#12: Homesick

573 45 14
                                    

Flashback

"Hari ini aku bertemu Hwa Young, hyung."

Keheningan mendadak menyelimuti seperti desisan bom asap. Pria di seberang telepon berhenti tertawa. Percakapan yang tadinya seperti reuni anak sekolahan menciut menjadi kesunyian. Setelah bertahun-tahun, Jimin tahu bahwa Dongjun tidak seperti yang ia hadapi biasanya ketika menyangkut adik perempuannya. Jimin juga tahu persis topik macam apa yang sengaja ia angkat kali ini, melalui saluran telepon.

"Dimana? Bagaimana? Kapan?" suara seberang terdengar seperti tuntutan depresi namun berusaha tetap tenang.

"Sebelum itu, aku ingin bertanya—"

Jimin berdehem. Lantas jeda lagi. Dongjun menanti dengan perasaan sama persis seperti dulu, gelisah, berkeringat.

"—apa hyung masih tidak mempercayakan Hwa Young pada lelaki manapun?"

Pertanyaan Jimin membawa udara yang sangat berat. Tidak ada jawaban.

"Apa Hwa Young sudah punya pacar?" keduanya tahu bahwa pertanyaan Jimin bukan untuk main-main, bukan semacam pertanyaan iseng untuk mendekati gadis gampangan. Ini adalah cara Jimin mengatakan: apa kau masih over protective pada adikmu?

Dongjun terkekeh, seperti menertawakan dirinya sendiri. Sedangkan Jimin menunggu dengan sabar.

"Pertama, aku melepaskan adikku ke Seoul bukan tanpa alasan, Jimin. Tapi aku tetap tidak mempercayai sembarang orang untuk menjaga Hwa Young," jawab Dongjun tegas. "Kedua, kau harusnya mencari tahu lewat dia sendiri."

"Sekarang aku minta penjelasanmu," lanjutnya di seberang telepon. Jimin terlihat tidak puas dengan jawaban itu namun ia tetap menjelaskan sejujurnya.

"Secara garis besar, dia bekerja di perusahaan yang sama denganku. Aku tidak tahu bagaimana ia berakhir di sini, hyung. Satu-satunya fakta yang kudapati hari ini adalah Hwa Young muncul di hadapanku, mengenalkan dirinya sebagai staff baru. Dan kurasa dia tidak mengenalku. Kami hampir sulit bercakap-cakap secara pribadi, bagaimana aku bisa tahu ia punya pacar atau tidak?"

"Berarti dia tidak tertarik lagi padamu," jawab Dongjun, singkat, padat.

"Apa maksudmu, hyung?"

"Dengar Jimin," ucap Dongjun sembari mengembuskan napas panjang, "sebelumnya aku minta maaf."

"Hyung—"

"Kau masih menyukai Hwa Young?" potong Dongjun.

Jimin mengangguk, namun segera menyadari kesalahannya, "Ya, hyung. Dan ini kesempatan keduaku."

"Kali ini meskipun kau melarangku, maaf, aku akan tetap maju, hyung."

Tanpa menggubris pernyataan Jimin yang diam-diam membuat perasaan Dongjun tak karuan, pria itu membalas, "Jadi kau tahu kalau waktu itu aku tidak menyerahkan hadiah perpisahanmu?"

"Ya," balas Jimin, suaranya sedingin gunung es. "Tidak sulit menebaknya, meski saat itu kau mengatakan sebaliknya."

"Coba tebak Jimin," Dongjun memberi jeda untuk Jimin, namun tidak memberikan kesempatan pemuda itu untuk menjawab.

"Aku telah memberikannya pada Hwa Young. Silahkan kau artikan sendiri."

Dongjun melanjutkan, "Terakhir, aku akan menarik kata maafku kalau sekali saja kau membuat adikku menangis, Jimin. Manfaatkan kesempatan terakhirmu baik-baik."

.

.

.

Setelah sehari yang lalu mencoba bersikap biasa saja terhadap keberadaan dua barang familiar itu—syal dan gelang, Jimin membulatkan tekat untuk menemui Hwa Young seusai fansign. Pemuda itu tahu Hwa Young sedang sibuk menemani Jungkook di acara TV hari ini, jadi ia menulis pesan terlebih dahulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang