Sebelas

1.1K 92 18
                                    

"Sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebentar... gimana?"

Kiara masih belum bisa mencerna ucapan Surya tadi, apa maksudnya coba dengan dulu espresso dan sekarang americano? Kan sama-sama kopi? Kan dia juga enggak bilang harus diganti yang sama? Kiara mengkerutkan kening di hadapan Surya yang kini berwajah datar. Sepertinya dia serius dengan ucapannya tadi.

"Waktu itu espresso? Tadi americano? Jadi enggak sama? Eh.. gimana sih?"

Berkali-kali Kiara menanyakan hal yang sama. Surya tidak tahan melanjutkan wajah seriusnya itu, tawanya meledak setelah Kiara terlihat semakin kebingungan. Kiara ini lucu sekali, mudah panik jika sesuatu yang dia anggap beres ternyata belum, batinnya. Sebenarnya dia tidak peduli tentang jenis kopinya, dia hanya mau coba menggoda Kiara.

"Kiara, tenang..." suara lembut Surya sejenak menghipnotis Kiara untuk mengikuti ucapannya, Kiara berusaha tenang. Sejak kecil dia terbiasa menata semuanya sesuai rencana, dan jika ada hal yang tidak sesuai, tentu saja dia akan panik dan kebingungan seperti tadi. Seperti ada program yang corrupt.

"Saya bercanda, Kiara..."lanjutnya lagi, "sudah malam, saya antar kamu pulang ya?" Tawarnya.

"Tapi tempatku jauh... gak usah, gak enak ngerepotin."

"Enggak apa, supaya impas karena seharian saya banyak ngerjain kamu." Tutup Surya, sementara Kiara masih belum bisa bereaksi. Kiara berlari kecil menyusul Surya yang menunggunya di depan kafe.

***

Parkiran berada di samping mall, Kiara berjalan di belakang Surya sementara Surya sudah berjalan lebih dulu sambil mencari motornya, sebuah vespa putih dengan helm coklat digantung di spion motornya. Diambilnya sebuah helm berwarna merah yang tergantung di sela-sela jok motornya.

"Pakai yah..." ucapnya sambil menyerahkan helm merah tadi ke Kiara, Kiara langsung memakai helm itu.

Surya mengeluarkan motornya dari apitan dua motor lainnya, menyalakan mesinnya, dan mengeluarkan motor itu di antara himpitan motor lainnya, menggesernya hingga mudah untuk dilajukan.

"Yuk, naik.." Kiara menurut dan langsung duduk di jok belakang, tangannya memegang tali ransel.
"Nanti tolong bantu arahkan ke mana ya..."
"Ok..."

Lalu lintas Jakarta di akhir pekan yang padat seolah tidak ingin mereka berdua segera tiba, di setiap laju motor mereka masih berbincang. Dari pembicaraan ini Kiara baru tahu bahwa Surya tinggal sendiri, Surya pun baru mengetahui bahwa Kiara sudah lama tinggal di Jakarta sendiri, yang menggelikan adalah terkadang Surya masih melemparkan guyonan garingnya pada Kiara, seolah cadangan lawakannya tidak pernah habis.

"Nanti di depan stasiun belok kanan ya, lurus aja, nanti di pertigaan belok kiri... rumahnya yang deket bank." Kiara mengarahkan alamatnya lagi, motor Surya kini tiba di depan rumah yang tinggi dengan satu balkon menghadap jalan. Kiara turun dari motor dan melepaskan helmnya, menyerahkannya pada Surya.

Sunny DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang