Yoongi tidak ingat sejak kapan dia mendadak tidak bisa bermain piano, namun itulah yang terjadi. Dia tidak bisa menyelesaikan tugas membuat melodi dari dosen dan tidak bisa menciptakan melodi indah yang menyenangkan hati seisi rumah.
Ibu menjadi cemas, bahkan Yoongi masih saja merasa sedih meskipun Ibu sudah memberikan puding dengan lukisan piano di dalamnya. Ibu mencemaskan Yoongi karena dia pernah merasakan hal yang sama.
Hingga suatu hari Ibu membangunkan Yoongi pagi-pagi sekali, Yoongi kesal namun dia tidak melawan saat hanya melihat wajah datar Ibu.
"Yoongi, ayo temui adikmu."
Ibu mengatakannya dengan tenang, seolah itu bukanlah masalah besar, namun bagi Yoongi ini adalah sebuah bencana karena kata adik selalu menjadi momok mengerikan dalam pikirannya.
Yoongi hanya mengikuti kemana Ibu melangkah bahkan saat Ibu memilih menyembunyikan diri di balik dinding.
Yoongi merengek, lama-lama jengah juga dengan perbuatan Ibu yang super aneh.
"Yoon, kau lihat orang yang ada di sana? Yang meletakkan susu di depan pintu rumah kita?" Yoongi mengangguk lantas merutuk dalam hati. Menurut Yoongi, akan lebih mudah menegur dari dalam rumah daripada bersembunyi seperti pencuri.
Yoongi kemudian menatap bingung sosok yang ditunjuk Ibunya, sebuah senyuman yang tersemat di bibir setelah meletakkan botol susu di depan rumah membuat kepala Yoongi mendadak terisi melodi.
"Apa kau merasakan sesuatu?" Yoongi menganggukkan kepalanya semangat, lantas menatap Ibu dengan mata berbinarnya.
"Sebuah melodi, Ibu aku menemukan sebuah melodi!" Yoongi memekik senang dan Ibu tersenyum bangga kemudian kembali menyeret Yoongi untuk mengikuti pemuda pengantar susu tersebut. Yoongi tidak yakin apalagi dia ingat kalau dia ada kelas hari ini dan Ibu masih menyeretnya lembut mengikuti langkah remaja yang Ibu sebut sebagai Muse.
"Ibu, aku ada kelas." Ibu tidak menggubris dia hanya menghentikan langkahnya kemudian menatap Yoongi dalam-dalam.
"Tanpa kelas pun, kau akan bisa mengadakan sebuah konser solo." Ibu terlalu positif dan Yoongi hanya pasrah saat Ibu melangkah lebih cepat dari sebelumnya.
Yoongi memilih bungkam, menuruti saja permintaan Ibu jika tidak mau mendengar omelan Ayah karena sudah membuat Ibu kesal. Ibu mengikuti hingga sosok pemuda itu sampai di toko susu dan menerima beberapa lembar uang, kemudian berlanjut ke sebuah rumah kecil di sudut kota dan sebuah sekolah menengah atas negeri.
"Ibu, sekolah itu pasti akan lama, bagaimana kalau aku mengikuti kelas terlebih dahulu?" Ibu menggeleng kuat-kuat memilih menyeret Yoongi ke sebuah kafe di depan sekolah, memesan makanan untuk sarapan.
Ibu lantas menyerahkan sebuah kertas, meminta Yoongi menuliskan melodi dan Yoongi hanya menuruti, membiarkan Ibu menyuapkan sarapan ke mulutnya, sedangkan tangannya sibuk dengan melodi yang terngiang dalam otaknya. Yoongi harus memainkannya segera.
Kelas sudah berakhir dan saat itulah Ibu kembali membereskan kertas yang sudah ternodai melodi-melodi Yoongi kemudian bergegas keluar untuk melakukan pengamatan. Yoongi merutuk dia belum selesai menuliskannya dan kenapa sekolah selesai begitu cepat? Yoongi melihat jam tangannya kemudian matanya membola saat melihat keberadaan jarum jamnya.
"Ibu!" Yoongi memekik membuat Ibu terkejut, Yoongi lebih terkejut sebenarnya.
"Berapa melodi yang sudah aku tulis?" Ibu tersenyum, menunjukkan tumpukan kertas yang sudah dirapikan dalam sebuah map.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muse [COMPLETE]
FanfictionDalam mitologi Yunani, Muse adalah para dewi yang melambangkan seni. Mereka dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan dan inspirasi seni. Awalnya ada tiga orang Muse tetapi dalam perkembangan selanjutnya jumlahnya bertambah menjadi sembilan. Muse mer...