8 | Clarification

1.4K 276 57
                                    

"Kalian menunda pernikahan?" Byun Baekhyun tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika Junmyeon memutuskan untuk berangkat ke Seoul hari ini juga.

Langkah kaki tergesa-gesa menapak di Bandara Gimpo. Kim Junmyeon berada di Seoul setelah Nyonya Kim memintanya pulang ke rumah untuk berbicara, dan Byun Baekhyunㅡentah alasan apaㅡmemaksa untuk menemani Junmyeon menemui orangtuanya.

Awalnya Baekhyun tidak tahu alasan Junmyeon dipanggil orangtuanya, tapi saat tahu 'Bae Joohyun dan Kim Junmyeon menunda pernikahan mereka', Baekhyun rasa dia harus tahu alasannya. Hei, apa Joohyun menemukan kelemahan atau sisi buruk Junmyeon sehingga dia ragu untuk menikahi pria itu?

Byun Baekhyun mulai berspekulasi yang tidak-tidak.

"Ini keputusan kami bersama. Jangan beranggapan keputusan ini dilandasi alasan picisan dan murahan, Baekhyun. Aku tahu langkah yang aku ambil." Seolah paham Baekhyun sedang menghakimi Junmyeon di dalam kepalanya, pria itu memberikan penjelasan tegas.

Baekhyun hanya bisa mengangguk, yang kemudian masuk ke dalam mobil milik Keluarga Byun. Supir pribadi orangtua Baekhyun menjemput mereka, segera melajukannya menuju rumah orangtua Junmyeon di kawasan Apgujeong.

🍃

🍃

Kim Junmyeon langsung tahu Nyonya Kim sedang marah besar. Di meja makan sekarang terdapat jjamppongㅡsup seafood pedas dan chamchijeonㅡperkedel tuna. Sepertinya Junmyeon akan dipaksa memakan seafood, padahal dia alergi dengan makanan tersebut. Apa Nyonya Kim berniat mengirim anak kandungnya sendiri ke Unit Gawat Darurat? Suatu hukuman yang aneh.

Ttak!

Bunyi gelas yang sengaja dihentakkan pada permukaan meja berhasil membuat Junmyeon berjengit. Matanya melirik sang empu gelas, Tuan Kim. Kacamata berlensa tebalnya sedikit melorot hingga pertengahan batang hidung. Langsung tahu kalau Junmyeon mendapatkan hidung mancungnya dari sang ibu, bukan ayah.

"Apa generasi sekarang memang suka mengambil keputusan kritis seperti ini tanpa memedulikan keterlibatan orangtua?" Bukan Tuan Kim, tapi sang nyonya yang bertanya. Tangannya menyumpit sayur di dalam jjampong, hendak memakan tapi diurungkan ketika kembali menatap Junmyeon. "Ibu sudah memesan hanbok baru untuk Ibu pakai di pernikahanmu."

Kim Junmyeon bisa saja tertawa karena mendengar omelan tersebut. Namun, dia menahannya dengan meminum teh tawar yang tersedia. Rasa pahit lekas tersangkut di kerongkongan Junmyeon. "Kami sudah memikirkan alasannya matang-matang, Bu. Benar kata Joohyun, semua ini terlalu cepat."

Tuan Kim menaikkan kacamata ketika mendengar Junmyeon. Diliriknya sang putra tunggal dengan alis bertaut satu sama lain. "Bae Joohyun? Apa dasar yang membuatnya berkata demikian?"

Keluarga pendidik, tipekal sekali. Junmyeon menghabiskan setengah hidupnya bersama kedua orangtua sebelum berkuliah ke London dan menetap di Jepang sejak enam tahun lalu. Junmyeon tentu sudah menyiapkan diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari salah satu profesor di Universitas Yonsei ini, sang ayah.

"Konsep pernikahan yang selama ini kami pahami bertentangan dengan anggapan masyarakat." Junmyeon mengawali penjelasan dengan kalimat konfrontasi. Lantas tidak memberikan orangtuanya kesempatan untuk menyela. Junmyeon pun kembali berbicara. "Aku dan Joohyun awalnya menganggap pernikahan yang kami rencanakan ini hanya berlandaskan saling membutuhkan. Joohyun adalah wanita yang bisa melengkapi kekuranganku, juga wanita yang bisa mengimbangi visiku ke depan. Prinsip kami sejalan, begitu pun aku yang memenuhi standar preferensi Joohyun."

EVERGREENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang