VI. Fate

207 26 0
                                    


Jimin pov

"Ka!! Jebal ka juseyo!!"

"Arasseo" Aku akhirnya mengalah, melihat wanita yang di depanku ini sudah meninggikan suaranya padaku.

Mengapa ia tiba-tiba bertingkah aneh, yang aku ingat sebelum ia keluar ia terlihat bahagia ingin memamerkan rehearsal nya.

Aku bangkit dari tempatku merunduk saat menghampirinya, melangkahkan kakiku pergi namun masih menatap kebelakang dengan wajah yang bingung.

Arrgh, entahlah mengapa aku juga ikut kesal, apa sih yang di pikiran wanita beruang itu. Kurasa aku tidak mempunyai salah apapun padanya.

Langit mulai menampakkan wajah mendungnya, menggantikan siang bolong terik yang menyilaukan mata beberapa saat lalu. Aku sedikit berlari ke arah motorku dan melajukannya sesegera mungkin, paling tidak aku tidak mau terjebak diantara rintik hujan yang sedikit menyedihkan.

Aku hanya tidak mau terlihat seperti pria malang yang baru saja terusir lalu basah kehujanan ditengah jalan. Sungguh itu sangat tidak adil bagiku. Karena aku bahkan tidak tahu apa salahku.

Tanpa jarak tempuh yang lama dengan motor kesayanganku. Aku telah sampai di rumah yang aku tempati dengan beberapa temanku setahun terakhir ini setelah aku lulus dari Universitas. Aku membuka pintu rumahku dengan terburu, masuk dengan mengibaskan bajuku yang dalam keadaan sedikit basah, kulihat Taehyung duduk di sofa sedang menonton Kapten Tsubasa di layar kaca. Ia memutar sedikit kepalanya ke tempat ku berdiri, kurasa ia cukup heran dengan kedatanganku yang baru pergi hanya setengah jam lalu.

"Ya, kau habis dari waterpark mana? Mengapa cepat sekali kau pulang? Baru juga mereka menyelesaikan babak pertama antara Nankatsu dan Toho."

"Argh molla"

"Ya ada apa? Bagaimana dengan wanita Kang itu? Kau sudah menemuinya?"

"Em, dan dia mengusirku baru saja" Aku membuka jaketku yang sedikit basah dan menggantungkannya pada gantungan mantel di samping pintu.

"Mengapa?"

"Molla, ia tiba tiba berubah menjadi rubah berekor Sembilan dalam beberapa detik" Aku ikut bergabung dduduk bersama Taehyung, menyandarkan kepalaku pada sandaran sofa.

"Padahal aku sudah membantunya menemukan ponselnya." Racauku lagi yang tak habis pikir dengan tingkahnya barusan.

Tunggu, ponsel? Apa ini ada kaitannya dengan itu semua? Ah tidak-tidak mungkin Ia hanya memakainya untuk panggilan, dan juga aku yang membuat panggilan tadi, lagipula ia tidak tahu passwordku.

"Nah kalau itu aku juga bukan cenayang, aku tidak tahu bagaimana menangani siluman rubah."

"Biarlah, aku akan menunggu hingga malam, sampai ia tenang." Aku hanya menutup mataku, meski aku yakin aku tidak tidur karena aku masih bisa mendengar Taehyung menjerit histeris dengan pertandingan bola yang digawangi seorang Wakabayashi.

🍂

Kemana wanita itu, mengapa tak satupun panggilanku dijawab olehnya. Bahkan kurasa sudah berpuluh-puluh kukirim kan padanya.

Aku kembali menelponnya lagi hari ini, masih nihil, ia masih tak menjawab panggilanku.

Malam ini pun masih sama, ia masih tidak mengangkat panggilanku, aku pun memutuskan untuk menghampiri rumahnya sekali lagi. Kulihat rumahnya sudah gelap, tak ada tanda-tanda kehidupan seorangpun dari dalam pagar rumah. Hingga aku mengurungkan niatku dan kembali ke rumah dengan tangan kosong.

Seulmin - No Ending (Slow up) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang