♧
Tepat pukul tiga sore, kedua gadis beda usia itu mendatangi kedai es krim. Seperti yang sempat Soojung janjikan tempo hari, dirinya akan membelikan Yerim eskrim, sebanyak yang adiknya mau.
"Kau ingin apa?"
"Hm.." Yerim menimang, mengetuk dagunya perlahan sembari menatapi buku berisi deretan nama es krim yang menggunakan bahasa inggris. "Ini dan ini dan ini."
Jari telunjuknya menuding ke arah tiga es krim berukuran besar. Dari foto yang terlampir di sana, Soojung tau kalau ukuran es krim itu tidaklah kecil. "Kau yakin? Porsinya terlalu banyak. Aku tidak yakin kau akan menghabiskannya. Ingatlah bahwa tidak elok membuang-buang makanan."
"Sister, aku hanya memesan tiga porsi. Bukan masalah besar. Lebih baik kau pikirkan saja dompetmu, apakah kau membawanya atau tidak." Mendengar penuturan adiknya tak ayal membuat Soojung berpikir. Tangannya mengecek tas yang tergeletak tepat di samping tempat ia duduk, memastikan bahwa ia membawa dompetnya.
Napasnya terhela lega kala mendapati lipatan kotak persegi panjang itu terdiam bersama dengan ponselnya. "Aku membawanya."
"Ok."
Obrolan mereka terhenti di sana. Setelah memastikan bahwa pesanan sudah benar, Soojung segera memanggil pramuniaga dan memesan.
"Aku akan melemparkan es krim itu ke wajahmu jika kau tidak menghabiskannya."
"Oh, tenang saja, Kak. Kau harus lebih khawatir dengan isi dompetmu karena sepertinya, aku tidak akan segera berhenti hari ini."
"Terserah apa katamu." Soojung memutar mata jengah, yang ditimpali Yerim dengan kekehan pelan.
Sesaat setelah itu tidak ada lagi obrolan di antara mereka. Masing-masing sibuk dengan ponsel sembari menunggu pesanan mereka diantarkan. Pengunjung kedai mulai bertambah ramai. Untunglah mereka datang lebih awal.
Tempat duduk yang Soojung tempati berada di sudut kafe, menghadap secara langsung ke arah pintu. Membuatnya leluasa melihat siapa pengunjung yang datang dan pergi.
Kepalanya teralih, memperhatikan adiknya yang menatap layar ponsel dengan gamang.
"Yerim..."
"Hng, ya?" Adiknya menjawab terlampau cepat. Soojung yakin bahwa pasti terjadi sesuatu terhadap adiknya. "Kau kenapa?"
"Hm? Memangnya aku kenapa? Aku... baik-baik saja."
[Soojung] you lied to me, kiddo.
Soojung masih menatap adiknya yang kini menunduk dengan tidak nyaman. Soojung yakin bahwa adiknya pasti sadar tengah Soojung perhatikan. Sikapnya tampak aneh, namun Soojung memilih diam. Tidak ingin menekan adiknya. Pun, jika Yerim ingin bercerita, maka ia akan bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise To Not Fall | complete √
FanfictionBerlatar di sebuah SMA di kawasan Kota Metropolitan Seoul, cerita ini bermula. Soojung, si gadis ceroboh yang tidak pernah tertarik untuk berhubungan dengan laki-laki, berakhir dengan Sehun yang berdasarkan kesepakatan. Awalnya semua terasa mudah, d...