|| Bagian 10 ||

3 0 0
                                    

Hari sudah mulai gelap hendak berganti waktu, namun Deva tetap berdiri di tempatnya tanpa bersiap untuk pulang seperti para teman nya yang lain. Sore tadi, Deva dan para teman satu eskul nya berlatih di lapangan futsal sekolah mereka.

Dengan keringat yang mengaliri tubuh nya tetap tidak membuat Deva berpikir untuk segera pulang dan membersihkan diri ataupun membersihkan diri di kamar mandi ruang futsal. Kebanyakan para temannya sudah beranjak pergi ke parkiran sekolah bersiap untuk segera pulang.

" Dev, lo nggak pulang? " celetuk salah satu dari mereka bertanya.

Deva tersenyum samar menggelengkan kepalanya pelan. " Duluan aja. Gue masih mau di sini. " jawabnya.

Mereka semua mengangguk mengerti dan segera meninggalkan Deva sendirian di tengah lapangan futsal. Sedangkan Deva sendiri memilih berjalan keluar dari lapangan terduduk di kursi panjang luar lapangan. Deva menghembuskan nafas kasar mengacak-acak rambutnya dengan gerakan tidak beraturan, tampak sekali bahwa lelaki itu sedang banyak pikiran.

" Deva? "

Deva mengangkat kepalanya ke atas melihat sosok perempuan yang menjadi alasannya kenapa tidak pulang terlebih dahulu.

" Kamu kenapa masih di sini, bukannya eskul futsal sudah selesai. " tanya perempuan dengan kaos putih bergambar kartun doraemon dan celana jeans bewarna hitam.

Deva mendesah pelan menarik tangan perempuan itu untuk duduk di sampingnya. Kemudian menoleh sepenuhnya pada perempuan yang sudah dekat dengannya dua bulan ini.

" Gue bau nggak? " tanyanya polos.

Perempuan itu hanya bisa tertawa pelan menanggapi pertanyaan tersebut.

" Ya bau sih, bau keringat tapi masih wangi kok. " jawabnya jujur.

" Beneran? " tanya Deva lagi.

Perempuan itu mengangguk berkali-kali meyakinkan Deva bahwa jawabannya jujur.

" Iya Deva..... "

Deva menyeringai lebar segera mendekatkan tubuhnya agar menempel dengan perempuan itu, namun perempuan itu sadar dan segera menghindar kembali berdiri di depan Deva dengan tertawa geli.

" Kamu apaan sih, aku kan sudah mandi. " kata perempuan itu.

Deva terdiam mengambil satu tangan perempuan itu menggenggamnya erat sembari menatapi wajah cantik alami yang perempuan itu miliki.

" Gue sayang sama lo, gue harap lo mau bertahan sedikit lagi demi gue. " ucapnya dengan lirih.

" Aku bakal selalu nunggu kamu, aku yakin kamu pasti bisa. "

" Gue minta maaf kalau selama ini, gue selalu pura-pura nggak kenal lo. "

Perempuan itu menarik tangan Deva yang menggengam nya dan membalas genggaman tangan itu tak kalah erat.

" Aku lebih sayang sama kamu, dan aku nggak peduli sama apa yang kamu lakuin ke aku. Bertemu kamu aja aku sudah bahagia banget, tanpa berbicara pun aku tetap akan merasa bahagia. "

Deva memejamkan matanya begitu merasa bersalah dengan perempuan yang telah di beri harapan olehnya itu. Deva tidak tahu bahwa perempuan itu begitu tulus kepadanya, bahkan rasanya dia tidak pantas mendapatkannya ketulusan hati dari perempuan yang selama ini selalu ada untuknya namun tak pernah di ketahui oleh siapapun selain dirinya sendiri.

" Lo terlalu baik untuk gu---

" Dan kamu tidak pantas untuk perempuan semiskin aku. Tapi kita masih bersama dan terus menjalin hubungan yang aku sendiri tidak tahu apa namanya. " potong perempuan itu lirih.

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang