Devian berjalan menuju kelasnya dengan kesal karena dia tidak suka jika harus disandingkan atau selalu diikuti oleh cewek bernama Sandra itu. Karena dia sudah biasa tidak mempunyai teman. Dan apalagi Sandra itu seorang Cewek. Akan sangat menyebalkan baginya.
Ternyata guru sudah ada di depan kelas, Devian dengan santainya masuk dan duduk di bangkunya.
"Devian kamu darimana saja?" tanya Bu Yuni-guru sejarah.
"Dari ruangan Pak Usman." Mendengar itu Bu Yuni tidak memperpanjang pertanyaannya.
Selama jam pelajaran berlangsung, Steven memperhatikan Devian yang sangat tidak bersemangat. Itulah pemikirannya.
Jam Istirahat telah tiba. Siswa SMA ANGKASA 1, mulai meninggalkan kelasnya dan menuju ke kantin surga bagi mereka.
"Lo kenapa lagi, Vian?" Tanya Steven.
"Gue oke kok, Cuma gue males aja kalo harus bareng terus sama cewek yang namanya Sandra itu."
Steven mengkerutkan keningnya.
"Sandra? Kenapa lo sama dia?" Devian menghela napasnya.
"Pak Usman nyuruh gue belajar bareng sama Sandra, karena dia juga ikut lomba di Kencana."
"Terus apa salahnya? Kan lo bisa nambah temen lagi selain gue." Steven tertawa, Devian juga ikut tertawa.
"Lo itu bisa aja, sekarang temenin gue kantin. Kali ini gue yang traktir." Devian menyombongkan dirinya.
"Asiklah hari ini gue dapet traktiran." Steven dan Devian menuju ke kantin. Tak lupa dengan canda tawa diantara mereka.
"Oke Ven, lo mau pesen apa?" Devian membaca daftar Menu seolah-olah dia akan memesan banyak makanan.
"Gue mau seblak level 2 aja," ujar Steven.
"Oke, bang Rul gue mau pesen." Bang Rul langsung menghampiri meja Devian.
"Lo mau pesen apa Devian?" Bang Rul sudah siap dengan Catatannya.
"Gue mau pesen seblak level 2 satu, pesen nasi goreng udang satu. Buat minumnya Fanta dingin, Steven lo minumnya apa?"
"Es teh aja," ujar Steven.
"Sama es teh satu bang Rul," Bang Rul sudah mencatat pesanan Devian.
"Siap, sebentar lagi datang."
"Devian gue boleh tanya?" Devian yang sedang memakan gorengan itu mengangguk.
"Kejadian tadi pagi itu udah sering lo lakuin?" tanya Steven dengan sedikit ragu.
"Kenapa lo tanya itu, Ven?" Steven menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Karena gue-"
"Pesanan datang," Bang Rul datang membawa nampan yang berisi makanan dan minuman yang dipesan oleh Devian.
"Udah masalah itu lanjutin nanti lagi, kita makan dulu Ven." Steven mengangguk dan memulai makannya.
Saat sudah menyelesaikan makannya Devian dan Steven melanjutkan pembicaraaan mereka yang tadi.
"Oiya tadi lo mau ngomong apa?" tanya Devian.
"Devian kita disuruh belajar sama Pak Usman." Devian menatap tajam Sandra.
"Anjing lo bisa nggak sihh jangan ganggu gue!"
Semua siswa yang ada dikantin menghentikan aktivitas mereka dan menjadi Devian sebagai pusat perhatian mereka.
"Gue nggak ganggu lo," ujar Sandra.
"Terus apa kalo bukan ganggu gue?" tanya Devian dengan nada yang naik sedikit.
"Gue Cuma-"
"Berisik lo, daritadi gangguin gue mulu." Devian meninggalkan uang lima puluh ribu dan keluar dari kantin.
"Gue susulin Devian yaa, Steven." Sandra mengikuti Devian yang sudah berjalan jauh di depannya.
Steven tersenyum tipis melihat Sandra yang mengejar-ngejar Devian, sedangkan Devian sendiri telah bermain cinta dengan seorang cewek tadi pagi. Steven bingung dengan semua itu.
"Bang Rul ini uangnya." Steven menyerahkan uang kepada Bang Rul. "Ini lebih," ujar bang Rul.
"Buat Bang Rul aja." Bang Rul tersenyum begitu juga dengan Steven.
"Saya pergi dulu bang," Bang Rul mengangguk. Devian berlari menghindari Sandra, dia menuju ke perpustakaan tapi,
"Devian, gue pengen maen sama lo." Devian terkejut karena tiba-tiba Maura menarik dan menciumnya.
"Jangan lupa bayaran gue," Ujar Devian sambil membalas permainan Maura. Saat mereka berdua sedang hanyut dalam permainan mereka, Sandra datang dan menarik Devian. terpaksa kegiatan mereka berdua terhenti.
"Ayo Devian, kita harus belajar." Maura ingin sekali mencakar Sandra yang telah menganggunya dan Devian.
Tapi karena Devian tidak menginginkan adanya keributan di sana, Devian memilih untuk mengajak Sandra pergi. Tak lupa dia sedikit berbincang kepada Maura.
"Gue tunggu bayaran lo buat gue," ujar Devian sambil berlalu.
Devian menarik Sandra dan melepaskannya saat mereka berdua sudah sampai di taman belakang sekolah.
"Lo itu bisa nggak sih, jangan ganggu gue?" tanya Devian.
"Gue nggak ganggu lo." Jawab Sandra.
"Gue Cuma pengen lebih deket sama lo aja, dan lo tau kan waktu kita buat lomba itu semakin mepet."
"Gue tau itu sebentar lagi, tapi gue bisa belajar sendiri tanpa lo. Dan berhenti ganggu gue!."
Devian meninggalkan Sandra yang sedang berdiri mematung. Devian kembali ke kelasnya. Sudah cukup dia digangggu oleh Sandra hari ini.
"Lo nggak jadi belajar?" tanya Steven saat Devian telah duduk di sampingnya.
"Belajar apaan, Ven. Yang ada gue ke ganggu sama cewek yang namanya Sandra itu." Steven menepuk pundak Devian, tidak lama dari itu Bu Devi Masuk untuk memulai kelasnya.
"Ada hal yang harus lo tau Devian."
.
Sandra terpaksa belajar di perpustakaan sendirian tidak seperti kemarin. Padahal dia ingin sekali belajar bersama Devian cowok yang sudah membuatnya penasaran. Tapi sepertinya itu tidak mungkin.
Mengingat Devian membuat airmatanya menetes, dia ingat saat Devian dan Maura berciuman tadi. Hatinya cukup sakit melihat itu. Walaupun sebenarnya dia tidak berhak untuk merasa tersakiti karena dia bukan siapa-siapa bagi Devian. Bahkan dia bukan teman Devian. Tapi Sandra tidak ingin menyerah, dia ingin menjadikan Devian sebagai temannya. Teman pertama.
Kring kring kring
Bel berbunyi, semua siswa bergegas untuk pulang tidak terkecuali Devian dan Steven.
"Devian, boleh gue maen kerumah lo?" tanya Steven. Devian langsung menaruh perhatian kepada Steven.
"Lo yakin mau maen kerumah gue?" Steven mengangguk.
"Hahaha, rumah gue itu jelek, gue anak orang miskin. Lo masih tetep mau maen tempat gue?" Steven mengangguk sambil menunjukan wajah memohonnya.
"Lo kayak anak kecil, ayolah kita ke rumah gue." Ajak Devian dan membuat Steven tersenyum bahkan tertawa lepas. Karena dia ingin mengetahui keluarga Devian.
"Oiya gue mau tanya masalah tadi pagi itu Vian?" Devian tersenyum kecut mendengar pertanyaan dari Steven.
"Mungkin belum saatnya gue cerita, Ven. Lo nggak masalah kan?" Steven mengangguk karena bagaimanapun dia tidak berhak terlalu ikut campur dengan urusan Devian. Karena mereka berdua belum terlalu mengenal.
"Santai aja, Vian." Mereka keluar kelas dan bergegas pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hooligans Vs Ultras
Teen Fiction"cowok brengsek kayak lo itu nggak seharusnya ada disekolah ini, udah berapa cewek yang lo pakai dan lo tinggalin gitu aja!! DASAR HOOLIGANS!!" "denger yaa cewek ULTRAS, gue emang hooligans dan gue bangga jadi itu, mending sekarang lo pergi sebelum...