Yoongi pulang dengan langkah lunglai, dia melihat Jungkook di taman. Melihat kaki Jungkook yang terkulai di gendongan pengawalnya, sedangkan laki-laki yang menjabat sebagai Ayah Jungkook berjalan di belakang mereka dengan langkah pincangnya.
Yoongi baru menyadari kalau kaki Ayah Jungkook pincang. Yoongi tidak mengerti kenapa Jungkook tiba-tiba terlihat tidak berdaya dan sekarang dia semakin tidak mengerti dengan Ibu yang menyambutnya dengan senyuman tipis.
Seperti bukan Ibu yang selama ini Yoongi kenal dan Yoongi sayang.
"Ada apa dengan Ibu?" Ibu menggelengkan kepalanya kemudian menarik napas panjang sembari menatap masakan yang sudah dia hidangkan.
Ibu selalu menunggu Ayah pulang terlebih dahulu sebelum makan, hal yang terkadang membuat Yoongi memakan cemilan pengganjal perut sebelum pulang.
Ayah sering pulang terlambat akhir-akhir ini, bahkan Ibu harus memanaskan lagi sebelum dimakan karena Ayah begitu terlambat.
"Ibu terlihat tidak bersenang-senang lagi di dapur." Ibu menghela napas panjang, pandangan Ibu mendadak berpindah ke grand piano berwarna hitam yang ada di ruang tengah.
"Kau mau memainkan sebuah melodi?"
Yoongi mengernyit bingung, meskipun pada akhirnya Yoongi tetap berjalan menuju tempat di mana piano berada dan mulai menarikan jemarinya di atas tuts dengan dua warna itu.
Yoongi memejamkan matanya, mencoba meresapi permainannya dan dia merasakan suatu hal dalam dirinya dan menimbulkan satu tanda tanya besar dalam otaknya.
"Ibu, apakah benar aku ini berbakat?" Ibu tidak menjawab, dia melamun dengan tangan yang menopang dagu.
"Ibu?" Yoongi menaikkan volume suaranya namun Ibu masih belum menyahuti, hingga panggilan ketiga Ibu terlonjak dan bertepuk tangan dengan mata berbinarnya.
"Kau selalu hebat sayang, mau berapa kecupan?"
Yoongi mendengkus, memilih bangkit menuju kamarnya.
Ibu melamun, dan tidak menikmati permainan pianonya.
Yoongi membuka matanya pelan setelah mendengar melodi dari permainan Jimin, dia merasakan sensasi yang berbeda.
"Meskipun melodinya sederhana, tapi kau memainkannya dengan perasaanmu, kau hanya perlu memperbaiki beberapa bagian."
Yoongi menghela napas panjang, dia baru sadar kalau selama ini dia tidak pernah dipuji tentang perasaan, hanya melodi rumit dan indah yang membuat dosen kagum, namun Jimin berhasil mendapat sebuah pujian karena perasaan yang ikut campur dalam permainannya.
Yoongi berdecih pelan, dia mengikuti kelas musik bukan kelas yoga yang harus menenangkan jiwa sekaligus raga, Yoongi tidak bisa memakai perasaannya saat bermain musik.
"Kau terlihat sangat senang, padahal melodimu sangat menyedihkan." Jimin terkekeh kemudian kembali sibuk dengan melodi di bukunya, inspirasi sedang datang secara bersamaan membuat Jimin sibuk menuliskannya.
"Kau tahu idol atau aktor?" Yoongi mengangguk menjawab pertanyaan Jimin, dia tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui idol atau aktor.
"Kau tahu lagu mereka memiliki genre yang berbeda bukan? Dan aktor selalu menunjukkan ekspresi berbeda di setiap adegan."
"Tentu saja, itu sebuah tuntutan untuk aktor dan idol seperti mereka."
"Itu namanya akting, yang kulakukan tadi adalah akting."
KAMU SEDANG MEMBACA
Muse [COMPLETE]
FanfictionDalam mitologi Yunani, Muse adalah para dewi yang melambangkan seni. Mereka dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan dan inspirasi seni. Awalnya ada tiga orang Muse tetapi dalam perkembangan selanjutnya jumlahnya bertambah menjadi sembilan. Muse mer...