♧
Udara pagi bulan September terasa dingin. Meskipun matahari sudah berbaik hati muncul dengan teriknya, hembusan angin lewat jendela kamar masih cukup membuat tangannya tergerak untuk merapatkan dekapan selimut tebal kesayangannya.
Tapi, tunggu dulu. Apa dia baru saja merasakan terik matahari?
"JUNG SOOJUNG! JIKA KAU TIDAK SEGERA BANGUN DAN TURUN, AKU AKAN MENDOBRAK PINTU KAMAR DAN MENENDANG BOKONGMU!"
Badannya tengkurap, kepalanya mendongak dengan rambut acak-acakkan. Matanya masih terlalu berat untuk sekedar berkedip. Bekas liur kering mencetak garis abstrak pada pinggiran bibirnya. Kepalanya menoleh perlahan, mendapati jarum jam menunjuk pukul setengah tujuh tepat.
Biar Soojung ulang, setengah tujuh tepat. Dan sekarang adalah hari senin. Hari yang bisa Soojung bilang dibenci oleh hampir seluruh umat manusia.
"YA TUHAN!"
Dengan kekuatan serupa turbo, Soojung menyibak selimutnya. Dengan tergesa, ia melompat turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi sembari tangan kanannya menyambar handuk yang tersampir di dekat pintu.
Dia tidak mandi, untuk yang kesekian kali. Cukup dengan cuci muka dan menyikat gigi, Soojung segera keluar dan mengacak-acak isi lemari untuk mengambil pakaian dalamnya. Beralih pada seragam kemudian menyisir rambut dengan asal. Tangannya menyambar tas yang tergeletak dengan pasrah di atas kursi meja belajar, entah sudah diisi dengan buku jadwal hari ini atau belum, Soojung tidak benar-benar peduli.
Kakinya melangkah cepat menuruni tangga menuju meja makan. Dilihatnya kini, kedua saudara perempuannya menatap penuh kesal ke arah Soojung. Mereka hanya hidup bertiga. Kedua orangtuanya menetap di San Fransisco sejak beberapa tahun lalu.
"Harusnya akan lebih baik jika kau tidak bangun." Yerim, gadis berusia 14 tahun yang kini duduk dikelas 3 sekolah menengah pertama berkata pedas sembari menikmati sarapannya. Sedangkan di sisi lain dapur, Yoona, kakak tertuanya hanya menggeleng sembari berjalan mendekat dan mengangsurkan segelas susu coklat ke arah Soojung, yang segera ia teguk dengan cepat.
[Soojung] Namanya Yerim. Bocah kelas tiga sekolah menengah pertama yang menyebalkan, dan mau tidak mau harus aku akui bahwa dia adalah adikku. Well, dia bisa jadi sangat penurut jika sedang menginginkan sesuatu. Tapi kadar menyebalkannya jelas jauh lebih tinggi!
"Kau harus bangun lebih pagi jika tidak ingin aku datang dan menyeretmu dari tempat tidur."
[Soojung] wanita cantik dan tinggi semampai yang sedang sibuk dengan dapur itu bernama Yoona, kakak perempuanku. Berbeda denganku yang ceroboh, dan Yerim yang cerewet, Yoona adalah wanita muda yang diidamkan banyak orang. Pembawaannya tenang, dan dia juga baik hati. Huft! Harusnya aku memang mendapat salah satu sifatnya. Yah, meskipun kata orang aku tidak kalah cantik dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise To Not Fall | complete √
FanfictionBerlatar di sebuah SMA di kawasan Kota Metropolitan Seoul, cerita ini bermula. Soojung, si gadis ceroboh yang tidak pernah tertarik untuk berhubungan dengan laki-laki, berakhir dengan Sehun yang berdasarkan kesepakatan. Awalnya semua terasa mudah, d...