Chapter 2 : The Truth Untold

3.1K 312 22
                                    

Ps.
FF ini adalah fiksi, tidak benar-benar  terjadi didunia nyata. Apapun dalam cerita ini benar-benar fiksi dan hanya khayalan dari penulis saja. Kim Seokjin itu normal, dia bisa mendengar dengan normal dan dia worldwide handsome, oke?

...........................................................

Sebelumnya di I Can hear Your Voice Chapter 1 :

"Mereka- maksudku ahjussi dan ahjumma yang kalian temui adalah orang tua yang mengasuhku."

"A-apa?!!" ujar keenam pemuda itu bersamaan terkejut dengan apa yang Jin katakan.





.
.
.


------------------------------

"Nee?!" ujar keenam pemuda itu bersamaan terkejut dengan apa yang Jin katakan.

Taehyung mengerenyitkan dahinya, "Loh, kemana paman dan bibi Kim?"

'Ceritanya panjang, aku tak pernah menceritakan hal ini pada siapapun, pada kalian, bahkan pada Bang PD-nim sekalipun.' batin Jin.

"Ah, itu- maksudku mereka juga yang merawatku sejak kecil karena orangtuaku sibuk. Ya, seperti itu." bohong Jin.

'Maafkan aku, kalian akan mengetahuinya suatu saat nanti.' lirihnya.

"Ah, jadi pengasuh begitu," ujar Jimin diikuti anggukan dari lima orang lainnya.

"Baiklah, tak terasa sudah larut cepat tidur!" perintah Namjoon.

Satu persatu mulai memasuki kamar mereka, begitupula dengan Jin.

Setelah menutup pintu kamarnya, Jin mendudukan tubuhnya dilantai dekat kasur.
Ia melepas hearing aid-nya, menatap lirih benda kecil tersebut.

"Aku merindukan kalian, Ibu..ayah.."

Seketika Jin teringat kejadian yang pernah diceritakan seseorang padanya.

Desember 4th, 1992

"Cepat selamatkan istriku!!" seru seorang pria pada seorang dokter.

Sang dokter mengangguk ketakutan.

"Saya sudah peringatkan sebelumnya bahwa hanya salah satu saja yang dapat kami selamatkan."

"Aku tidak peduli!! Selamatkan istriku saja!"

Dokter itu mengangguk lalu memasuki ruang operasi.

Pria tersebut mengusap wajahnya kasar.

Sementara itu, disampingnya.

"Ku mohon, tolong selamatkan keduanya dokter," mohon seorang pria. "Istriku- maksudku kami sangat menginginkan bayi kami."

Dokter itupun mengangguk. "Baik, tuan. Kami akan berusaha semampu kami."

Setelah dokter masuk ke dalam sebuah ruangan, pria tersebut duduk lemas di ruang tunggu.

Ia tak sendiri, ia bersama dengan pria lainnya. Menunggu persalinan istri-istri mereka.

"Tolong selamatkan mereka, Tuhan." mohon si pria berpakaian sederhana.

Selang beberapa jam, seorang dokter keluar. "Tuan Kim?"

Pria ber-jas hitam itu bangkit dan menghampiri dokter.

"Bagaimana? Apa kau menyelamatkan istriku?" ujarnya tak sabar.

Dokter tersebut tersenyum, "Syukurlah kami berhasil menyelamatkan istri tuan- dan juga putera tuan."

I Can Hear Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang