Chapter 60

3.3K 515 32
                                    

Air mata meleleh di pipi Nafisah. Untuk pertama kalinya Daniel yang ia kenal sebagai sosok suami yang hangat dan penuh senyuman itu hancur setelah mendapati kenyataan pahit.

Setelah kepergian Orla, Ibu Daniel, Kini Akhirnya Alano pun ikut menyusul sang istri terdahulu. Daniel benar-benar terpukul. Untuk berdiri menopang tubuhnya saja rasanya tidak sanggup.

Tidak ada cara lain yang bisa Daniel lakukan selain diam dan duduk di kursi. Menatap Alano yang sudah tertutup kain putih dengan pandangan kosong. Nafisah tak bisa menahan diri lagi, ia pun mendekati suaminya dan memeluknya.

Daniel masih bertahan di posisinya, duduk di kursi dengan wajah sembab meskipun Nafisah sudah memeluk pundaknya sambil berdiri.

"Daniel..."

"Ayah sudah tidak ada. Patah hatinya seorang anak adalah ketika Ayah dan Ibunya benar-benar sudah tidak akan pernah kembali lagi."

Nafisah merunduk, semakin memeluk erat wajah Daniel. Lagi, Daniel mencoba untuk kuat. Tapi sulit. Akhirnya ia mengalah pada dirinya, membenamkan wajahnya pada pelukan Nafisah yang masih berdiri di sampingnya. Terisak... Nafisah bisa mendengar isakan Daniel yang tak tertahankan.

"Sejak awal aku tidak pernah setuju Ayah menikahi adik iparnya itu. Dia jahat Nafisah... Dia jahat.. Gara-gara dia Ayah dan Ibuku.... "

Nafisah memejamkan matanya. Ikut meneteskan air mata karena ia bisa merasakan apa yang Daniel rasakan. Kehilangan kasih sayang orang tua untuk selama-selamanya.

"Ini sudah menjadi takdir Allah, Daniel. Aku tahu rasanya, sulit bagi kita kehilangan mereka yang benar-benar ada sejak kita di lahirkan. Tapi kita harus ikhlas, meskipun berat."

"Nafisah.." Daniel mendongakkan wajahnya sembari melepaskan pelukannya pada Nafisah.

"Iya sayang?" Nafisah menghapus sisa air mata yang membekas di wajah Daniel.

"Mereka telah pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya. Sekarang aku cuma punya kamu. Jangan pernah terpikir untuk pergi dari hidupku sekalipun kamu tahu bahwa aku adalah penjahat yang melawan hukum..."

Lirih..

Nada suara Daniel terdengar memohon pada Nafisah. Daniel ikut menghapus air mata yang mengalir di pipi istrinya. Nafisah merunduk, memberikan ciuman ketenangan pada bibir Daniel dengan lembut.

"Ketika rasa cinta hadir dalam hidupku. Aku tidak akan pernah terpikir untuk meninggalkannya. Justru pria di masalalu yang meninggalkanku. Bahkan aku takut, malah kamu yang bakal melakukannya hal yang sama seperti dia. Meninggalkanku juga... " bisik Nafisah pelan.

"Apa katamu tadi? Rasa cinta hadir dalam hidupmu? Maksudmu..."

"Akhirnya aku mencintaimu Daniel... "

Daniel menatap wajah Nafisah dengan lekat. Meneliti setiap inci nya apakah semua yang di katakan Nafisah ini benar sungguhan atau tidak.

"Kamu berhasil, meruntuhkan tembok yang aku bangun selama 5 tahun ini. Aku mencintaimu.."

"Katakan sekali lagi."

"Aku mencintaimu, aku mencintaimu Mas Daniel.."

"Ayah.. " Daniel menoleh ke arah jenazah Alano dengan wajahnya yang masih sendu, tapi ada binar kebahagiaan di matanya. "Cinta sejatiku. Aku menemukannya."

Mahram Untuk NafisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang