#KamisKumcerDCMKFI
Judul: Musim Panas
Author: KichanKudo
Genre: (?)Hari ini Shinichi menikmati liburan semester bersama Amuro. Sosok pelayan kafe berkulit gelap tapi mampu memikat gadis SMA sampai ibu rumah tangga itu sudah Shinichi anggap sebagai kakaknya sendiri. Orang jenius, berwawasan luas, mudah diajak bergaul, dan kaya. Nah, masalah kaya ini kadang-kadang mengusik batin Shinichi.
Akhirnya, dengan dalih liburan musim panas, Shinichi mengajak Amuro ke pantai terdekat. Ke pantai tidak butuh banyak kocek asal kuat puasa dari pagi sampai petang. Sebagai mahasiswa yang sebenarnya selalu dapat uang kiriman dari orangtuanya, Shinichi tetap memiliki prinsip hemat; otak akan bekerja jika perut kosong. Walau nyatanya, satu bulan yang lalu dia terkapar terserang tipes saat dikejar deadline skripsi.
Shinichi cukup tahu diri untuk tidak mengajak Amuro berjemur. Karena pria itu sendiri sudah gelap, diajak berjemur keling sudah. Sulit membedakan mana arang mana jintan.
Mereka berdua jalan-jalan di tepi pantai. Bodo amat dengan nyinyiran para haters yang baru melihat mereka sekali dan langsung mengecap mereka fujoshi. Mereka membicarakan banyak hal. Mulai dari; bagaimana pasir di pantai bisa terbentuk?
"Kupikir, kau sudah tahu, kan?" Amuro nyengir sambil membetulkan anak rambut yang menutupi pandangannya.
"Yah," Shinichi mengangkat bahu. "Pasir yang kita injak ini sebenarnya adalah hasil biologis ikan kakatua."
"Ikan yang memakan alga pada terumbu karang," Amuro tersenyum pada tanah, menikmati setiap pijakannya yang mencetak jejak-jejak di belakang. "Mungkin salah satu hewan paling rakus di muka bumi karena makan 20 kali dalam satu menit."
"Kemudian hasil biologisnya--"
"Kotorannya," Amuro memotong. "Nanti orang malah berpikir ikan kakatua bisa melahirkan kalau makan."
Shinichi terkekeh. "Ya, itu maksudku. Selain memakan alga, ikan kakatua juga memakan bakteri kaya protein dan mikroba lain. Semuanya itu kemudian diuraikan dan dihaluskan dalam pencernaannya untuk kemudian dikeluarkan lagi dalam wujud pasir kalsium karbonat murni yang indah. Pasir yang ada di pantai Hawaii dan tempat lain di seluruh dunia, sebenarnya hasil dari proses biologis."
"Parrotfish, ikan ekskavator, pengeruk," Amuro mengangguk-angguk sendiri. "Dengan kata lain, pasir yang kita injak ini sebenarnya adalah kotoran ikan. Kasihan juga sih kalau melihat anak-anak kecil main-main pasir, membentuk istana dari kotoran."
Keduanya menatap samudra yang membentang seolah tak bertepi. Mendadak lapar, pas pula di depan ada kedai. Shinichi sok mentraktir.
"Sudah," kata Amuro. "Kali ini aku yang bayar, anggap saja hadiah karena kau telah berhasil menyelesaikan skripsimu. Apa judulnya?"
"Menanggulangi Kriminalitas dengan Sistem Siber Analisis," jawab Shinichi bangga, seraya bersorak dalam hati, bersyukur dompetnya masih terjaga suci.
Amuro memesankan dua gelas es kopi, minuman yang cocok sambil melihat matahari merangkak turun. Beberapa kudapan juga dimintanya pada pemilik kedai.
"Omong-omong, Amuro-san, adakah gadis yang kau sukai?" Shinichi memulai serangan pertamanya setelah berjam-jam jalan kaki di pinggiran pantai. Menunggu saat yang tepat untuk bertanya.
"Hmm, kupikir kau sudah kuberitahu, kan, siapa kekasihku?" sahut Amuro setelah meletakkan gelas di atas meja.
"Maksudku, secara spesifik," Shinichi berdehem. "Kalau belum ada, bagaimana dengan kriteria?" Shinichi menunjuk dengan isyarat mata. "Di antara gadis-gadis yang sedang berenang itu..." Shinichi sengaja meneguk kopi, membiarkan jawaban meluncur dari lawan bicaranya.
"Aku tidak suka mereka semua."
Kopi yang baru diminum Shinichi menyembur keluar.
Masih tersedak, Shinichi bertanya. "Ke-kenapa?"
"Kupikir mereka aneh," jawab Amuro santai. "Kaum wanita itu rumit. Mereka akan mengadu jika mendapatkan perlakuan tidak senonoh, pelecehan misalnya. Kemudian dengan bebasnya menggunakan pakaian renang, membiarkan tubuhnya dilihat orang banyak."
Shinichi mendadak linglung. "Ta-tapi, bukankah ini pantai dan baju renang wajar?"
"Memang," Amuro membenarkan.
Shinichi tidak mengerti jalan pikiran agen PSB yang satu ini.
"Kau mungkin masih muda," kata Amuro tiba-tiba, "mudah terperangah dengan tampilan seksi dan semacamnya. Tapi, ketika dewasa nanti kau akan tahu bahwa keindahan itu hanyalah kesenangan semu belaka. Kesadaran akan memberitahumu bahwa kecantikan hati-lah yang akan kaucintai sampai mati. Kalau tolok ukurmu adalah keindahan semacam itu, lama-lama kau akan muak."
Shinichi tidak tahu, latar yang membuat Amuro mengatakan hal itu adalah karena Vermouth. Vermouth dengan dandanan mempesonanya berhasil memikat siapa pun petinggi yang diincar organisasi. Padahal dalam dirinya, Vermouth adalah seorang nenek-nenek yang tak kunjung tua.
"Apa dengan begitu, Amuro-san tidak menyukai wanita?" Shinichi berusaha membelokkan sudut pandang Amuro.
Amuro berdehem. "Ada, sih. Tapi, dia tidak tahu siapa aku, dan itu lebih baik untuknya."
"Azusa-san?" Shinichi menebak.
Amuro mengusap hidung dengan telunjuk. "Menurutmu?"
"Cocok," Shinichi mengerling. "Sudah kuduga sejak lama."
Amuro hanya tertawa. "Ini rahasia, ya!"
Shinichi mengangguk mantap. "Apa Azusa-san tidak pernah bertanya macam-macam?"
"Seperti?"
"Yah, Amuro-san sering absen. Gaji seorang pekerja paruh waktu itu sekitar 1.200 yen (120.000) per jam. Lalu biaya apartemen Amuro-san per bulan hampir lima juta, belum termasuk air, listrik, gas, dan internet. Bagaimana Amuro-san menjelaskan masalah itu jika Azusa-san tiba-tiba bertanya?"
"Aku bersyukur, dia tidak pernah menanyakan hal itu."
"Kalau boleh tahu, berapa gaji Amuro-san di PSB?"
Amuro berpikir sejenak sebelum menjawab. Dari raut wajah, ia tahu kalau Shinichi hanya kepo saja. "Yang pasti, cukup untuk hidup."
''Bagaimana kalau Azusa-san sudah punya pacar?"
Mendadak di dalam kepala Amuro berubah menjadi panggung pergulatan sengit antara dirinya yang melawan laki-laki tak berwajah untuk memperebutkan Azusa. "Kalau begitu sih, aku pasrah saja. Kita ini laki-laki, yang dikejar. Kalau aku berada di posisi yang tertolak, aku akan fokus membuat diriku bahagia tanpanya. Ada banyak wanita di dunia ini, santai saja."
Dalam hati, Amuro membatin akan menyingkirkan siapapun yang mendekati Azusa.
"Kalau nanti mencari tambatan hati yang lain, dan ada dua pilihan. Yang satu punya pacar, yang satu masih single, pilih yang mana?"
"Yang masih single saja, aku malas cari ribut."
"Loh, bukan yang sudah punya pacar saja?"
"Kenapa?" Amuro bingung.
"Karena kalau yang sudah punya pacar, lawan kita hanya satu, yaitu pacarnya sendiri."
Amuro terpana. "Kalau begitu, aku akan menyingkirkan pacarnya Azusa-san!"
Shinichi berdecak. "Tadi katanya tidak mau cari ribut?"
Mata Amuro berubah jadi titik. "Mu-mungkin...."
-FIN-
Depok, 23 Agustus 02:52 AM
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Fan Fiksi Detective Conan & Magic Kaito
Fiksi PenggemarBerisi kumpulan Fanfic Oneshoot DC & MK versi saya sendiri :v/ Diusahakan tidak Out Of Character ^^ Insyaallah diperbarui setiap bulan xD Kritik dan Saran akan saya terima dengan tangan terbuka :D KichanKudo @.@-