"Sasuke, Sakura, Sai, dan Ino. Latar belakang kalian sangat rahasia. Bahkan organisasi bela negara lain hanya ada beberapa orang yang mengetahui anggota AICON." Fugaku melipat tangannya di atas meja.
"Kalian kuberikan misi di sekolah, jangan hanya bersantai! Bawakan aku anggota baru seumuran kalian yang berkualitas. Karena kejadian beberapa hari lalu yang melibatkan nyawa beberapa anggota kita, kita kehilangan banyak anggota." Titah Fugaku tegas pada keempat remaja di depan meja kerjanya.
"Beri perhatian khusus pada orang yang kalian percaya dan yang menarik bagi kalian. Tes mereka dengan cara kalian sendiri. Tapi jangan sekalipun kalian membuka identitas kalian tanpa kalian benar-benar percaya pada mereka! Aku mengandalkan kalian."
"Misi ini penting. Walau hanya terlihat sepele. Kini kita hanya memiliki sekitar 700 anggota. Kita tidak memenuhi standar keanggotaan. Perang pasti akan terjadi, mengingat kita sudah diberi tanda-tanda perang 8 tahun lalu."
Tambah Itachi yang berdiri di sebelah meja kerja ayahnya dan membantu ayahnya untuk menjelaskan alasan mereka diizinkan sekolah umum.
"Aku tidak menuntut kalian membawa anggota baru yang banyak. Walau hanya sedikit itu sudah cukup. Yang kita miliki sekarang adalah potensi, kecepatan, kualitas, dan tekad. Jangan lupakan ketulusan hati untuk membela negara dan rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi negara." Lanjut Itachi. Sasuke, Sakura, Sai, dan Ino mengangguk mengerti.
"Motto kita adalah hidup untuk negara dan mati untuk negara. Aku yakin kalian pasti akan mendapat hambatan dalam misi ini. Nee, anak-anak. Kalian penerus bangsa yang kini akan berjuang untuk masa depan kalian sendiri. Jangan mengeluh, jangan menyerah. Kehidupan yang kalian miliki sejak menjadi anggota AICON tidak akan seindah kehidupan kalian sebelumnya." Ucap Mikoto di samping suaminya lembut.
"Sekarang kalian mengerti?" Tanya Fugaku.
"Ha'i!" Seru mereka serempak.
"Nah, berjuanglah dan buat aku bangga."
***
Di sebuah kelas bercat putih dengan jendela di sisi kanan dan kiri ruang kelas. Tiga anggota AICON dengan dua diantara mereka menjadi seorang murid dan yang satunya lagi adalah seorang guru.
"Perkenalkan diri kalian." Bisik Kakashi, wali kelas tersebut pada Sasuke dan Sakura.
"Ore wa, Sakura. Salam kenal minna-san!!"
"Ore wa, Sasuke."
"Ara? Apa kalian tidak memiliki marga?" Tanya pemuda berambut jabrik...
"Wah, sugoi nee! Di sini ada pria berambut durian dan garis pipi seperti kucing?! Apa dia siluman? Aku tak sabar ingin mencicipinya!" Batin Sakura menyeringai penuh arti pada seorang murid bernama Naruto, membuat pria itu bergidik ngeri.
"Apa-apaan dia itu, ttebayo?! Hii! Mengerikan!"
Sasuke menyadari tersebut lalu menyenggol Sakura sedikit kasar, walau begitu, gadis itu tidak terganggu alias sudah terbiasa. Sakura menengokkan kepalanya lalu menaikkan alisnya.
"Jangan mulai!" Gumam Sasuke yang hanya didengar Sakura. Sakura menggembukkan pipinya menggerutu.
"Cih, tidak seru!"
Kakashi berdeham, "Sasuke, kau duduk dengan Naruto yang dipojokan sana! Dan, Sakura! Duduk dengan Hinata yang berada di depan Naruto.
"Aa, nama si durian itu Naruto? Aku tidak sabar menanti untuk mencicipinya!" Sakura menyeringai.
"Nani Kakashi-sensei?! Si pink itu mengerikan dattebayo!" Seru Naruto blak blakkan.
Sasuke menatap datar Naruto. "Habis dia!"
"Wah, durian! Tenang saja, aku akan melakukan sesuatu padamu nanti!" Ucap Sakura tersenyum sampai matanya tertutup. Manis, namun mematikan.
"Menyeramkan dattebayo!"
Sasuke kembali menyenggol Sakura. "Dia milikku!" Bisik Sasuke.
"Yaah, kau selalu saja tidak seru ayam?!"
"Sudaah! Kalian ke tempat duduk yang aku beri tau! Dasar kalian ini!" Seru Kakashi memukul kepala Sasuke dan Sakura bergantian menggunakan buku laknat yang selalu dibawanya.
"Kakashi-senpai, kau juga menyebalkan! Tunggu saja nanti!" Seru Sakura menatap Kakashi dengan tajam seakan menyuarakan isi hatinya.
Sasuke dan Sakura ke tempat duduk mereka masing-masing. "Haah, pasti juniorku yang satu itu menyiapkan sesuatu yang buruk untukku. Siap-siap mendapat pukulan maut Kakashi." Batin Kakashi menghela nafas membuaka buku paket pelajaran.
"S-Sakura-chan? A-apa aku boleh m-memanggilmu...begitu? Etto, k-kau tak memiliki marga jadi--" Ucap gadis di sebelah Sakura malu-malu.
"Tentu saja! Emm, siapa namamu?"
"Hyuga Hinata!" Ucap Hinata tegas mengucapkan namanya.
"Aa, Hyuga-san--"
"P-panggil aku Hinata saja, Sakura-chan."
Sakura mengangguk. "Walaupun gagap, aku masih bisa melihat ketegasan dalam dirinya. Ya, dia menarik. Kalau aku mencicipinya, ia akan sangat hebat nanti!" Batinnya lalu menyeringai.
"A-ada apa Sakura-chan?" Tanya Hinata menatap Sakura horor, merasa ngeri dengan seringai gadis gulali itu.
"Ahaha, tak apa Hinata-chan!" Sakura mengibaskan tangannya pada Hinata lalu menghadap belakang.
"Nee, ayam!"
"Hn?"
"Kemarilah!" Dengan malas Sasuke mendekatkan dirinya dengan Sakura yang berada tepat di depannya.
"Aku sudah ada target!"
"Hn?"
"Akan kuberitahu!"
"Hn."
"Dasar ayam kampret!" Batin Sakura sebal membalikkan badannya ke posisi awal.
***
"Watashi wa Ino desu! Panggil saja Ino minna-san, semoga kita berteman baik!" Ujar Ino nyaring.
Lalu di sebelahnya, Sai dengan senyuman yang menurut Ino terlalu dipaksakan. "Sai. Kalian bisa memanggilku begitu. Salam kenal."
"Dasar monoton!" Batin Ino kesal karena Sai selalu berucap seadanya dan hanya itu-itu saja. Saat perkenalan pertamakalinya Sai menjadi anggota AICON, ucapannya sama seperti saat ini. Walau bedanya waktu itu ia menyebutkan nama lengkapnya.
"Ino-san, kau duduk di sebelah Temari!" Perintah wali kelas mereka.
"Ano, Temari-san itu yang mana sensei?" Tanya Ino. Ya, karena senseinya tidak menunjukkan letak Temari dan Ino hanya bisa mendengus untuk menjaga imagenya.
"Yang di tengah, rambut pirang dikuncir dua." Jelas, singkat, padat.
Ino menarik nafas sabar dan menatap sensei itu datar."Sensei, aku duduk di mana?" Tanya Sai.
"Di samping pria itu!" Ucap Sensei mereka menunjuk pemuda berambut nanas yang tertidur di atas meja. Melihat hal tersebut,
"Nara Shikamaru! Aku heran kenapa kau bisa memiliki IQ tinggi padahal kerjamu selalu tidur! Pada saat pelajaran pun kau tidur." Tegur guru bernama Kurenai-sensei membangunkan tidur 'pagi' Shikamaru.
Pemuda nanas tersebut mendesah lelah. "Mendokusai naa. Gomen sensei."
"Sai, duduk di tempatmu!" Titah Kurenai-sensei.
"IQ tinggi, eh? Menarik juga." Batin Sai melirik Ino yang kebetulan atau memang sedang melihat ke arahnya.
Sai mengangguk singkat, Ino mengerti maksud Sai dan balas mengangguk. Artinya dia juga memiliki pikiran yang sama dengan Sai.
"Mungkin jidat sudah memiliki targetnya. Yeah, kalian yang ada di pikiran kami. Siap-siaplah menjadi sesuatu yang tak pernah kalian duga!"
•^•^•

KAMU SEDANG MEMBACA
AICON
Fiksi PenggemarSingkat cerita, organisasi bela negara atau AICON. Dengan anggota yang rela mengorbankan apapun demi negaranya termasuk nyawa. Berkemampuan khusus dibawah kepemimpinan Uchiha. . . . *Karakter pinjam punyanya paman Mashashi Kishimoto ? tapi murni ima...