Bab. 26

4.9K 304 12
                                    

Iren terduduk dengan lesu, di teras depan pintu keluar kantor yang sudah mulai sepi. Untuk menunggu jemputan dari sang kekasih. Apa yang terjadi hari ini sudah menguras setengah pasokan tenaga.

Setelah di sidang habis-habisan oleh Jane. Di tambah pengakuan yang mengejutkan dari seorang Velis. Sungguh, sebuah drama yang benar-benar tidak bisa di pikir dengan logika.

Selama ini teman yang selalu tersenyum manis di depannya. sudah begitu lama menjadi musuh dalam selimut. Hanya karena kecemburuan dan rasa iri semata.

Iren menghela nafas panjang. Merasa sudah dibodohi oleh mereka. Membuat Ia sangat ingin sekali menangis. Untuk membuang kekesalan di hatinya. Tapi batinnya seakan melarang. Iren kembali menelan rasa kesal itu dalam dada.

Tanpa sepengetahuannya yang di tunggu-tunggu sudah berada di samping. Memperhatikan dirinya seksama.

Malik diam sambil memandang Iren yang sedang melamun. Tampang lelah dan tertekan, begitu jelas terlihat di wajahnya.
Rasa kasihan timbul di hati Malik. Ia mengerakan tangannya ke ujung kepala Iren. Sontak membuat gadis itu terkejut dan memandang ke arahnya.

"M-malik? sejak kapan kamu datang!" tanya Iren bingung baru sadar dari lamunannya.

"Barusan," Malik tersenyum lembut. Mengelus pipi Iren dengan ibu jarinya, "Kamu terlihat begitu lelah, sayang. Apa pekerjaan kamu begitu banyak!"

Iren meraih telapak tangan Malik yang masih bergantung di pipinya dan di genggam lalu ia tersenyum."Sedikit, tapi udah gak lagi kok."

"Yakin?"

Iren mangguk mantap. Malik pun kembali tersenyum.

"Maaf, ya. Aku telat datang, jadi buat kamu menunggu deh."

Iren menggeleng pelan dan menghela nafas jengah. Dengan pelan ia menyandarkan kepalanya ke bahu Malik.

"Aku capek!" keluhnya.

"Mau pulang? Ayo aku antar."

Iren kembali menggeleng kepala. Ia bukan capek karena bekerja seharian. Ia capek hati oleh mereka yang selama ini ia percayai. Kini menciptakan luka paling dalam.

Mulai dari hubungan dia bersama Juna dulu. Di belakangnya Juna dan Velis sudah menjalin hubungan layaknya suami istri. Dan bodohnya ia sama sekali tidak mengetahui itu. Di tambah lagi, munculnya Steven yang berpura-pura menyukainya. Itu juga bagian dari rencana Velis. Hanya untuk membalas dendam dan membuat ia tersakiti.

Iren mengeratkan pelukannya di lengan Malik.

"Malik?" panggilnya sendu.

"Iya?"

"Kamu benar suka aku kan?" ucapnya menatap Malik lekat.

"Tentu! Aku sangat menyukai kamu, Ren!"

"Gak ada maksud lain yang kamu sembunyiin?"

Malik mengernyitkan dahinya. lalu ia meanggukan kepala singkat.
"Benar, aku menyukai kamu, dan ada maksud lain setelah itu."

Mimik wajah Iren langsung berubah drastis, "A-apa?"

"Menikahi kamu!" jawab Malik cepat.

Iren kembali menyandarkan dahinya kebahu Malik. Lalu tersenyum singkat di sana.
"Hanya itu?"

"Tidak hanya itu, setelah menikahi kamu, aku berencana ingin membangun keluarga yang bahagia, memiliki beberapa anak, dan menemani kamu hingga kita tua bersama."

Iren memejamkan kedua matanya. Mengulang kembali kata-kata yang baru saja di ucapkan Malik.

Sebuah kalimat membangkitkan kembali tenaganya yang tadi menghilang. Dan sebuah gambaran masa depan seperti ia harapkan.

Perahu Cinta Irenia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang