat, penyesalan selalu datang di akhir....tapi gue...