"Gue minta maaf, bener-bener nggak sengaja gue." Sandra berusaha meminta maaf atas kesalahannya.
"Gampang banget lo minta maaf." Cewek di depan Devian itu masih tidak menurunkan nada bicaranya.
"Lo harus ganti rugi baju kawan gue!" bentak Cewek itu.
"Ganti rugi? Lo pikir lo siapa?" Devian akhirnya turun tangan dia tidak tahan mendengar perdebatan itu.
"Dia udah buat baju kawan gue kotor, dan wajar kalo gue suruh dia ganti rugi." Ujar Cewek itu.
"Udahlah Vin, gue ada salin kok di loker." Cowok yang ditabrak oleh Sandra itu berusaha menengahi.
"Diem lo Diaz, pokoknya gue minta ganti rugi buat kawan gue kalo lo nggak, gue bakal laporin ini ke panitia lomba. Kalian udah buat onar disini."
Ancam Cewek yang ternyata bernama Savina itu. Sandra memegang tangan Devian, dan Devian membalas genggamannya.
"Nggak nyangka gue, ternyata ada juga anak KENCANA yang kayak lo ini-" Devian menyunggingkan senyumnya. "Lo mau ganti rugi kan? Nih, gue rasa itu cukup. Ambil aja kembaliannya anggap sedekah dari gue." Devian menarik tangan Sandra dari kantin yang telah menjadikan mereka pusat perhatian sesaat itu.
"Kurang ajar, dipikirnya gue anak orang miskin apa. Sedekah katanya!!" Emosi Savina tersulut dan Diaz kawannya itu hanya bisa menenangkan sahabatnya itu.
"Nggak mood gue." Savina keluar dari kantin meninggalkan Diaz yang sedang mengambil uang yang berserakan itu. 'Gue harus balikin nih duit.' Batin Diaz.
Sandra dan Devian duduk di salah satu kursi yang ada di bawah pohon.
"Thank's ya Devian, lo udah bantuin gue." Sandra tersenyum.
"Jangan kepedean lo, karena tadi pake uang gue. Lo harus ganti uang itu." Ucap Devian tanpa sedikitpun rasa empati kepada Sandra.
"Tenang aja lo udah bantu gue, masalah uang itu gampang berapa uang lo tadi?" tanya Sandra.
"Uang gue yang tadi, lima ratus ribu."
"Oke besok bakal gue ganti uang lo" Saat Devian dan Sandra sedang berbicara serius. Cowok bernama Diaz itu datang.
"Gue Diaz, gue Cuma mau balikin uang ini." Devian mengambil uang yang di berikan Diaz.
"Kami minta maaf atas kejadian tadi ya, semoga kalian bisa nyaman disini." Diaz Tersenyum dengan tulus.
"Oke gue maafin, dan oiya gue titip salam buat cewek yang tadi sama lo. Tolong bilangin Jadi cewek jangan songong, di songongin balik mampus kan. Salam Dari Devian, anak ANGKASA."
Diaz tersenyum. "Oke gue bakal sampein, sekali lagi maaf buat kejadian tadi. Gue permisi."
Diaz meninggalkan Devian dan Sandra, yang sedang melanjutkan kegiatan mereka.Yaitu membaca buku yang mereka jadikan referensi sejak berapa hari lalu.
.
"Lo dari mana aja sih," Ujar Savina saat Diaz masuk ke kelas mereka.
"Ada urusan bentar, oiya gimana persiapan LCT nanti?" tanya Diaz, dia berusaha membuat Savina tidak memikirkan kejadian di kantin tadi.
Savina menyunggingkan senyumnya.
"Kok lo bego ya, kita berdua ini peserta. Mana mungkin tau persiapan LCT." Diaz menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Diaz, lo cepet ganti baju lo. Firasat gue LCT bentar lagi dimulai." Diaz mengangguk dan segera mengganti bajunya dengan baju yang ada diloker miliknya.
"Lo tau nggak anak dua tadi anak mana?" tanya Savina. Diaz terpaksa menggelengkan kepalanya. Karena dia tidak ingin masalah ini diperpanjang.
"DIBERITAHUKAN KEPADA SELURUH PESERTA LOMBA CEPAT TEPAT, SEGERA BERKUMPUL DI RUANGAN YANG SUDAH DI TENTUKAN, TERIMAKASIH."
Pengumuman itu menggema diseluruh Sudut SMA KENCANA, Diaz dan Savina menuju ruang yang akan menjadi tempat mereka bertarung begitu juga dengan Devian dan Sandra. Tapi kali ini mereka harus berpisah karena LCT akan segera dimulai.
Mereka berlomba dengan semangat, tetapi sebelum LCT di mulai Devian dan Savina sama sama kaget. Karena mereka dipertemukan kembali di ruangan ini, dan itu artinya mereka akan menjadi lawan. Devian dan Savina sama-sama mengeluarkan tatapan sengit mereka. LCT dimulai soal demi soal telah dibacakan dan telah dijawab dengan cepat dan tepat pastinya oleh peserta.
Sistem LCT ini menggunakan sistem gugur, jadi peserta yang nilainya paling rendah akan tersingkir. Dari kurang lebih 50 peserta dari masing-masing sekolah yang telah mengirimkan wakilnya. Telah didapatkan tiga perwakilan yang akan menjadi juara pertama pastinya. Karena ini salah satu pelajaran yang tersulit. Yaitu Kimia, peserta yang mengikuti lomba ini tidak sebanyak cabang lomba lain. Tapi bukan berati ini buruk, karena hanya sedikit orang yang mau mengikutinya, dan dipastikan mereka juga seorang juara.
Tiga perwakilan itu adalah, Devian Aidan dari SMA ANGKASA 1, Nadezhda Savina Akbar sang tuan rumah, SMA KENCANA dan yang terakhir Yussuf Maulana dari SMA PELITA. Mereka bertiga akan bertanding nanti, setelah istirahat dan lain-lain karena di jadwal jam 12.00 tertulis ISHOMA, istirahat, sholat, makan.
Devian bertemu dengan Sandra dan Pak Usman di kantin, "Bagaimana, Devian? semua berjalan lancar?" tanya Pak Usman.
"Lancar Pak, tinggal selangkah lagi. Saya bakal jadi yang terbaik," Ujar Devian. Sandra hanya menundukan kepalanya sambil memakan pesanannya.
"Lo juga menang kan?" Tanya Devian.
"Sorry Devian, gue kalah cepet." Sandra tidak berani mengangkat kepalanya. Dan tetap menatap makanan yang dia pesan
"Dugaan gue bener, coba aja bukan lo yang ikut pasti bakalan menang." Devian mengatakan itu tanpa mempedulikan perasaan Sandra sedikitpun.
Pak Usman hanya diam melihat ada atmosfer yang tidak enak di antara anak muridnya itu.
"Semua yang terbaik, kamu juga sudah berusaha Sandra. Tidak masalah, kita coba lagi tahun depan. Dan untuk kamu Devian, ingat janji saya terhadapmu."
.
Savina sedang duduk bersama dengan sahabatnya Diaz dan Valdi di kantin.
"Lo tau nggak Di?" tanya Savina.
"Nggak tau Vin," Sahut Valdi. Savina memukul kepala Valdi.
"Gue nggak tanya sama lo, gue tanya sama Diaz." Valdi mengerucutkan Bibirnya.
"Makanya geh, lo manggilnya jangan sama. Di, itu bisa Valdi atau Diaz. Gue bingunglah."
"Oke abaikan itu, Diaz lo tau nggak ternyata anak yang cari gara-gara sama kita tadi anak ANGKASA 1 dan dia masuk final sama gue dan anak PELITA." Jelas Savina, sedangkan Diaz hanya fokus dengan kamera yang dibawa Valdi yang menjadi seksi dokumentasi pada acara ini.
"Terus apa yang bakal lo lakuin?" tanya Diaz.
"Gue bakal buat dia mengakui bahwa gue lebih unggul dari dia." Savina tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai.
Savina tidak sengaja melihat Devian yang duduk diseberang mejanya, begitu juga dengan Devian. mereka bertatapan beberapa detik lalu memutuskan pandangan mereka.
'Lo bakal kalah dari gue, sekali lagi.' Batin Devian.
'Nggak akan gue biarin lo menang di markas gue.' Batin Savina
KAMU SEDANG MEMBACA
Hooligans Vs Ultras
Teen Fiction"cowok brengsek kayak lo itu nggak seharusnya ada disekolah ini, udah berapa cewek yang lo pakai dan lo tinggalin gitu aja!! DASAR HOOLIGANS!!" "denger yaa cewek ULTRAS, gue emang hooligans dan gue bangga jadi itu, mending sekarang lo pergi sebelum...