The Legless Arms pada pukul sebelas malam semakin ramai. Alunan musik jazzy memanjakan telinga bagi setiap yang mendengarnya. Salah satu bar yang berada di Shibuya tersebut memang ramai diminati tak pelak dari berbagai kalangan. Termasuk Suho, Baekhyun, dan Minho yang sekarang menikmati tiga gelas berisi cocktail.
"Sudah satu minggu Irene pulang ke Asahikawa." Minho dengan tegukan tequela sunrise, berkata pada Junmyeon yang memunggungi lantai dansa. Mereka bertiga duduk berjejer di meja bar menghadap cellar. "Apa kau tidak merindukannya?"
Junmyeon mendelik. Pertanyaan seperti apa itu? Tentu jawabannya sudah jelas.
Pria Choi sepertinya mulai mabuk. Minho sesenggukan berulang kali, membuat Junmyeon sedikit enggan merespon pertanyaannya. "Tentu saja rindu. Tapi jadwalku sedang padat. Aku hampir tidak menyentuh ponsel seharian ini." Junmyeon menggoyang-goyangkan gelas berisi blue lagoon yang tinggal setengah, kemudian meneguknya.
"Irene? Irene-chan, ya? Hehehe." Baekhyun yang tadi menelungkupkan kepala di atas meja, kini menegapkan badan. Tidak seperti Minho yang masih sanggup menahan, Baekhyun benar-benar teler. Pipinya merah dan matanya pun sayu. "Kim Junmyeon! Kau itu beruntung sekali, man!" Baekhyun menunjuk-nunjuk Junmyeon dan kembali tertawa.
Junmyeon tersenyum miring. Si Byun ini akan berakhir mengenaskan bila dibiarkan terus-terusan minum. Segera Junmyeon menelepon supir pribadi Baekhyun untuk menjemput si Tuan Muda. Junmyeon kembali menyesap cocktail. Seharian mereka rapat koordinasi dan evaluasi kerja. Baik Junmyeon maupun BaekhyunㅡCFO dan CEO Aeri Technoㅡpusing bukan kepalang akan hasilnya. Tidak diprediksi, terjadi pembengkakan dana di bagian produksi. Oleh karena itu, Junmyeon dan Baekhyun memutuskan pergi ke bar mengistirahatkan pikiran mereka. Kebetulan Minho sedang tidak ada jadwal sehingga mereka mengajaknya.
"Bagaimana dengan pekerjaan? Apa Irene sudah memutuskan?" Minho kembali bertanya setelah meminta bartender mengambilkan air mineral. Minho harus ke rumah orangtuanya setelah ini, dia tidak ingin benar-benar mabuk. "Padahal kantornya di Washington dulu merekomendasikan Irene ke salah satu biro akuntansi di Tokyo. Tapi Irene menolaknya."
Rekomendasi kerja? Tentu saja ucapan Minho mengejutkan Junmyeon. Joohyun tidak pernah mengatakan apa-apa tentang hal itu kepada Junmyeon. Mengenyampingkan sejenak, Junmyeon dibuat berpikir. Apa alasan Nona Bae tersebut menolak rekomendasi kantornya? Padahal Junmyeon yakin pihak Washington tidak akan merekomendasikan karyawan terbaik mereka ke sembarang perusahaan.
"Pasti ada alasan Joohyun menolaknya." Junmyeon berusaha menepis rasa penasaran. Tidak mungkin Junmyeon bertanya balik kepada Minho. Bisa-bisa Minho mempertanyakan kredibilitas Junmyeon sebagai calon suami Joohyun.
Junmyeon tidak mau rekan-rekannya menganggap Junmyeon tidak sepenuhnya mengenal Joohyun. Proposal itu! Junmyeon merasa dia sudah tahu semua seluk-beluk seorang Bae Joohyun. Namun, mengapa hanya karena tidak tahu masalah rekomendasi yang ditolak ini malah membuat Junmyeon merasa kesal?
"Oh, aku kira Irene tidak menceritakannya kepadamu. Jadi, kau sudah tahu? Baguslah." Minho kembali berucap yang justru menambah rasa panas di dada Junmyeon. Apalagi Minho sejak tadi memanggil Joohyun dengan nama kecilnya—Irene. Tentu Junmyeon tahu bahwa Minho adalah rekan Joohyun di Washington dulu, juga pria yang mengenalkan Junmyeon pada wanita itu. Namun, Junmyeon merasa kesal hanya karena Minho mengetahui satu hal tentang Joohyun yang tidak Junmyeon ketahui.
Tidak mau berlama-lama lagi di siniㅡsetelah Baekhyun dijemput supir pirbadinyaㅡJunmyeon pamit untuk pulang lebih dulu kepada Minho. Pria itu beralasan kepalanya pusing dan besok harus menghadiri Konferensi Bisnis di Nagoya.
Padahal nyatanya, Kim Junmyeon hanya tidak mau seorang Choi Minho kembali berbicara tentang Joohyun. Membicarakan hal-hal tentang wanita itu yang tidak pernah Junmyeon ketahui sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERGREEN
FanfictionSeries: Red Velvet #1 Junmyeon dan Joohyun terlibat dalam eksistensi dunia yang berisik. Dari Seoul hingga Tokyo, Sapporo di Hokkaido, sampai rumah kecil di Asahikawa. Hanya butuh dua tahun Junmyeon meyakinkan diri, lalu menyimpan sisanya untuk hari...