Empat

2.9K 286 42
                                    

Meja bundar dengan 4 orang mengelilinginya setiap sisinya, kafe yang mulai sepi karena sudah hampir waktunya tutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meja bundar dengan 4 orang mengelilinginya setiap sisinya, kafe yang mulai sepi karena sudah hampir waktunya tutup. Acara gathering Mutia sudah selesai sejak dia menghampiri Kiara tadi. Elang dan Surya pun akhirnya bergabung dengan mereka berdua.

"Bentar ya Ki, temen-temen gue mau pada balik, mau pamitan dulu" ucap Mutia yang dibalas oleh anggukan Kiara. Sementara Elang ijin keluar untuk merokok sebentar.
Tinggalah Kiara dan Surya di meja bundar itu. Kiara yang masih merasa bersalah dan canggung sesekali hanya memainkan gawainya, diliriknya Surya yang sedang sibuk dengan buku catatannya, lagi.

Kiara berusaha bertanya dengan sedikit ragu...

"Surya, tadi kamu pesan minum apa?" tanya Kiara.

"Kenapa?" Surya bertanya balik, menutup buku yang sedari tadi dia pegang.

"Mau kuganti, tadi kan tumpah sebelum habis." jelas Kiara.

"Haha, enggak usah."

"Tapi aku yang gak enak, kuganti ya? Please..."

"Asupan kafein saya sudah cukup hari ini. Engga perlu ditambah lagi. Terima kasih, Kiara."

Muka Kiara sedikit ditekuk, Surya merasa iba, "kamu bisa ganti lain kali kalau misal kita ketemu lagi, gimana?"

Kiara mengerutkan keningnya, gimana caranya bisa tau-tau ketemu lagi coba?
"Ok gimana kalau begini, aku minta kontakmu sebagai jaminan bahwa aku gak akan kabur." Ucapan Kiara membuat Surya tertawa sedikit.

"Baru sekarang saya dengar ada penjahat yang memberi jaminan enggak akan kabur." Kiara jadi malu dibilang begitu, "jadi aku memang jahat ya?"

"Engga, Kiara, itu cuma perumpamaan saja."

"Ini kartu namaku." Kiara memberikan selembar kertas kecil bertuliskan nama dan nomor handphone, lengkap dengan alamat kantornya.

"Saya cuma guru honorer, belum punya kartu nama, boleh pinjam hp kamu sebentar?" Tanya Surya, Kiara menyerahkan hpnya pada Surya, Surya mengetikan sesuatu di sana.

"Ini nomor hp saya, kamu bisa lakukan penebusannya kapan-kapan. Tapi sebaiknya engga usah, saya engga mau merepotkan."

"Enggak! Ini bentuk tanggung jawab!" Kiara bersikeras, dia melihat kontak yang baru saja tersimpan di handphonenya.
Ditekannya tombol call.

Surya terkejut ada sesuatu bergetar dari saku jaketnya.

Sebuah nomor baru meninggalkan jejak di sana.

"Itu nomorku, jadi kalau aku akan melakukan penebusan dosa, kamu sudah tahu jaminannya."

Surya tidak bisa menahan tawa, anak ini dari tadi ajaib sekali, batinnya.

"Ya, balik yuk. Gue nebeng di tempat lo dong." Tukas Elang tiba-tiba di tengah perundingan Kiara dan Surya.

"Boleh, mau cabut sekarang?" Tanya Surya.

Sunny DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang