|| Bagian 07 ||

6 1 0
                                    

Nada berdecak kesal sembari terus mengumpat dalam hati ketika mengingat kejadian siang tadi di ruangan kakeknya. Dia sangat malu sekaligus merasa aneh dengan sikap Arsen yang sangat jarang bahkan mungkin bukan jarang lagi, tapi memang tidak pernah. Contohnya, lelaki itu tersenyum padanya hal yang amat tidak pernah di sangkanya selama hampir 2 tahun ini satu sekolah dengan lelaki itu.

Nada masuk ke dalam kamarnya sembari menghempaskan badannya ke atas kasur, dia berbaring tertelungkup sembari memainkan ponselnya. Dia tadi sudah mengganti rok sobeknya dengan rok baru yang tadi di belinya di koperasi sekolah, setelah berganti rok dia pun tidak masuk ke dalam kelas melainkan pulang dengan menyuruh Elena membawakan tas nya keluar kelas. Dia berdiri di depan kelas meraih tas nya tanpa peduli tatapan bertanya dari sahabatnya itu.

Nada berjalan ke arah parkiran, masuk ke dalam mobilnya kemudian melajukannya sampai gerbang sekolahnya yang masih tertutup. Dia menurunkan kaca mobilnya sembari memanggil salah satu satpam di sekolahnya, dia memberi uang 100 ribu kepada satpam tersebut kemudian dengan cepat gerbangnya sudah terbuka. Itu sudah menjadi hal yang sangat sering dia lakukan ketika malas berlama-lama di sekolah.

Naui bam-eun deep deep
Kyeojyeo issneun TV
Sikkeuleobji nae mamcheoleom
Naneun daeche eottheohan iyolo
Nae mam-eul kkeossda kyeossda ne
Meosdaelonji

Seventeen - Oh My!

Nada mengernyitkan keningnya saat dering telpon di ponselnya berbunyi menampilkan unknown number. Nada tidak menggubrisnya dan malah menekan tombol merah reject. Dia melempar ponselnya ke atas kasur kemudian memejamkan matanya, namun lagi-lagi suara dering telepon nya terus mengganggu telinganya dan mau tidak mau dia pun mengangkat telponnya dengan malas.

" Halo, ini siapa ya? Kalo nggak ada kepentingan jangan ganggu gue deh, malasin banget tau nggak?! " celetuk Nada menyerocos saja tanpa peduli siapa yang menelponnya.

Nada mengernyit saat mendengar suara tawa dari sebrang sana, dia mendelik kesal ketika orang yang menelponnya itu hanya tertawa tanpa berbicara apapun.

" Sengsi banget sih neng, abang kan cuma mau nelpon buat ingatin kalau hari minggu nanti aku jemput di rumah kamu ya... "

Nada mendesah pelan saat tahu suara tersebut, dia menggertakkan giginya sembari menggeram kesal.

" EH DEVA SADAR DIRI KENAPA SIH, GUE ITU OGAH BANGET DEKAT-DEKAT SAMA LO JADI PLEASE JANGAN HARAP GUE MAU PERGI SAMA LO!! BYE MAKSIMAL!! "

Nada melempar ponselnya lagi setelah mematikan sambungan telponnya. Dia lelah sekali ingin tidur dan lelaki itu baru saja membuatnya kesal. Dia memejamkan matanya lagi tidak peduli dengan apapun lagi, yang saat ini dia butuhkan hanya tidur tidur dan TIDUR.

*****

Di lain tempat seorang lelaki tengah tertawa ngakak dengan sahabatnya yang hanya bisa memandanh miris ke arahnya.

" Deva Deva, mau sampai kapan lo gagal move on gini.... " ucap Angga retoris.

Deva berhenti tertawa kemudian menggeleng pelan ke arah sahabat dari oroknya itu. " Gue udah move on kok, cuma gue seneng aja godain dia...."

Angga melengos sembari mencibir. " Lo itu bucin Deva, budak cinta yang makan micin....gila ya, dari awal gue nggak nyangka ternyata Nada mau nerima lo jadi cowoknya. Sangat-sangat di sayangkan, seorang Nada mendapatkan kaos kaki ajaib seperti lo in----ANYING BABY SAKIT WOY!! "

Deva berdecak tidak peduli saat melihat Angga mengusap kakinya yang dia tendang kuat tadi, dia langsung memainkan game di play station nya lagi. Ingatannya kembali pada sebulan yang lalu saat dirinya dan Nada masih berpacaran.

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang