Hyuga

1.6K 107 4
                                    

.
.
.
"Halo Paman!"

Sakura menapakkan kakinya di depan pintu rumah megah dengan ukiran anggun yang menghiasinya, siapa lagi pemiliknya kalau bukan kepala keluarga Hyuga.

Hinata memandangi Sakura dengan mulut setengah terbuka. Mungkin berpikir, sejak kapan Sakura begitu dekat dengan ayahnya--yang jelas kedudukan Hiashi begitu tinggi hingga dirinya saja segan dengan ayahnya.

Sasuke mengernyit, tersenyum canggung kepada Hiashi lalu menyenggol pinggang Sakura dengan sikunya. "Sopanlah sedikit!" Bisiknya ditambah geraman.

Sakura meringis sambil tersenyum dipaksakan. Tidak mau kalah Sakura ikut menyenggol Sasuke lebih keras dari yang didapatnya. Mau tidak mau Sasuke menggeram tertahan karena ulahnya.

Sakura tersenyum kikuk tanpa memberikan kata maaf pada Sasuke dan mengalihkan perhatiannya dari Sasuke kepada Sang Kepala Keluarga yang sedari tadi menatap bingung tamu tidak diundang di rumahnya.

"Ehehe, maaf Paman atas ketidaksopananku tadi. Mungkin setelah melihat kami Anda mengerti maksud kami, dan juga Putri Anda..."

Hiashi menganggukkan kepala dan memotong kalimat yang akan dilontarkan Sakura setelahnya. "Aku mengerti, lebih baik kita lanjutkan di dalam." Hiashi berhenti sebentar lalu tersenyum mendapati sesuatu. "Kau tidak mau menyapa Pamanmu, Neji?"

Neji tersenyum hormat. "Tentu saja Paman, bagaimana kabar Anda?"

"Tidak perlu formal seperti itu Neji. Kalau begitu, mari masuk." Hiashi mempersilahkan tamunya masuk ke dalam rumah megah mendahuluinya.

***

Hiashi mengangguk mendengar penjelasan 'singkat' dari Sasuke, Sakura, dan Neji. Sementara Hinata hanya bisa mendengarkan sambil menatap lugu keempatnya.

Sakura memandang Hiashi penuh harap. Namun dari wajah Hiashi tidak menjunjukkan perubahan dari sebelumnya, itu membuat Sakura dan yang lain harap cemas.

Bagi Hiashi berat rasanya merelakan putrinya begitu saja. Meskipun sudah menjanjikan akan membantu organisasi AICON sepenuhnya tapi sebagai seorang ayah yang sudah kehilangan Istrinya, dan perlahan seisi rumahnya akan meninggalkannya.

"Paman, saya tahu ini memang berat merelakan putri Anda. Tapi saya melihat ada potensi di dalam dirinya. Saya tidak bisa membuang potensi tersebut dengan sia-sia. Saya jamin atas kelangsungan hidup dan keselamatan putri Anda."

Semua yang di ucapkan Sakura benar. Hiashi sudah tahu bahwa suatu saat ia harus memutuskan. Dan ia ingin yang terbaik untuk putrinya, tapi ada rasa takut yang terselip di hatinya.

Sakura tersenyum. "Percayalah pada putri Anda, semua pasti baik-baik saja. Ia juga akan sering mengunjungi Anda. Kami hanya akan membantu menemukan jati dirinya."

Dan ucapan Sakura kali ini membuat Hiashi mau tak mau menghela nafasnya lalu tersenyum pada Hinata. "Baiklah, kalau itu yang terbaik untuknya." Untuk pertama kalinya, Hiashi menunjukkan sisi lembutnya kepada Hinata.

Selama ini Hinata hanya melihat sisi keras ayahnya, yang tidak disangka itu adalah bentuk tersendiri Hiashi mendidik anaknya.

"Otou-san..." Mata Hinata mulai berkaca-kaca, namun Hiashi segera menatap putrinya dengan tegas. Dengan gerakan tersentak yang membuatnya terlihat lucu, Hinata mengedipkan matanya berkali-kali berpura-pura tegar.

Sakura terkekeh kecil, sangat jelas Hiashi menunjukkan kasih sayangnya dengan cara yang berbeda. "Sepertinya Anda sangat menyayangi putri Anda." Hiashi tidak menjawab dan tetap menunjukkan wajah tegasnya.

Sakura tersenyum getir untuk dirinya. "Beruntungnya dirimu Hinata."

"Sakura!" Panggil Sasuke. "Sudah larut, ayo pulang." Ajaknya.

Sakura mengangguk, "Neji?" Sakura memutar bola matanya ke arah Neji.

Neji berpikir sebentar. "Mungkin aku akan menginap di sini untuk dua hari. Aku juga akan membantu Hinata mempersiapkan barang-barangnya. Kalian tidak perlu menjemput kami, kirimkan saja mobilku kemari."

Sasuke dan Sakura mengangguk. "Ehehehe, Paman tugas kami sudah selesai. Paman, sampaikan salamku ke Hanabi ya."

"Sakura," Tegur Sasuke pelan lalu mendengus. "Terimakasih atas kesempatan waktu Anda malam ini, kami undur diri."

Hiashi tersenyum tanpa menghilangkan sisi tegasnya. "Tidak perlu formal Sasuke. Sekalang kalian sudah tidak bertugas."

Sasuke mengangguk. "Sekali lagi terimakasih untuk malam ini, Paman."

***

Sasuke menolehkan kepalanya sesekali ke arah gadis yang terlelap di jok sebelahnya. Baru beberapa menit yang lalu mobilnya keluar dari pelataran kediaman Hyuga, dan sepertinya Sakura sudah tertidur pulas.

Sasuke tersenyum tipis tanpa disadarinya. Sepanjang ini sudah lancar rencana mereka. Dan impian Sakura, Itachi, dan diribya akan segera tercapaikan.

Sebenarnya sebelum ini tes untuk para calon tidak wajib dilakukan malah tidak pernah. Namun mengingat penghianatan bisa dengan mudah dilakukan dalam apapun keadaanya, mau tidak mau mereka harus lebih waspada.

Sakura mengeluh pelan mungkin karena terganggu guncangan di dalam mobil. Sakura membenahi posisi tidurnya dan tidak sengaja mulutnya terbuka dengan tidak elitnya.

Terlintas sesuatu di kepala Sasuke, Sasuke menyeringai dan menepikan mobilnya. Ia yakin pasti akan ada sesuatu yang menyenangkan esok hari!

•^•^•



AICONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang