360 DETIK SETELAH KEMATIAN

129 2 2
                                    

"kematian yang menyapaku"

Tik.. Tok.. Tik.. Tok.. suara detak jarum jam semakin terdengar jelas di telinga Elysia. Ketika ia membuka matanya, semua yang ada disekitarnya berwarna putih dan menyilaukan.

"dimana aku?" bahkan suara hatinya pun menggema seperti suara dalam gua.

Ia pun semakin gundah, karena tak ada siapapun yang ada disampingnya. Seperti ruangan kosong, atau lebih tepatnya seperti sebuah ruangan isolasi khusus. Dan tiba - tiba sebuah cahaya terang secepat kilat menyilaukannya dan seketika itu pula ruangan itu berubah menjadi ruangan lain. Perlahan Elysia membuka tangan yang menutupi wajahnya dari cahaya yang menghampirinya tadi. Ia melihat kesekitarnya, kini ia berada dikamar rumah sakit.

Ruangan yang sunyi dan hampa, tidak ada satu orang pun disekitarnya. Bahkan terlalu sunyi hingga ia bisa mendengar suara langkahnya sendiri, gesekan jemarinya yang reflek ia lakukan setiap ia ketakutan. Tidak ada lampu yang menerangi ruangan itu, hanya sorotan matahari diikuti hembusan angin yang membuat tirai menari – nari dengan ritme tak pasti mengisi kekosongan ruangan itu.

Terdengar suara bip dari mesin pencatat detak jantung dari sisi lain ruangan itu. Perlahan Elysia mengikuti arah asal suara itu. Langkahnya terhenti begitu melihat apa yang ada didepannya kini. Yang menjadi sorotan Elysia bukanlah suara dari mesin pencatat detak jantung itu namun milik siapa detak jantung itu.

Elysia berjalan perlahan mendekati ranjang kamar rumah sakit itu dan betapa terkejutnya ia begitu melihat seseorang tengah terbaring diatas ranjang. Ia memberanikan dirinya, menekan salivanya dan lebih mendekati ranjang itu untuk melihat sosok yang tengah terbaring itu.

Elysia kini terkejut bukan main. Ia sangat mengenali sosok yang tengah terbaring itu, wajah yang selalu dilihatnya ketika ia bercermin. Dirinya yang terbaring disana. Kenapa ia berada dikamar rumah sakit itu, dan kenapa wajah yang kini berada diatas ranjang rumah sakit itu begitu mirip dengannya.Tubuhnya terbaring kaku disana, kepalanya dibaluti perban, serta tangan dan dadanya dipenuhi kabel serta selang infus.

Hawa dingin yang menusuk bisa ia rasakan memenuhi ruangan itu. Ia melihat kulitnya yang terlihat pucat dan kering. Bahkan tak ada cahaya dalam wajahnya, matanya tertutup rapat, bibirnya menganga karena selang pernafasan yang menjalar dari mulutnya. Tak ada gerakan pada tubuh yang tengah terbaring itu. Seperti mayat hidup. Tubuh yang hanya bergantung pada alat – alat medis sebagai penompang hidupnya.
Elysia tak bisa menahan tubuhnya lebih lama lagi, ia terjatuh dilantai bahkan mencengkram ranjang itu tidak bisa menopang tubuhnya.

"Elysia. Kamu seharusnya mati 360 detik yang lalu. Namun, Beliau memberikanmu kesempatan kedua"

Tiba – tiba seorang pria berpakaian serba hitam berdiri didepannya.

"si-siapa kamu?"

"yang akan mencabut nyawamu"

"penca-but nyawa?"

"selama kamu hidup, kamu telah membuat banyak orang menderita. Dosamu tidak ada ampunannya. Maka berterima kasihlah pada yang Maha Kuasa karena memberikanmu kesempatan kedua padamu selama 300hari untuk mendapatkan ampunan dari orang – orang yang telah menderita karenamu"

"a-apa?"

"jika kamu tidak bisa mendapatkannya, maka kamu akan menjadi roh gentayangan dan orang yang berhubungan dengan dosa itu pun akan mendapatkan hukumannya"

"kapan aku menyakiti orang lain?"

"kesalahan yang tidak disengaja termasuk dalam dosa, karena bisa saja ketidaktahuanmu akan perbuatanmu membuat orang lain kehilangan nyawanya"

Elysia terdiam, ia tak mengerti apa yang barus saja terjadinya.

"waktumu 300 hari dari sekarang"

Baru saja Elysia akan mengajukan pertanyaan, tepat saat itu sebuah cahaya melahapnya bulat – bulat.
Dan ketika Elysia membuka matanya, ia terasa ada beban berat disekujur tubuhnya yang membuatnya sulit untuk bergerak, namun ia bisa merasakan tangannya digenggam hangat, itu adalah ibunya yang tengah menggenggam tangannya sembari menangis.

"i..ibb..bu"

Satu kata yang diucapkan Elysia membuat ibunya terkejut dan langsung diselimuti kebahagiaan saat itu juga. Ia menciumi kening, serta kedua pipi Elysia dan membelai lembut wajah anaknya, wajahnya tersenyum namun air mata terurai dari matanya.

Tak lama seorang dokter dan seorang perawat mendatangi Elysia, begitu melihat Elysia yang sadar, mereka cukup terkejut dan segera memeriksa keadaan Elysia.

"syukurlah semuanya normal" kata sang dokter usai memeriksa keadaan Elysia.

Setelah sang dokter dan perawat pergi, Ibu Elysia kembali menggenggam tangan anaknya itu dan terus membelai kepala anaknya.

"ke-kenapa?"

Ibu Elysia menggeleng, ia hanya tersenyum dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

"Anakku.. jangan pernah meninggalkan ibu lagi, mengerti?"

"Hh?"

"beberapa saat lalu detak jantungmu berhenti.....hiks..hiks.. ibu.. jangan pernah seperti itu lagi, ya?"

Dan tepat saat itu Elysia tersadar apa yang baru saja dialaminya adalah nyata. Pertemuannya dengan malaikat pencabut nyawa itu adalah nyata. Dan kini ia telah hidup kembali.

================================

Jangan lupa vote gaes! Haha :)

RUNAWAY FROM HEAVEN (300 DAYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang