Kulihat perempuan paruh baya yang tengah menangis di samping makam yang masih menguarkan wangi segar mawar merah. Biar kuperjelas, itu ibuku (mungkin). Dan mayat yang tengah terbujur kaku didalam tanah sana adalah ayahku. Dan seorang lelaki paruh baya disamping ibuku, adalah selingkuhan wanita yang telah melahirkanku.
Cih.
Air mata buaya. Air mataku yang sedari tadi banjir pun ikut merasa muak hingga malas untuk memperlihatkan diri lagi. Wanita itu masih menangis sesenggukan, lelaki disampingnya pun masih setia mengusap bahunya.Entah mengapa rasanya sakit sekali dadaku. Rasanya aku tak rela. Ayahku hidup dalam kebodohan karena terlalu mencintainya selama ini, sedang dia melakukan hal paling egois untuk dirinya sendiri.
Wangi kamboja merasuk ke dalam dada. Baunya seakan kembali mengingatkan penderitaan Ayah yang terlalu lama hingga berakhir ke tanah duka.
Hanya tersisa 4 orang dipemakaman ini, dua orang tak tau diri dihadapanku dan Arya berdiri di belakangku. Kulihat kembali makam Ayah. Kuambil segenggam tanah, lalu ku balurkan ke kening. Sebagai tanda salam terakhirku. Karena mungkin aku akan lama kembali kemari, atau mungkin takkan kembali.
Kulihat wanita itu menghampiri hendak mendekap, tentu aku menghindar. Peduli setan ia akan tersinggung.
"Mama tau ini salah mama, maafkan mama nak". Tangisan kembali terdengar.
Tolong hentikan, sudah cukup drama yang kau mainkan."Saya maafkan, tapi mungkin takkan pernah saya lupakan. Dan tolong jika kau ingin bahagia, jangan pernah muncul dihadapan saya. Berbahagialah dengan keegoisanmu sendiri."
"Resha harus ikut mama, Resha anak mama."
"Apakah yang kau maksud anak dengan meninggalkannya sejak kecil?" Aku tau aku jahat.
"Mama pengin peluk Resha, Resha anak mama." Dia kembali mendekat. Segera ku menghindar, lagi.
"Hiduplah dengan rasa bersalahmu, itu cukup untuk membuatku bahagia."
"Mama tau mama salah Re, bantu mama memperbaiki kesalahan mama." Wanita itu berlutut memegang tanganku. Ingin ku biarkan saja, namun teringat wanita ini yang telah melahirkanku. Maka aku pun ikut berlutut, kulihat matanya berbinar."Delapan belas tahun ayah hidup dalam kebodohan karena mencintai mama, delapan belas tahun juga saya mencari sosok mama." Aku berhenti sejenak, dadaku terlalu sesak dan air mataku kembali merebak.
"Tapi ternyata saya terlalu bodoh untuk selalu mengharapkan mama pulang dan hidup bahagia bersama kami. Jadi saya kira mama saya telah mati. Saya tidak punya mama. Jadi tolong, berhenti mengganggu saya. Saya punya kehidupan sendiri yang tidak ada mama didalamnya." Wanita itu menangis semakin keras, sarat akan lara dan penyesalan. Kuusap airmata yang jatuh. Berdiri menghampiri Arya yang menahan diri menarikku dari sini sejak tadi."Kau harus hidup dalam penyesalan, karena sia-sia belaka sakit hati dan penderitaan kami bila kau tak menyesalinya." Yeah, ow im the bad guy.
Arya merangkulku meninggalkan area pemakaman dan dua orang dibelakang sana yang tengah berpelukan. Kurasakan tangannya menutup mataku yang kembali mengeluarkan air mata sialan. Kubiarkan ia menuntunku, yang masih nyaman berjalan dengan mata tertutup. Sehingga hanya bau bunga kematian yang dapat kuhirup dan kuingat sepanjang perjalanan.
TBC
Hai hai, ini cerita pertamaku. Masih banyak salah, tapi aku terima kok kalo klean mau hujad eaa.
50 vote?
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel From My Nightmare
Genç Kız Edebiyatı1 Malaikat untuk menyelamatkanmu dari 1001 alasan dunia membuatmu terluka. ~Ayutharu Maresha Prianggodo Cerita ini 25% nyata, selebihnya hanya angan penulis saja. Tapi penulis benci angan tak nyata, jadi mungkin ini adalah realita.