3 | Knowing

1.4K 275 36
                                    

Penerbangan dua jam dari Sapporo menuju Tokyo tidak melelahkan. Kini Joohyun sudah berada di apartemen Junmyeon di kawasan Shibuya. Joohyun tahu bahwa Junmyeon bisa membeli apartemen yang jauh lebih mewah di kawasan elit Tokyo, tapi pria itu lebih nyaman untuk tinggal di sini.

"Aku bisa melihat Stasiun Shibuya." Joohyun menempelkan tangannya pada kaca apartemen. Bunyi alat penggorengan yang beradu dengan spatula terdengar jelas dari dapur. Junmyeon sedang memasak makan siang untuk mereka.

"Aku terkadang pergi bekerja menggunakam kereta, jadi mencari tempat tinggal di dekat sini adalah alternatif." Junmyeon menanggapi Joohyun, sesekali mengalihkan pandangan dari penggorengan. "Apa kau mau mencicipinya untukku?" Joohyun segera menghampiri Junmyeon di pantri dapur. Lalu, Junmyeon mencolek masakannya dengan kelingking, menyodorkannya pada Joohyun. "Bagaimana?" tanyanya setelah Joohyun mengecapnya.

"Ada yang kurang. Aku biasa menambahkan sake ke dalam pasta cabai setelah gula. Pengganti soju," ulas Joohyun, kepalanya sedikit menunduk untuk menghirup wangi masakan Junmyeon. Namun, Junmyeon mengulurkan tangannya di depan dada Joohyun dan mendorong pelan wanita itu menjauh. Tidak aman, dan dia menegur Joohyun dengan cara yang unik. Joohyun tersenyum saat kembali menegakkan tubuhnya.

"Ide yang bagus. Bisa kau ambil sake di dalam kulkas?" pinta Junmyeon dan kembali berkutat dengan penggorengan. Memotong halus daun seledri dan menaburkannya ke atas masakan.

Joohyun membuka kulkas, mengambil satu botol sake dan segera membukanya. Kemudian gelas, menakarnya, baru diberikan kepada Junmyeon. "Lain kali aku yang memasak," katanya.

"Itu pasti. Sebentar lagi dapur ini menjadi milikmu. Kau tahu, aku menghabiskan biaya paling banyak untuk dapur dan walk in closet. Itu semua untukmu." Junmyeon menuangkan sake, kemudian mengaduk masakannya. Tumis ayam pedas dengan brokoli dan wortel. "Dan kau boleh merenovasinya kalau tidak suka dengan desainnya." Junmyeon mencubit gemas dagu Joohyun sebelum mengambil piring.

Joohyun segera duduk di meja makan. Sudah menyiapkan peralatan makan untuk mereka, juga air minum. Setelah Junmyeon siap menyajikan makanan, mereka melahapnya dalam tenang. Tidak ada pembicaraan, hanya denting sendok beradu piring, tegukan air, dan bunyi ketukan jari di atas meja. Junmyeon punya kebiasaan mengetuk jari saat makan, dan Joohyun akan mengingatnya.

"Terima kasih untuk makanannya." Joohyun lekas membereskan peralatan makan dan membawanya ke kitchen sink. "Kau memang bukan pria pertama selain Ayah yang memasakkanku makanan, tapi kau adalah pria kedua setelah Ayah yang mengikat rambutku saat aku mencuci piring."

Junmyeon tersenyum sambil sibuk dengan surai hitam panjang Joohyun. Saat Joohyun beranjak tadi, Junmyeon memang berniat mengikat rambut wanita itu agar tidak menghalanginya mencuci piring. "Kau juga orang kedua yang aku ikatkan rambutnya."

"Siapa yang pertama? Mantan kekasihmu?" tanya Joohyun. Nada suaranya terlampau biasa. Junmyeon sampai mengira kalau Joohyun sedang bertanya kepada seorang teman hanya karena penasaran, bukan kepada calon suaminya.

"Bukan. Tapi Byun Baekhyun, anak pemilik Aeri Techno. Dia sangat suka berkeliaran dengan rambut apel, dan aku yang selalu dia mintai untuk mengikat."

Joohyun tidak lagi berkomentar. Dirinya fokus mencuci piring dan sesekali mengatur deras air keran tergantung seberapa banyak busa yang tercipta. Junmyeon menangkapnya sebagai salah satu keunikan Joohyun. Setelah dia mengeringkan tangan dan membuka kembali gulungan bajunya, Joohyun menghampiri Junmyeon yang duduk lebih dulu di ruang tengah.

"Orangtuamu hanya datang ke Tokyo saat makan malam, Junmyeon-ssi?" tanya Joohyun, merilekskan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Iya, hanya untuk bertemu denganmu. Mereka harus langsung kembali ke Seoul. Ayah memiliki jadwal simposium di Univeraitas Yonsei besok pagi." Junmyeon meletakkan majalah ke atas meja setelah melihat Joohyun mengangguk. Junmyeon mengambil bantal sofa, lalu meletakkannya di sandaran. "Tidur siang sebelum waktu makan malam tiba?" tawarnya.

EVERGREENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang