Festival Pasir di pantai Haeundae diadakan saat pertengahan musim panas, awal bulan Juni. Mood yang tepat untuk bemain air dan pasir, membangun seni patung yang tak kalah indah dari pahatan es di musim dingin. Dan hal paling menarik di festival manapun adalah; street food dan live perfomances. Mau tak mau, udara hangat selalu menjadi musim favorit Jeon Jungkook.
Pemuda itu baru saja menginjakkan kaki di tahun akhir sekolah, dan ia penat luar biasa. Pikirannya sedang dalam mood terburuk dan butuh hiburan, ditambah tubuh rasanya sulit diajak kompromi. Tapi ia senang-senang saja dengan perjalanan melelahkan dari distrik Buk atau cahaya mentari yang cukup menyengat sore itu.
Jungkook tahu segala upayanya tidak sia-sia ketika iris kelamnya menatap jadwal rundown. Sederet nama panggung singkat yang amat familiar tercetak di kolom performer -IU, nama baru di dunia entertain yang menjadi favoritnya. Ia menilik jam, masih ada waktu dua jam lebih hingga pukul tujuh nanti.
Pantai Haeundae kini jauh dari kata sepi. Terlebih, banyak gundukan pasir muncul di beberapa titik, dibentuk dengan sentuhan seni dikelilingi pembatas sementara dari tali yang melilit patok-patok. Sepertinya belum lama mereka selesai dibentuk.
Jungkook menapaki lajur khusus pedestrian yang mengantarnya mengamati mahakarya rapuh itu. Ia masih sekilas mendapati beberapa burung camar yang terbang melingkar di udara. Untungnya mereka tidak turun ke bawah, hingga secara inosen bakal menghancurkan salah satu detil wajah orang bangsa romawi -salah satu patung yang dia amati saat ini.
Memang sepertinya ada satu burung khas Busan yang iseng mendarat di dekat Jungkook -tanpa rasa takut sedikitpun. Pemuda itu berjongkok.
"Ya, aku tahu ini yang paling bagus. Bagaimana menurutmu?"
Alih-alih menjawab, camar putih keabuan itu memiringkan kepalanya lucu. Jungkook berusaha untuk tidak menangkapnya karena gemas.
Sungguh pemuda kesepian yang berbicara pada burung.
Sebuah kaki mendekat membuat si camar kabur. "Ini keren. Masterpiece."
Ketika Jungkook mengadahkan wajahnya, ia bertemu sepasang mata kecoklatan yang menatapnya campuran polos dan bingung. Seorang gadis, dengan setelan musim panas -merengutkan hidung diantara pipi chubby kemerahan. Kedua bilah bibirnya tipis tapi punya bentuk yang sama seperti bayi. Secara tak langsung membuat pemuda di bawahnya gelagapan.
"Apa yang kamu lakukan di situ?"
Pemuda pemalu itu lantas berdiri dengan canggung. Canggung sekali, secara teknis ia tidak bisa memberikan jawaban jujur dari pertanyaan itu. Tidak lucu jika ia harus menjawab; sedang berbicara dengan burung.
Gadis itu tersenyum, bibirnya menipis. "Mau aku fotokan? Kamu sendirian di sini?"
Mata bulat Jungkook melirik ponsel yang ada di genggamannya -tujuan untuk memfoto burung camar tadi. Ia tahu pertanyaan terakhir muncul karena... ya dia memang terlihat sendirian.
"Hei..?"
Jungkook segera mengangguk pelan, terlihat ragu-ragu. "Oh ini... ya, bolehkah?"
Hanya itu, ia tidak punya jawaban lain tentang alasannya datang sendiri. Memiliki segelintir teman sekolah adalah alasan yang paling masuk akal dan kuat di sini. Kadang hal-hal seperti itu yang menyebabkan uang jajannya teralihkan untuk bermain game di rumah. Tapi bukan berarti pemuda itu mencintai kesendirian, ia hanya sulit untuk memulai dulu.
Gadis berambut lurus sepunggung itu tersenyum sekali lagi, memperlihatkan deretan gigi mungilnya. Ia berseru, "Tentu, jangan khawatir dengan hasilnya. Sini kemarikan ponselmu!"
Percaya atau tidak, ada sesuatu yang membuat Jungkook akhirnya membangun kepercayaan diri dan menjawab, "Nde. Tolong ambil angle yang paling bagus!"
"Serahkan padaku. Percayalah aku akan jadi kameraman handal," canda gadis itu.
.
.
.
Kakao!
"Sudah ingat?"
Kim Hwa Young membaca deretan chat kakaotalk dengan tatapan kosong. Otaknya tiba-tiba blank setelah tubuhnya seakan terperosok jauh pada memori bertahun-tahun yang lalu, tersedot kembali ke pantai Heaundae. Teriknya matahari saat itu membuat pipinya kembali memerah.
Iris coklat itu kembali fokus ke sebuah foto yang baru saja Jungkook kirim. Foto seorang anak laki-laki yang tersenyum kaku di depan gundukan pasir yang ia anggap mahakarya. Bukan gundukan pasir biasa, mereka sengaja dibentuk -memberikan sebuah cerita tentang orang romawi. Entah apa yang merasuki kedua bocah itu hingga mengabaikan patung-patung khas anak-anak dan bersikap seolah pengamat seni profesional.
Bocah ini Jungkook? -maksudku, Jeon Jungkook yang itu?
Ada rasa mustahil yang begitu besar hingga Hwa Young harus membulatkan matanya -memastikan ia tidak salah orang.
Ia shook.
Apapun yang dipikirkannya tentang bocah pemalu, dengan poni yang dipangkas horizontal plus jakunnya yang belum tumbuh -jelas sangat berbeda dengan pemuda Jeon yang ia temui tadi pagi. Sulit dipercaya.
Hwa Young mengedipkan matanya tiga kali, setelah kesadarannya pulih ia mulai menekan beberapa huruf.
Hwayoung_
Sangat ingat. Jelasnya tujuanmu ke sana hanya untuk bertemu IU. Lol.Jeon JK
Dan kau sibuk menjelaskan detil folosofi tiap gundukan yg kita lewatiㅋㅋㅋBtw, sulit mencari kembali foto itu, aku terlihat kucel sekali.
Hwayoung_
Tolong jangan ingatkan betapa cerewetnya aku waktu itu.
Memalukan ㅠ.ㅠ
"Pabo," desah Hwa Young merutuki diri sendiri. Menghantam tubuh di kasur tipis hingga punggungnya menabrak lantai, menimbulkan rintihan pelan. Ia lalu membaca ulang isi chatnya yang justru menyulitkan diri untuk mengusir memori yang telah lama terpuruk.Bagaimana bisa bocah itu adalah orang yang sama dengan Jeon Jungkook -si golden maknae BTS?
Wow, puberty hits him so hard.
Sekali lagi, sulit dipercaya. Bahkan setelah ia kembali membalas pesan-pesan dari Jungkook, Hwa Young masih terdiam mengerutkan hidungnya lucu, bergelut dengan pikiran yang melantur kemana-mana.
Pikirannya terlewat letih untuk hari pertama kerja. Bukan karena pekerjaan yang mengharuskan ia membawa kamera kemanapun, satu-satunya masalah di sini adalah mempercayai hal yang yang semula dianggap mustahil. Bahkan tidak ada.
Tadinya Park Jimin, dan sekarang Jeon Jungkook...
Ia menggerang frustasi.
Maka, malam itu sebelum peningnya berlanjut ke stadium berikut, Hwa Young menggulung diri dibalik selimut tebal di futon hangatnya. Udara musim dingin tidak cukup membekukan otaknya yang panas.
Musim yang membingungkan.
Sementara paket misterius tergeletak begitu saja di pojokan meja.
.
.
.
Kakao!
Jeon JK
Sebaiknya kamu tidur. Sweet dreams, Hwa Young :).
.
.
#To Be Continued
Aku mencium bumbu-bumbu.... ah smell~ *plak
Hayo masih inget nggak paket yg dikasih Dongjun oppa 🌚
Lanjut? Vote and comment!

KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionUntold stories of BTS Jimin Imagine video [Distance] Kim Hwa Young, Gadis pesisir Busan yang nekat menginjakkan kaki di metropolitan Seoul, hanya dengan satu nama: Big Hit Entertainment. Tapi siapa sangka, mantan senior yang dia sukai-yang bakal mem...