VI. Fate (Bag.2)

149 19 0
                                    

"Jim, sebelah sini!"

"Kau memiliki tiket?"

"Tentu, para hyung memberikanku 1"

"Oh baiklah, Apa kau datang sendiri?"

"Tidak aku bersama Tae dan Bogum tadi, namun sekarang kami berpisah, karena kau menungguku."

"Oh, haruskah aku terharu?"

"Haha terserahmu."

"Apa kau sudah menghubunginya?"

"Belum, Aku belum sempat, aku kembali pagi ini dari Cheon-an dan hanya mampir dirumah untuk mandi setelah itu aku kesini."

"Heol, kuakui niatmu."

"Ayo akan kubawa kau ke tempat yang lebih jelas untuk melihatnya.Tenang saja aku sudah dahulu menjelajahi tempat ini kemarin."

"Dasar wanita tupai, kau masih saja suka berkeliaran seperti biasanya."

Jenny membawa Jimin Ke Tribun atas yang berada tepat di depan panggung, Tempat terbaik untuk melihat ke panggung, setidaknya kau tidak terhalang pandangan oleh penonton lain.

Jimin sedikit banyaknya menikmati penampilan dari pengisi acara di atas panggung. Beberapa diantaranya adalah teman nya seperti Namjoon dan Hoseok.

"Jim, kudengar dahulu Seulgi pernah sempat beraktifitas di Jepang, namun tidak akhir-akhir ini. Sudah lama ia menetap di Seoul, dan setelah ini tidak ada jaminan dia akan tetap di Korea selamanya karena kau tahu, panggung ini hanya batu loncatan baginya utnuk merebut kembali pamornya dahulu."

"Kau yakin?"

"Hmm, kemarin aku sempat berbincang dengannya setelah rehearsal." Jenny mengangguk mengiyakan.

"Lihat, sekarang penampilan teman segrupnya. Mungkin kau tidak tahu, tapi mereka dulu sempat tenar di Jepang, dan aku mengagumi keduanya."

"Oh dia yang berduet dengan Yoongi Hyung?"

"Kau mengenal temannya itu?"

"Ya, dia teman satu rumahku, hanya saja kurasa kau belum pernah melihatnya, ia cukup penyendiri. Lain halnya dengan Hoseok hyung."

"Begitukah? Oh ya Sampaikan salamku pada Namjoon dan juga Hoseok Oppa."

"Yes, I know kau dulu sempat dekat dengan Namjoon hyung bukan?" Jimin menopangkan tangannya pada pembatas pagar tribun. Bertanya seolah ia tahu suatu hal.

"Ah sudahlah, itu hanya masa lalu." Jenny hanya menggubris pertanyaan Jimin, tak mau laki-laki itu semakin panjang membawa arah pembicaraan.

"Wah bahagianya dirimu bisa lepas dari masa lalu."

"Lagipula sekarang aku sudah memiliki kekasih, dan kau jangan buat aku goyah."

"Oh ya, yang mana kekasihmu? Yang kau katakan juga pengisi acara?"

"Sebentar lagi kau akan terkejut."


Jimin POV

"Jim, sekarang."

Lampu sorot terlihat jatuh ke satu wanita yang berada di atas panggung, begitu menyilaukan di mataku, aku menangkap sosoknya, wanita dengan rambut yang ditata terurai lurus kebawah dengan pakaian yang bagaimana aku mengatakannya? Sedikit menggoda? Oke kuakui ia memakai kemeja berlengan panjang, namun lihat? Ia berani memamerkan pahanya di hadapan banyak orang. Oh astaga wanita ini.

Tunggu apa yg kumaksud? Mengapa aku malu melihatnya? Oh tuhan, jantungku sepertinya kambuh lagi, ia berdetak cukup tak beraturan hanya dengan melihat sosok itu.

Sosoknya yang menari di atas panggung dan kulihat peluh yang membasahi wajahnya tanda ia bekerja keras, entah mengapa begitu mempesona.
Setiap hentakan yang dibuatnya, aah siapa yang yang sanggup berpaling untuk tidak melihat wanita pekerja keras satu ini. Aku begitu bahagia melihatnya menikmati panggung, sama seperti yang pernah dikatakannya dalam ceritanya, betapa ia mencintai tarian dan lampu sorot yang tertuju padanya. Suasana panggung yang kutahu sangat diimpikannya.
Charesseo Seulgiya~ Kau menikmatinya?

Kurasakan panas diwajahku, apakah wajahku merona?
Ah rasanya aku ingin menitikkan air mata. Tapi tunggu tidak dihadapan Jenny, bisa-bisa aku divideokan dan dimasukkan ke dalam sns nya. Baiklah lupakan.

"Jim!!"

"Yak Bantet!!" Jenny sedikit memukul tanganku.

"Aww, ada apa?"

"Cih dasar, tak sedetikpun kau kulihat berpaling darinya." Jenny sedikit mengolokku.

"Ah, maaf aku tak sadar."

Sorak sorai penonton semakin riuh, menandakan pasti ada kejutan atau sesuatu yang terjadi di depan sana.

"Itu kekasihku, lelaki yang bersamanya"

Mataku kembali menuju ke atas panggung, menuju arah yang menimbulkan sorak penoton.

Mataku menangkap sosok yang ditunjuk Jenny, Tsk apa-apaan ini, berani-beraninya ia meletakkan tangannya– Hey

Mataku menangkap sosok yang ditunjuk Jenny, Tsk apa-apaan ini, berani-beraninya ia meletakkan tangannya– Hey–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yak, Jen kau membiarkannya begitu saja?" Aku protes pada wanitanya yang berdiri disampingku.

Jenny menutup sebelah telinganya yang kuteriaki "Yow pelankan suaramu bantet. Tenang, ia hanya bertindak professional, dan lagi pula itu Seulgi, Aku mengenalnya."

"Tapi tetap saja.."

Aah mengapa keduanya begitu menyebalkan, aish ingin rasanya aku melempar sesuatu ke arahnya.

"Yaah calm down sobat, lihat dan hargai pekerjaannya, kau disini bukan untuk mengomentarinya tapi untuk melihatnya, kau lupa?"

"Ah baiklah." Aku kembali mengatur emosiku.

"Lihat, mereka sudah selesai. Dan sebentar lagi penutupan. Kau tidak ingin menemuinya?"

"Tentu saja"

Semua penampil malam ini naik keatas pangung satu-persatu dan berkumpul di atas panggung menandakan acara akan selesai dan hanya untuk menyampaikan salam perpisahan, kulihat dirinya tersenyum sambil melambaikan tangan mengikuti alunan musik perpisahan, begitu cantik fikirku.

"Jiim, aku cukup membantumu sampai sini, selanjutnya kuserahkan pada kalian. Aku pergi dulu, Semoga berhasil."

Jenny berlalu dari tempatnya berdiri mengikuti semua penonton yang perlahan mengosongkan lapangan festival malam ini. Tanpa kusadari rintik hujan mulai turun, yang seketika membuat manusia yang tadi berlalu lalang pergi seceepat kilat menghindari rintiknya.

Aku pun turun dari tribun tempatku menatapnya tadi, berdiri di tepi pagar festival menantang hatiku, haruskah aku menghubungi wanita tadi atau tidak, batinku masih bergejolak. Aku telah jauh-jauh datang kesini meninggalkan kegiatan yang sudah terencana selama ini. Apakah aku puas hanya dengan melihatnya? Tidak kurasa belum cukup.

Kuberanikan diriku menatap kontak yang diberikan Jenny, dan dengan gugup menekan tombol panggil. Mendekatkan benda kotak tersebut ketelinga. Dan..

Tuut...

.

Tuuut..

.

Tuuut..
.

'Yeoboseo?'

Aaah suara ini

Seulmin - No Ending (Slow up) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang