Melodi Kesepuluh

946 181 2
                                    

"Jimin apakah kau yakin kalau Elisa bertemu Ayah Jino saat tour dunianya?" Jimin mengangguk kesal, Yoongi sudah menanyakan hal yang sama dan Jimin sudah menjawab dengan jawaban yang sama.

"Aku yakin karena artikel berkata demikian, tapi itu hanyalah asumsi, tidak ada yang tahu fakta aslinya bukan?"

"Jimin-ah, apakah kau percaya jika mereka saling mengenal sejak di universitas?" Jimin menghela napas pelan kemudian mengangguk.

"Asumsi itu boleh juga, tapi siapa yang tahu fakta selain Elisa bukan?" Yoongi terdiam, mengingat kembali tentang kedua orang tuanya dan kedua orang tua Jungkook yang bersahabat.


Ayah bilang, mereka berempat dikenal sebagai dua pasangan yang serasi dan romantis, Ayah bersama Ibu dan Elisa bersama Ayah Jungkook. Elisa memang berkewarganegaraan Indonesia dan menjadi pianis hebat yang melakukan tour dunia. 

Yoongi juga akhirnya mengerti kenapa Ayah dan Ibu tidak bisa jauh-jauh dari dunia seni, karena Ibu adalah pianis terbaik di Universitas dengan Elisa berada di nomor dua. 

Namun, karena sebuah tragedi yang cukup fatal di malam tahun baru, Ibu tidak bisa lagi bermain piano dan mengubur mimpi tentang tour dunia.



"Jimin-ah, saat kau tahu akan memiliki seorang adik bagaimana perasaanmu?" Jimin menghentikan aktivitasnya lantas menatap Yoongi dengan tatapan bingung.

"Aku senang sekaligus takut. Aku senang karena akan memiliki saudara, namun aku juga takut semuanya akan berbeda tapi meskipun terkadang menyebalkan aku tidak kehilangan semuanya, memangnya kenapa? Kau ingin memiliki adik?" Yoongi menggelengkan kepalanya. 

Satu hal yang membuat Yoongi begitu terpukul adalah sebuah fakta bahwa dia yang membuat adiknya meninggal.





Kondisi Jungkook memburuk dan harus mendapat perawatan rumah sakit, itu adalah hal yang Yoongi tahu dari Ayah Jungkook saat berkirim pesan singkat dengan Jungkook dan Ayah Jungkook yang membalas pesannya. 

Yoongi menghela napas panjang, pasti melelahkan menjalani kehidupan dengan bayang-bayang kematian. Yoongi memutuskan untuk menemui Jungkook, mencoba menghindar sejenak dari kecanggungan yang tercipta di rumahnya.


"Aku Ibunya! Biarkan Jungkook melupakan Elisa!" 

Yoongi menjatuhkan buket bunga yang sengaja dia bawa, langkahnya terhenti begitu mendengar suara Ibunya dan melihat Ibunya berhadapan dengan Kakek Jungkook.

"Kau bukan Ibunya, Elisa adalah Ibu Jungkook." 

Yoongi menelan salivanya, menatap ke arah ruang tunggu dengan tatapan bingung. Ayah Jungkook terlihat pasrah dan diam, Ibu hanya berbicara dengan Kakek Jungkook yang napasnya sudah tersengal karena emosi.

"Ibu?" 

Yoongi mendekat dan membuat Ibu membulatkan matanya, ekspresi yang sama saat dia ketahuan membuka album terlarang kemarin.

"Yoongi-yaa, kenapa kau ada di sini?"

"Aku ingin bertemu Jungkook."

"Kau ingin menemui adikmu? Masuklah, dia pasti menunggu kakaknya."

Yoongi menggelengkan kepalanya, dia melangkah menghampiri Ibu yang berdiri dengan tatapan kosongnya.

"Ibu, Jungkook bukan adikku. Bukankah kemarin kau mengatakan bahwa adik sudah meninggal?" 

Ibu terisak kemudian merapalkan kata maaf berulang kali kepada Yoongi.







Ini adalah cerita rumit orang dewasa, Yoongi mungkin tidak mengerti namun dia menginginkan penjelasan lebih, sekeras apapun dua Ayah itu menolak berbicara. Yoongi mendesak Ayah berbicara tentang Ibu dan tentang sosok adik yang selama ini Yoongi benci kehadirannya. 

Taman rumah sakit menjadi pilihan yang tepat untuk mereka menjelaskan semuanya. Jungkook berada di ruang operasi saat ini, membenahi apa yang salah di otaknya dengan sepasang renta yang bergantian menunggu dengan perasaan khawatir. 

Ibu berada di salah satu bangsal karena kondisi kesehatannya menurun. 

Bukannya Yoongi tidak peduli dengan kondisi Ibu dan Musenya, namun Yoongi menginginkan penjelasan gamblang tentang permasalahan sebenarnya.

"Kami memang bersahabat dan menjadi pasangan yang serasi dan terkenal di seluruh fakultas." Yoongi menggelengkan kepalanya, bukan itu yang ingin dia dengar.

"Adik, tentang adik." Yoongi menegaskan membuat Ayah mengusap wajahnya kasar dan Papa Jungkook menunduk begitu dalam.

"Umurmu lima tahun saat adikmu lahir, kau mungkin belum mengerti tapi saat itu adikmu memiliki kelainan di jantungnya, Ayah sudah menjelaskan kenapa adikmu bisa meninggal. Ibumu sangat terpukul ditambah dia harus merelakan rahimnya diangkat." Ayah menjeda kalimatnya kemudian menghela napas panjang.

"Satu bulan setelah kematian adikmu, Jungkook lahir ke dunia dengan selamat. Elisa adalah wanita yang baik dan menghibur Ibumu dengan merawat Jungkook bersama, setidaknya sampai berusia kurang lebih dua tahun setengah, kau tentu ingat bagaimana hebohnya Ibu dulu menanyaimu soal adik." Ayah terkekeh kecil kemudian menarik napas panjang.

"Ibumu melakukan kesalahan dan membuat Jungkook terluka."

"Jadi, Jungkook menjadi Tuna Rungu karena kecelakaan?" pertanyaan Yoongi dijawab anggukan oleh kedua laki-laki itu.

"Elisa tidak marah, tapi keluarga kami yang marah. Akhirnya aku dan Elisa memilih membesarkan Jungkook di Indonesia." Papa Jungkook mengatakan dengan tegas, tidak ada sebersit rasa benci di hati Papa Jungkook untuk Ibunya.

"Ibumu masih menganggap kalau Jungkook adalah adikmu, nama panggung Jungkook adalah Jino, Elisa yang baik hati menyematkan nama adikmu." Ayah menghembuskan napas panjang.

"Yoongi-yaa, jangan membenci Ibumu setelah ini." Papa Jungkook mengangguki kemudian laki-laki menepuk pundak Yoongi beberapa kali.

"Setelah ini aku tidak akan membawa Jungkook kemanapun, dia tetap bisa menjadi Muse untukmu, kau juga bisa menjadi kakak untuknya dan Ibumu bisa menjadi Mama baru untuk Jungkook. Anak itu selalu merengek meminta Mama baru, sedangkan aku begitu setia kepada Elisa."

Ayah terkekeh begitupun dengan Yoongi. 

Pada akhirnya semuanya terlihat jelas saat saling berbicara. Jungkook melewati operasinya dengan baik dan membuka matanya setelah keluar dari ruang recovery

Muse [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang