Tamat (b)

9.5K 393 26
                                    

"Sekian lama berlayar, akhirnya perahuku menemukan tempat berlabuh yang nyaman."

...................

Mentari pagi sudah kembali menyinari bumi. Kicauan burung-burung tak kalah indahnya.

Iren duduk di depan kaca rias. Memandangi dirinya yang kini sudah dibaluti kebaya pernikahan. Ya, hari yang di nanti kini sudah di depan mata.

Begitu banyak rentetan masalah yang ia hadapi sebelumnya. Dikecewakan, dimanfaatkan. Bahkan, nyawa serta harga diri hampir ia pertaruhkan. Kini saatnya Iren merasakan kebahagian itu.

Mungkin setelah ini masih banyak masalah lain yang akan berdatangan. Untuk menguji kesabaran. Setidaknya mulai hari ini Iren tidak sendiri. Sudah ada tempat untuk bersandar dan berkeluh-kesah.

Sekarang, hari ia melepaskan status lajangnya menjadi seorang istri. Iren mengulas senyum di bibir. Ia tersenyum untuk dirinya sendiri. Tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Pada akhirnya ia merasakan juga yang namanya pernikahan. Selama ini ia hanya bisa berangan.

"Hei, udah siap?" tanya Jingga membangunkan Iren dari lamunan.

"Jingga? Iya udah."

Iren menengok ke arah Jingga lalu tersenyum. Ia bangkit dari kursi, satu tangannya telah di sambut oleh Jingga. Iren memperhatikan seksama kakak iparnya itu yang sedang hamil tua.

"Lo masih kuat, ji? Jangan cape-capek loh, bentar lagi kan mau lahiran."

Jingga tersenyum, "Gue gak capek, malah gue bahagia banget hari ini, melihat lo akan menikah, sungguh! Gue bahagia banget. Akhirnya lo menemukan seseorang yang benar-benar sayang sama lo."

Jingga dan Iren tersenyum terharu. Mereka saling menggenggam erat.

"Gue yakin, calon suami lo. seorang yang baik, Gue selalu berdoa untuk kebahagian lo, Ren."

"Thanks, Jingga! Terima kasih selalu ada buat gue, terima kasih lo selalu menyemangati gue di setiap gue lagi banyaknya masalah, dan tanpa lelah untuk mengingatkan gue pada suatu yang baik dan gak baik, terima kasih juga udah rawat gue dan keluarga gue, bahagia banget miliki kakak ipar seperti lo."

Jingga mangguk dan mendekat untuk memeluk Iren. Ia menempuk-nepuk pundak Iren pelan.

"Berbahagialah, lo pantas dapatin itu," Jingga melepas pelukannya. Kembali memandang Iren,"Inget! gue selalu ada buat lo, bila lo membutuhkan teman."

Iren tersenyum lebar seraya meanggukan kepala. Mereka kembali berpelukan bahagia dan mulai melangkah keluar kamar menuju tempat di mana calon suami Iren, keluarga, dan para tamu undangan menunggu.

Acara hijab kabul pun di mulai. Setelah Zyan dan Malik selesai mengucapkan kalimat-kalimat suci itu. Dan berakhir dengan kata 'Sah' seluruh manusia yang ada di sana mengucapkan rasa syukur dan terharu bahagia.

Dua jam setelah itu. Acara di lanjutkan ke resepsi yang di adakan di halam rumah Iren. Untuk menyambut para tamu. Kedua mempelai menggunakan pakaian adat minang lengkap.

Acara resepsi yang megah serta ramai. Diiringi musik pop dan lagu dangdut tidak lupa dengan lagu khas dari kota kelahiran Malik.

Iren tersenyum memperhatikan para tamunya yang sangat menikmati acara itu. Pandangan Iren berhenti pada seorang wanita yang sangat ia kenal. Iren berdiri mengajak suaminya untuk ikut menyambut kedatangan tamu spesial.

"Sayang, ayo! Ada bos aku."

Malik mangguk. Mengikuti tatapan istrinya pada Jane yang hampir mendekat.

Perahu Cinta Irenia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang