Di atas kursi, di depan layar komputer menyala. Bola mata cokelat itu menari ke sana-sini memperhatikan setiap angka yang tertera di sana. Seketika ketemu, dahi yang tadinya licin kini berkerut menjadi empat lipatan.
"Sial!" gumamnya.
Hampir setengah jam Iren berkutat di sana. Dengan rasa kesal yang memuncak. Bila ia tahu pada siapa menumpahkan kekesalan itu, akan dia lakukan sekarang juga. Tetapi, manusia yang sudah memancing kekesalannya tidak tahu bentuk dan rupa orang itu. Terpaksa ia menelan dalam hingga perut.
Kini Iren bangkit dari duduknya, di genggamannya ada beberapa lembar kertas yang berisi laporan penting. Menyangkut hasil penjualan produk di setiap kantor cabang.
Iren mengetuk pintu berbahan kayu itu.
"Ya, masuk!"
Ia menekan gagang pintu dan mendorongnya ke depan.
"Permisi, Bu. Boleh saya masuk?"Seorang wanita dewasa. Berambut pendek. Sedang duduk di meja kerjanya yang luas. Di sana dia meanggukan kepala singkat sebagai tanda mengizinkan. Satu jarinya di gunakan untuk memperbaiki posisi kaca mata. Lalu beralih menautkan kedua tangannya diatas meja.
"Gimana, Ren? Ketemu permasalahannya?"
Iren mangguk. Sebelum itu ia di persilahkan duduk di kursi berhadapan dengan Jane.
"Ini, Bu. laporan aslinya, boleh di periksa lagi," Iren menyerahkan lembaran kertas itu yang sudah disusun rapi olehnya pada Jane,"Sebelumnya saya minta maaf kalau masalah ini bikin resah perusahaan, tapi. Saya sangat yakin kalau kesalahannya terjadi setelah saya kirim laporan itu, Bu."
"Jadi menurut kamu, ada seseorang yang berbuat curang?"
"Saya tidak menuduh siapa-siapa, Bu. tapi, sebelum-sebelumnya masalah ini gak pernah terjadi."
Jane memperhatikan Iren sejenak. Lalu pandangannya jatuh kembali pada kertas laporan yang ia pegang dengan wajah serius. Satu tangannya kembali memperbaiki posisi kaca mata sedikit ke atas. Jane menghembuskn nafas pendek.
"Hemm, Setelah ini saya akan coba cek secara keseluruhan, dari laporan bulan-bulan lalu, setelah itu saya butuh bantuan kamu lagi, Ren. Untuk memperbaikinya."Iren mangguk seraya tersenyum tipis, "Baik, Bu. Kalau gak ada yang bicarakan lagi, saya kembali bekerja," ujarnya di terima anggukan Jane. Ia bangun dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Tetapi langkahnya kembali di hentikan oleh pangilan Jane.
"Ren?"
Iren memutar tubuhnya kembali.
"Biasanya kamu sangat dekat dengan Stev, akhir-akhir ini kenapa kalian terlihat seperti saling bermusuhan," Jane ikut bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati sofa single dan kembali duduk di sana. Pandangannya tidak luput pada karyawati itu.
Iren menelan salivanya yang terasa tersekat di tenggorokan. Padahal ia ingin menghindar untuk membahas kedekatannya dulu dengan Stev. Namun, apa yang terjadi sekarang.
"Kami masih berteman seperti biasa, cuma ... Mungkin kita sama-sama sibuk mengurus urusan sendiri-sendiri, Bu."
Jane tersenyum padanya. Menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi.
Ragu-ragu Iren membuka kembali bibirnya untuk mengucapkan sesuatu pada Jane.
"Gimana hubungan ibu dengan Stev, apa berjalan lancar?"Pandangan Jane kembali lagi padanya. Senyumnya tadi berganti ketawa kecil. Hal itu membuat Iren mengernyitkan dahi.
"Apa dia memberitahu kamu tentang hubungan kami?"Ragu-ragu Iren meanggukan kepala. Kedua tangannya kini menggepal erat.
"Dia pria yang baik, lembut dan dapat di percaya," Ujar Jane menerawang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Cinta Irenia (Tamat)
RomanceCover @Lilinbening Perjuangan mendapatkan cinta sejati, itu tidak mudah. Seperti kehidupan Irenia yang penuh lika-liku. Dikhianati, ditipu, bahkan dilecehkan. Sampai dirinya menemukan dambaan hati dari seorang pria biasa, tetapi untuk kesekian kalin...