♧
Mata Soojung tidak lepas memandangi Sehun yang kini dengan hati-hati menempelkan bongkahan es batu ke atas kulit pualamnya yang terlihat membentuk lingkaran merah; bekas genggaman tangan Sehun yang terlampau kencang.
Soojung tidak tau dari mana Sehun mendapatkan bongkahan es itu. Sehun hanya mengajaknya menuju bangku taman dekat perpustakaan, memintanya menunggu disaat dirinya berlari entah ke mana, kemudian kembali dengan beberapa potong es batu yang ditaruh didalam plastik bening.
"Maafkan aku." Sehun berkata tanpa menatap Soojung. Perhatiannya fokus pada kegiatannya mengompres pergelangan tangan Soojung yang memerah. Sejujurnya, rasanya tidak sesakit itu. Soojung tidak akan meraung hanya karena seseorang menggenggam tangannya terlalu kencang, meskipun jelas dia tidak terima. Tapi, melihat bagaimana Sehun tetap bertanggung jawab atas perlakuannya, Soojung tidak menolak. "Sepertinya, genggaman tanganku terlalu keras."
"Kau cukup tau diri." Soojung membalas sekenanya. Sehun menatap Soojung sebentar, kemudian tertawa kecil. "Apa ada yang lucu, Sehun?"
"Tidak."
Soojung menatap tidak mengerti. "Kenapa kau tertawa?"
"Aku tidak boleh tertawa?" Soojung berdecak pelan. "Bukan begitu maksudku. Paling tidak, kau pasti punya alasan kenapa kau tertawa."
"Jadi, kalau aku tidak punya alasan, aku tidak boleh tertawa?" Sehun menatap Soojung. Kali ini sorot matanya tampak serius. Ditatap seperti itu membuat Soojung jadi tidak tau harus menjawab apa. Belum lagi, jarak wajah mereka kini yang hanya terpaut tidak sampai tigapuluh centi.
[Soojung] jantungku, tenanglah. Kau tidak akan berdetak kencang hanya karena Sehun, kan? Yang benar saja.
Soojung berdehem, menjauhkan wajah mereka. Bersamaan dengan itu, Sehun terlihat selesai dengan urusannya; mengompres pergelangan tangan Soojung. Tangannya melempar bungkusan es batu itu ke arah tong sampah yang tidak seberapa jauh.
"Aku yakin kita akan dihukum."
"Tentu," Sehun memalingkan wajah menatap Soojung, menunggu lanjutan kalimat gadis yang kini duduk di sebelahnya. "Memangnya apa yang kau harapkan? Guru kesiswaan akan membelikanmu es krim?"
Sehun tertawa mendengar nada sarkasme ketika Soojung berbicara. Sehun tidak pernah benar-benar berinteraksi dengan Soojung sebelum ini. Mereka baru saja sekelas belum lagi tiga bulan. Interaksi paling sering di antara mereka hanya saling sapa nama masing-masing ketika tidak sengaja berpapasan.
"Untuk ukuran orang yang lebih sering tidur saat jam pelajaran, kau adalah orang yang cukup padat." Soojung mengedikkan bahu. "Yah, orang sering bilang begitu." Matanya beralih menatap hamparan langit biru yang terlihat cerah pagi ini. Udara memang terasa dingin, namun cuaca terhitung cukup terik. "Jadi, kita belum benar-benar berkenalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise To Not Fall | complete √
FanfictionBerlatar di sebuah SMA di kawasan Kota Metropolitan Seoul, cerita ini bermula. Soojung, si gadis ceroboh yang tidak pernah tertarik untuk berhubungan dengan laki-laki, berakhir dengan Sehun yang berdasarkan kesepakatan. Awalnya semua terasa mudah, d...