Jika ada satu kalimat yang bisa Kiara sampaikan pada Surya, dia cuma ingin bilang;
"Untuk cahaya matahari yang mengisi hari, terima kasih sudah hadir".
Tapi apa kesempatan itu akan ada? Hari-hari cerah yang mereka lalui entah sejak kapan menjadi men...
Jaket jeans yang dilipat bagian lengannya melekat pada tubuh seorang pria berambut tebal, yang sedang berjalan menuju sebuah kafe di suatu mall bilangan Jakarta Timur.
Dia tidak sengaja berjanji dengan seseorang sore ini. Entah apa yang membuat intuisinya memutuskan untuk menemui orang ini. Langkahnya masih mencari jawab.
Sementara itu, seorang perempuan yang mengenakan turtle neck hitam duduk di hadapan laptopnya yang tersimpan di meja kafe, segelas thai tea dalam ember es terdiam di sebelah laptopnya, sepiring makanan yang belum disentuh berusaha mencari perhatiannya. Beberapa kali perempuan ini mengacak-acak rambutnya. Gelisah.
Diliriknya ponsel yang terletak di depannya. Dia sedang menunggu seseorang datang menyusulnya. Dia sebenarnya belum siap bertemu orang itu. Sedikit ragu dia mengiyakan tawaran orang itu untuk bertemu.
Dia masih sibuk dengan laptopnya tanpa menyadarinya ada seseorang sudah berdiri di hadapannya.
"Hai, Kiara." sapa laki-laki dengan jaket jeans tadi. Lesung pipi di pipi kanan dan mata membentuk bulan sabit menghiasi wajah pria itu terbingkai dalam sebuah kacamata bulat.
Setengah canggung dan malu perempuan itu berusaha menjawab, "Eh, Surya... hai?"
Mereka bertatapan, saling bertukar senyum, banyak kata bersiap dijadikan tanya kepada masing-masing. Dan itulah sedikit kejutan dari semesta yang mempertemukan mereka untuk kali kedua pada Minggu ketiga di bulan April.[]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.