New Friend.?

121 22 11
                                    

Devian bangkit dari tempat duduknya dan menuju kepenjaga perpustakaan.

"Bu saya mau pinjam yang ini," ujar Devian sambil menyodorkan kartu anggota dan buku yang tadi dia baca.

Sebelum keluar dari perpustakaan Devian menatap tajam Sandra yang membalasnya dengan senyum secerah mentari pagi ini.

"Gue tau lo habis nangis, tapi kenapa lo nangis?"

Sandra semakin penasaran dengan Devian, satu-satunya cowok yang membuatnya tertarik. Karena selama satu tahun lebih bersekolah di SMA ANGKASA 1 tidak pernah ada cowok yang medekatinya, ataupun sebatas ingin menjadi temannya.

Begitu juga dengan Devian, dari kelas satu tidak ada yang mau menjadi temannya karena rumor tentang dia satu-satunya anak orang miskin yang bisa masuk SMA ANGKASA 1 itu semakin kuat dan semua mengetahuinya. Jadilah tidak ada yang ingin berteman dengannya, jangan kalian pikir Devian akan mempunyai banyak teman karena dia cerdas.

Inilah Realita hidup di kota susah untuk mendapatkan teman yang benar-benar ingin menjadi seorang teman, dan tidak hanya untuk dimanfaatkan saja.

.

Devian masuk kekelas, dia akan duduk dibangkunya tetapi Brian Alvaro Angkasa, anak dari pemilik yayasan menghalangi jalannya.

"Lo mau lewat, Devian Aidan? Satu-satunya anak orang miskin yang ada disini." Brian mengatakan itu dengan menepuk pundak Devian.

"Minggir, gue nggak ada urusan sama lo." Devian melepaskan tangan Brian dari pundaknya.

"Wow anak orang miskin udah berani ya, sama Brian. Brian Alvaro Angkasa cucu dari pemilik yayasan ini."

Devian yang tidak tahan dengan ucapan Brian langsung mencengkram kerah baju milik Brian.

"Mulut lo kayak cewek yaa."

Devian langsung memukul pipi Brian dan itu membuat teman-teman Brian terpancing. Brian mencegah temannya untuk ikut campur dalam urusannya dengan Devian.

"Berani lo ya sama gue," Akhirnya Devian dan Brian terlibat perkelahian karena masalah sepele tadi.

Jangan tanya kemana kawan sekelas Devian, mereka hanya menjadi penonton di sini. Entah karena mereka tidak berani dengan Brian atau karena memang mereka butuh tontonan?

"Apa-apaan kalian berdua ini?" Pak Hubaedilah, atau yang lebih sering dipanggil Pak Ubay itu masuk ke kelas Devian karena mendengar ada keributan.

Devian dan Brian menghentikan perkelahian mereka. "kalian berdua ikut saya," ujar Pak Ubay.

Devian memutar bola matanya malas, sedangkan Brian hanya menyeringai. 'Lo bakal tau akibat macem-macem sama gue.'

"Kalian berdua ini kenapa?" tanya Pak Ubay setelah mereka bertiga sampai di ruangannya.

"Dia duluan pak yang cari gara-gara sama saya, lagian dia juga siswa nakal kan pak disini. Jadi kenapa nggak di DO aja?" Brian mengatakan itu dengan sangat percaya diri.

"Saya tidak bisa membuat keputusan sebesar ini, karena ini membutuhkan keputusan dari banyak pihak." Devian menyunggingkan bibirnya dan membuat Brian semakin kesal kepadanya.

"Karena kalian sudah melakukan kesalahan saya akan menulis poin untuk kalian dan kalian tau apa akibatnya jika poin kalian telah melebihi batas," ujar Pak Ubay.

"Khususnya untuk kamu Devian." Pak Ubay menatap Devian dengan serius.

"Walaupun poin saya sudah melebihi batas, akan sangat susah men-drop out saya dari sini. Saya permisi pak." Devian meninggalkan Pak Ubay dan Brian yang terdiam.

.

Sandra masuk ke kelasnya dan mendapat tatapan tajam dari seluruh siswa dikelasnya. Dia duduk di bangkunya dan asik dengan musik yang ia dengarkan dari headseat.

"Woy, anak pendiem!" Maura memanggil Sandra yang jelas tidak dengar jika ia dipanggil.

"Anjer, lo nggak punya telinga ya," ujar Maura melemparkan buku yang sedang dia pegang.

"Aduh," Maura tersenyum karena Sandra akhirnya merespon panggilannya.

"Ada apa Maura?" Sandra mendekat kearah tempat duduk Maura.

"Gimana rasanya ditolongin sama anak yang katanya orang miskin tapi termasuk cowok ganteng dan pintar disekolah ini?"

"Maksud lo apa sih, gue nggak ngerti." Maura turun dari meja yang sedang dia duduki sekarang.

"Lo sengaja kan nyari kesempatan sama Devian?" Sandra menggeleng.

"Gue nggak ada maksud apa-apa, kejadian tadi terjadi gitu aja." Ujarnya.

"Lo masih gue liatin ya, jangan sampe lo deketin Devian lagi." Maura meninggalkan Sandra yang hanya terdiam mencerna perkataan Maura.

"Gue nggak peduli lo mau ngomong apa, karena Devian gue punya semangat lagi."

KRIIIING KRIIING KRIIING

Bel tanda dimulainya pelajaran telah berbunyi semua siswa SMA ANGKASA 1 telah siap mengikuti pelajaran yang sebentar lagi akan dimulai. Devian sudah kembali ke kelasnya dan dia sedang merenungkan ucapan Pak Ubay tadi, dia menyesal kenapa dia bisa berbicara seperti tadi. Bagaimana jika dia benar akan di DO dari sekolah gratis ini? Devian benar-benar merutuki sikapnya tadi.

Pak Damar, wali kelas Devian masuk tapi dia tidak sendiri. Ada anak lelaki dibelakangnya. Setelah sang ketua kelas memberikan salam Pak Damar mengatakan tujuannya masuk kelas padahal dia tidak mengajar hari ini.

"Oke anak-anak langsung saja kalian mempunyai kawan baru dia bukan anak baru, tetapi dia hanya pindah jurusan. Jadi tidak perlu ada sesi perkenalan secara formal. Steven, silahkan duduk dengan Devian."

Devian mengangkat tangannya dan Steven duduk dengan dia.

"Gue Devian, gue nggak maksa lo mau temenan sama gue apa nggak. That's your choice." Steven tersenyum.

"Gue Steven, gue yakin kita bisa jadi patner."

Setelah semuanya selesai Pak Damar kembali keruangannya dan Bu Yuni masuk untuk memberikan pelajaran.

Hooligans Vs UltrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang