SANDRA, DEVIAN

70 12 2
                                    

"Devian, Devian.!!" Panggil Devian merasa ada yang memanggilnya, dia mencari sumber suara itu.

"Lo bukannya cewek tadi, kan gue udah bilang sama lo jangan ikutin gue!" Sandra tersenyum.

"Gue nggak ikutin Lo, tapi gue bakal bareng sama lo. Soalnya gue juga jadi peserta lomba LCT itu cuma beda nya lo Kimia kalo gue bahasa inggris."

Devian tidak percaya apa yang dikatakan Sandra, bagaimana anak aneh itu bisa mrngikuti LCT juga bersama dirinya. Rasanya saat ini Devian ingin mengundurkan diri, tetapi penawaran Pak Usman yang tidak bisa membuatnya mengudurkan diri dengan sia-sia.

"Hey, lo bengong aja. Gimana kalo kita berdua nyari bahan untuk LCT besok diperpustakaan." Ajak Sandra.

"Apa? Kita? Sampai kapanpun kata Kita itu bagi gue nggak akan ada. Dan perlu lo inget ini cuma buat LCT besok jadi okelah kita cari bahan buat referensi."

Sandra sumringah, kali ini tidak Devian mau menatapnya dan bahkan mau untuk bersama dia untuk mencari referensi di perpustakaan. Mereka berdua menuju ke perpustakaan, sesampainya mereka disana mereka mulai mencari masing masing buku yang menjadi kebutuhan mereka masing -masing. Setelah mendapatkannya, Devian dan Sandra duduk dimeja yang sama dan membaca semua buku yang telah mereka pilih.

Sandra sangat suka keadaan ini, walaupun sedikitpun Devian tidak memandangnya. Sekarang Sandra yang terlalu terlalu tertarik kepada Devian, atau Devian lah yang terlalu cuek?

Devian sudah membaca buku yang di dapatkan tadi, tapi ternyata matanya sudah lelah untuk membaca semua buku itu, akhirnya Devian yang mengalah dia berhenti menutup bukunya dan bergegas pulang.

Ternyata cewek di depannya itu sudah tertidur entah sejak kapan Devian hanya mengacuhkannya dan keluar dari perpustakaan. Benar-benar cowok brengsek, pasti kalian berpikir seperti itu, hayo ngaku?

.

Sandra terbangun dan tidak melihat Devian di sekitarnya, dia membereskan buku catatannya lalu beranjak ke meja penunggu perpustakaan karena dia ingin meminjam buku dan keluar dari perpustakaan. Ternyata hari sudah mulai sore, Sandra berjalan dengan pikiran cemas bagaimana jika sudah tidak ada angkutan umum yang mengarah kerumahnya.

Ternyata kecemasannya tidak terbukti, Sandra melihat angkutan kota yang berwarna hijau. Dia segera menghentikannya karena itu angkutan umum menuju kerumahnya.

"Bang permata tiga ya," Ujar Sandra menyebutkan alamat rumahnya. Sandra kembali lagi membaca buku yang belum sempat dia selesaikan tadi.

Sandra tidak menyadari bahwa hanya dia sendiri yang menaiki angkutan kota itu, Sandra menutup bukunya dan fokus kejalan yang dilalui oleh angkutan ini.

Semakin lama diperhatikan jalan ini tidak menuju kearah rumahnya. Sandra benar-benar takut saat ini, apa yang harus dia lakukan.

Ternyata dugaannya benar, angkutan ini tidak mengarah kerumahnya. Tapi angkutan kota itu berhenti di kawasan pinggiran kota, yang bisa dibilang itu kawasan ekonomi menengah kebawah.

Sandra hanya terdiam di dalam angkutan kota yang telah berhenti itu karena sang pengemudinya tidak ada.

Sandra hanya memanjatkan doa yang tak terputus meminta perlindungan semoga dia dilindungi di tempat yang tidak dia kenal ini. BRUUMM suara khas yang menandakan angkutan kota itu telah berbunyi, menyadarkan Sandra.

"Devian?" Sandra kaget saat melihat Devian lah yang mengemudikan angkutan kota ini.

"Lo ngapain di sini?"

"Sebanyak apapun lo tanya, nggak akan dapat jawaban dari gue." Devian kembali fokus kejalanan yang dipenuhi kendaraan itu, padahal hari sudah mulai sore.

"Tutup pintu di deket lo itu, dan semua kacanya." Devian memerintahkan Sandra tanpa mengalihkan pandangannya.

Sandra segera melakukan apa yang disuruh Devian, sebenarnya apa yang menjadi alasan kaca dan pintu mobil ini harus ditutup?

"Gue mau lewat jalan pintas dan daerah itu rawan pelemparan batu, kenapa gue mau lewat sana? Karena gue nggak mau rugi kalo lewat sini macetnya nggak kelar-kelar gini."

Sandra hanya tersenyum bagaimana bisa Devian mengetahui apa yang ada di pikirannya.

"Thank's ya Devian, kalo nggak ada lo mungkin gue nggak pulang."

Devian menyunggingkan bibirnya. "Ini nggak gratis lo harus bayar gue 5 kali lipat dari biasanya, karena ini udah sore dan nggak bakal ada angkot lain yang mengarah kerumah lo. Gimana lo setuju? Kalo nggak-."

Sandra memotong perkataan Devian. "Oke-oke gue bakal bayar kok," ujar Sandra.

Devian tersenyum bak iblis. 'ternyata ada untungnya juga gue temenan sama nih anak, katanya cerdas tapi terlalu mudah dibohongi.' Batin Devian.

"Sandra? Nama lo Sandra kan?" Sandra mengangguk.

"Gue laper nih, lo laper kagak?" Sandra tersenyum.

"Tenang aja masalah itumah mama gue pasti udah masak kok, nanti lo makan di rumah gue aja."

Devian memikirkan ajakan Sandra sejenak. "Lo nggak malu apa, punya kawan kayak gue?"Sandra menggeleng.

"Okelah gue setuju makan dirumah lo."

Akhirnya mereka berdua sampai di rumah Sandra. Setelah memarkirkan mobil angkotnya Devian di ajak turun oleh Sandra.

"Ayo Devian masuk aja, anggep rumah sendiri." Devian hanya mengikuti Sandra dari belakang ternyata tebakannya benar, Sandra memanglah anak orang kaya.

"Assalamualaikum mah," Sandra membuka pintu rumahnya dan disambut oleh mamanya.

"Waalaikumsalam nak, ini siapa?" tanya mama Sandra saat Devian mencium tangannya.

"Ini temen Sandra mah namanya Devian."

Devian tersenyum, entah senyum palsu atau senyum tulus. "Eh nak Devian makasih ya udah anterin Sandra, gimana kalo kamu makan bareng di sini?" tawar tante Mila.

"nggak usah tante-"

"Udah pokoknya kamu makan bareng disini. Sandra kamu masuk kamar terus ganti, mama tunggu di meja makan." Sandra mengacungkan simbol oke dan menuju kamarnya. "

"Ayo nak Devian," ujar tante Mila. Devian mengikutinya sambil memperhatikan seluruh interior rumah Sandra, benar-benar luar biasa jauh dari rumahnya.

Penataan perkakas rumah begitu rapi, perpaduan cat dindingnya, dan juga beberapa unsur alam seperti tumbuhan yang ada di pot tersusun dengan sempurna. Bahkan tanpa celah.

"Duduk nak Devian, kita tunggu Sandra sebentar." Devian duduk dengan canggung, tidak lama menunggu Sandra datang dengan pakaian cassual.

Devian terpana melihatnya, melihat Sandra? Bukan melihat makanan yang telah tersaji.

"Oke karena semua udah kumpul kita mulai aja ya makannya," ujar Mama sandra, setelah mereka berdoa, mereka memulai makannya.

"Gimana Devian, masakan tante?" tanya tante Mila.

"Enak banget kok tante, makasih udah diajak makan bareng." Mila tersenyum, sedangkan Sandra hanya tersipu melihat Devian yang sedang berinteraksi dengan mamanya.

Baru saja mereka selesai makan, Adzan berkumandang. "Ayo Devian kita sholat." Mila mengajak Devian yang sedang tersenyum kikuk. "Maaf tante, saya kristen." Mila tersenyum.

"Oh maaf nak, tante tinggal sholat dulu ya." Devian mengangguk, setelah mamanya Sandra pergi dari ruang makan dia fokus kembali ke makanannya. Atau lebih tepatnya mengambil lagi makanan yang baru.

Hooligans Vs UltrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang