Melodi Keempat

1.1K 203 4
                                    

Yoongi tidak tahu kenapa dia melakukan hal yang sama seperti beberapa minggu yang lalu -menguntit seseorang- bedanya sekarang Ibu tidak bersamanya. 

Yoongi kehilangan kemampuan bermain piano lagi, membuat Yoongi ingin sekali melihat wajah Jungkook lagi dan mendapatkan melodi di otaknya. 

Ibu juga terlihat lesu belakangan ini dan sering mengeluhkan permainan piano Yoongi yang datar dan tanpa perasaan. 

Yoongi sudah melakukan ini selama beberapa hari dan Yoongi tidak kunjung bertemu dengan pemilik senyuman polos yang berhasil membangkitkan melodi dalam otaknya.


"Kau menginginkan Musemu?" suatu pagi Ibu bertanya sembari menyerahkan sebuah tiket konser solo seorang pianis yang namanya asing bagi Yoongi. Yoongi tidak langsung menerimanya.

"Aku tidak percaya Muse, aku berbakat." 

Ibu menggelengkan kepalanya tegas, Yoongi membutuhkan Jungkook sebagai sumber inspirasi dan Ibu tidak suka dengan sikap angkuh Yoongi yang terus menolak fakta bahwa Jungkook adalah Muse bagi kehidupan bermusik Yoongi.

"Apa kau ingin bertemu dengannya? Kau menunggunya setiap pagi untuk mengantarkan susu ke rumah, aku sudah bertanya kepada pemilik toko dan dia bilang Jungkook sudah tidak bekerja lagi di sana." Ibu menghembuskan napas panjang sembari memainkan pinggiran tiket konser di tangannya.

"Dia juga tidak lagi bersekolah di sekolah itu dan tidak lagi menghabiskan waktu untuk bersenandung kecil di taman." 

Yoongi tertegun, ternyata bukan hanya dirinya yang mencari Jungkook. Ibu mencari Jungkook, bahkan lebih detail dari dirinya yang hanya menunggu seperti seorang pencuri yang tengah bersembunyi.

"Ibu kenapa mencarinya?" Ibu kembali menghembuskan napas panjang. "Karena Jungkook adalah Muse Ibu."

Yoongi mengumpat di dalam hati. 

Tidak ada Muse di dunia ini.



Yoongi memutuskan membawa tiket konser itu ke kelas, dia akan bertanya kepada Jimin siapa pianis yang sudah memiliki konser solo sendiri itu dan Yoongi terkejut saat tahu bahwa seisi kelas membicarakan konser itu.

"Kau tidak tahu siapa dia?" Jimin memekik kencang dengan tatapan tidak percaya dan membuat seisi kelas menatapnya dengan tatapan hampir sama dengan Jimin.

"Aku tidak tahu siapa Jino, memangnya dia terkenal?" Jimin berdecak, semua orang sudah kembali sibuk dengan urusan masing-masing, samar-samar Yoongi masih mendengar nama Jino disebut.

"Dia adalah pianis dari Indonesia, dia sangat jenius dan usianya masih lima belas tahun. Dia berhenti melakukan tour konser tunggal satu tahun belakangan karena kecelakaan." Jimin menunjukan sebuah artikel di internet kepada Yoongi.

"Ibunya adalah Elisa, kau tahu Elisa kan? Jangan bilang kau tidak tahu." Yoongi menggeleng pelan, dia memang tidak tahu siapa Elisa.

"Kau pasti hanya tahu Mozart dan Beethoven jangan bilang kau juga tidak tahu siapa Yiruma?" Yoongi menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan bertubi Jimin.

"Elisa adalah pianis hebat asal Indonesia yang sudah mendunia, dia melakukan berbagai tour dan bertemu dengan laki-laki Korea Selatan lalu menikah dan mereka menetap di Indonesia tepatnya di Bandung. Aku tidak tahu pasti karena itu hanyalah artikel hasil opini orang-orang karena aku menemukan artikel yang menyebutkan cerita berbeda, yang jelas Jino adalah putra tunggal Elisa yang sudah melakukan tour dunia sejak usianya sepuluh tahun tapi sayang aku tidak pernah bisa datang ke konsernya, satu tahun belakangan pasti hal yang sulit bagi Jino, Elisa meninggal dalam kecelakaan itu dan Ayahnya koma. Artikel menyebutkan kecelakaan itu terjadi saat mereka di Seoul." Yoongi tertegun saat menscroll sosok Jino yang terpampang di layar ponsel Jimin.

"Jimin-ah, kau mau datang bersamaku?" Jimin memasang wajah bingung, heran dengan penawaran Yoongi.

"Aku akan meminta tiket tambahan kepada Ibu, karena seharusnya dia tidak perlu tiket untuk bisa melihat konser Jino." Jimin hanya mengangguk setengah tidak percaya.

"Apakah Jino sangat spesial?" Jimin mengangguk menjawab pertanyaan Yoongi kemudian merebut ponselnya yang sedari tadi dipelototi Yoongi, layarnya masih menampilkan foto-foto Jino dan Elisa.

"Dia spesial, dia seperti Muse untukku dan yang membuatnya lebih spesial adalah karena dia seorang Tuna Rungu."

Yoongi tertegun begitu lama kemudian menarik napas panjang sembari menatap tiket konsernya. 

Yoongi tidak percaya Muse dan Yoongi harus membuktikannya saat konser nanti, bahwa Jungkook bukanlah Muse melainkan hanya pengalihan pandangan yang membuatnya melihat sudut pandang baru untuk menciptakan sebuah melodi. 

Muse itu omong kosong. 

Muse [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang