Darkside?

50 6 0
                                    

"Hey, lo udah mabuk. Ayo pulang." Maura tidak mendengarkan ucapan Cowok di sampingnya itu.

"Gue masih mau minum, ini uang buat lo." Cowok itu mengambil uang yang diberikan oleh Maura.

Kalian pasti penasaran dengan cowok yang bersama Maura di bar itu? Kalian pasti menebak itu Devian? Kalian benar.

"Lo masih mau di sini kan? Oke gue pulang duluan bye Honey." Sebelum Devian meninggalkan Maura dia menelpon supir Maura untuk menjemput sang majikan.

.

Disinilah Devian, duduk di atas gedung yang tak terpakai. Dia membiarkan angin malam menerpa tubuhnya. Berkali-kali dia menatap lampu yang ada di bawahnya yang tak kalah indahnya dengan bintang malam ini.

Hampir setiap malam Devian pergi dari rumahnya, banyak yang dia lakukan saat malam hari. Salah satunya kegiatan yang dia lakukan seperti malam ini, dia tahu apa yang dilakukan itu berdosa dan telah melanggar aturan agamanya. Tapi keadaanlah yang memaksanya melakukan semua itu. Semakin malam semakin tidak kuat Devian melawan dinginnya angin, dia memutuskan untuk pulang kerumahnya.

Sesampainya dia di rumah, KRIEETT pintu usang itu berbunyi Devian masuk dengan perlahan. Ternyata Abah Mamat belum pulang dan malah tidur bersama dengan ayahnya diruang tamu sekaligus ruang serbaguna itu.

Devian membuka kain penutup pintu kamarnya. "Mak," Ujar Devian. Lina, menghapus airmatanya saat tahu Devian sudah pulang. "Iya nak, kamu lapar?" Devian menggeleng dan memeluk ibunya itu.

"Mamak kenapa nangis?" Tanyanya. Lina memasang senyum manis untuk anaknya itu.

"Ini udah malem Pian, kamu tidur yaa." Lina menyuruhnya dan memasangkan selimut untuk Devian.

"Tapi mamak juga tidur yaa," Lina mengangguk dan kembali kekamarnya.

Devian tidak bisa memejamkan matanya, dia sangat ingin tahu kenapa ibunya sampai menangis seperti itu. Tapi karena Devian tidak boleh terlambat besok dia mencoba untuk tidur.

.

KEESOKAN PAGINYA.

"Sandra bangun nak," Sandra membuka matanya dan menuju kamar mandi, tak lupa dia memberikan ciuman kepada mamanya itu. Setelah selesai mandi dan berdandan Sandra sarapan bersama mamanya.

"Hari ini berangkat naik apa, San?" tanya Mamanya sambil mengoleskan selai dirotinya. Sandra menggeleng, dan membuat mamanya itu tersenyum. "Ma, Sandra boleh tanya?" Mila mengangguk.

"Kapan papa pulang," Mila mengelus kepala putrinya yang sudah beranjak dewasa itu.

"Papa kan kerja buat kita sayang, jadi kamu harus sabar yaa." Sandra mengangguk.

"Okelah Ma, Sandra berangkat dulu Assalamualaikum." Sandra mencium tangan Mamanya itu.

"Waalaikumsalam, berangkat sama Grab lagi San?"

Sandra mengangguk dan keluar dari rumahnya sebelum itu dia mencium mamanya dengan kasih sayang. Kebiasaan yang tak pernah ia lupakan.

.

Jam menunjukan pukul 07.00 SMA ANGKASA 1 hanya ada beberapa siswa yang sudah berangkat. Sandra turun dari Ojek-online yang mengantarnya dan memberikan uang ongkos. Bersamaan dengan itu Devian turun dari Angkot Abah Rahmat yang tadi dia kendarai.

"Cup titip si Belang yak, nanti pulang sekolah gue bawa lagi."

Teman Devian yang berada di dalam mobil itu hanya mengacungkan jempolnya dan kembali mengejar setoran yang harus mereka berikan pada Abah Rahmat.

Devian menghilangkan debu yang sedikit menempel di bajunya dan menuju ke kelasnya. Tanpa dia sadari Sandra ada didekatnya tadi. Sandra hanya tersenyum melihat Devian yang begitu bangganya dan sama sekali tidak minder dengan apa yang dia kerjakan.

BRUKKK

Devian meletakan tas lusuhnya itu dan mengeluarkan buku yang kemarin dia pinjam di perpustakaan. Sandra berdiri di pintu kelas Devian. merasa ada orang lain, Devian melihat sekitarnya dan dia benar.

"Boleh gue masuk?" Devian menggeleng.

"Kenapa?"

"Kepo amat sih lo!" ucap Devian dengan nada yang sedikit tinggi.

Sandra memasang muka melasnya. Dan itu membuat Devian frustasi.

"Lo boleh masuk." Sandra masuk dengan senyum di mukanya.

"Oiya waktu kita tinggal sebentar lagi loh buat lomba di Kencana," ujar Sandra mencari topik pembicaraan.

"Gue udah tau, sekarang masih ada yang perlu lo omongin?" tanya Devian namun matanya tetap fokus ke buku kimia itu.

"Kalo gitu gue ke kelas dulu ya Vian." Sandra bangkit dari duduknya.

"Hn," hanya itu lah kata yang Devian ucapkan. Sandra kembali ke kelasnya, sedangkan Devian kembali fokus ke buku nya itu.

Devian kaget karena tiba-tiba saja Maura datang dan menciumnya.

"Maura," Ujar Devian.

"Ayolah sayang, aku ingin main hari ini." Devian menjauhkan diri dari Maura.

"Gue lagi sibuk Maura, tolong ngertiin gue."

"Devian tolonglah," Maura memohon kepada Devian, akhirnya dia mengalah kepada Maura. Devian membiarkan Maura menciumnya penuh nafsu, sesekali barulah dia membalas permainan Maura.

Steven masuk dan kaget melihat kejadian didepan matanya itu, tapi dia tidak bisa berkata apapun dan hanya bisa menunggu sampai mereka berdua selesai dengan aktivitasnya. Devian menyudahi permainan yang diciptakan oleh Maura.

"Thank's Honey, untuk yang tadi." Maura memberikan sejumlah uang kepada Devian.

"Steven?" Steven tersenyum.

"Santai aja Vian," Ujar Steven duduk disebelah Devian. "Gue suka yang tadi."

Sandra bertemu dengan Maura yang rambutnya lumayan berantakan, Sandra penasaran kenapa cewek populer di sekolah bisa seberantakan itu penampilannya.

"Kenapa gue jadi berhenti gue kan harus kasih tau si Devian."

Sandra kembali ke kelas Devian walaupun lonceng sebentar lagi berbunyi tapi dia harus menyampaikan itu kepada Devian.

"Devian, lo dipanggil sama Pak Usman." Devian melirik Sandra dengan ekor matanya.

"Ven, gue tinggal dulu ya." Steven menganggukan kepalanya. Devian melewati Sandra tanpa berkata sedikitpun bahkan melihatnya saja tidak.

Sandra mengikuti Devian yang berjalan dengan cepat menuju ruangan Pak Usman. Sesampainya Devian di ruangan Pak Usman Devian masuk Sandra juga mengikutinya.

"Oke kalian berdua sudah disini," Berdua? Devian melihat di sampingnya ada Sandra yang sedang tersenyum. Devian hanya menghela napasnya.

"Langsung aja, karena kalian berdua yang akan mewakili sekolah kita, bapak harap kalian bisa memberikan yang terbaik dan bapak ingin agar kalian belajar bersama karena itu akan memudahkan kalian." Jelas Pak Usman.

"Pak nggak ada hubungannya kali Kimia ke bahasa, bapak ngaco apa gimana?" Devian tidak suka dengan ucapan Pak Usman tadi.

"Memang tidak ada hubungannya Devian, tapi dalam belajar juga kamu membutuhkan seorang teman."

"Saya sudah terbiasa tanpa teman pak, Saya permisi." Devian meninggalkan ruangan Pak Usman tanpa mendengarkan apa yang akan diucapkan oleh Pak Usman selanjutnya.

"Bapak tenang saja saya akan selalu menemaninya belajar Pak, Saya permisi." Sandra bangkit mengikuti Devian, setelah pamit kepada Pak Usman.

Hooligans Vs UltrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang