Makasih

7 1 0
                                    

 Kau selalu ada untukku
Walau aku tak selalu ada untukmu

***     

Siyeon sudah sampai di perempatan jalan menuju sekolahnya, tinggal belok kanan lagi dia akan segera sampai.

Keringat yang mengucur deras telah membasahi tubuhnya, kebetulan selama di perjalanan sepi. Tanpa ada warung atau pun bus yang lewat karena sebentar lagi jam masuk sekolah.

Segerombolan laki-laki yang masih di bilang remaja tengah duduk di pinggir jalan sambil tertawa tidak jelas. Dengan terpaksa, Siyeon harus melewati mereka agar segera sampai ke sekolah.

"Hai cantik." Sapa salah satu dari laki-laki tersebut kepada Siyeon.

Siyeon langsung melangkah mundur, di belakangnya juga ada laki-laki lain. Kini Siyeon sudah terkepung.

Entah apa yang harus dilakukan Siyeon untuk menyelamatkan diri dari laki-laki yang setengah sadar. Mulutnya berbau anggur yang sangat menyengat.

'Kasihan sekali mereka ini, harusnya di seusia remaja seperti ku. Mereka bersekolah menimba ilmu untuk masa depan. Tetapi mereka telah merusaknya.'

"Maaf ya, gue buru-buru ke sekolah. Takut telat." Siyeon menjawab dengan penuh kehati-hatian.

Salah satu dari laki-laki itu mendekat, bersamaan dengan motor sport yang dengan sengaja hampir menabrak mereka.

"Naik Yeon." Perintah pengemudi motornya.

"Jihoon." Panggil Siyeon, terkejut.

"Cepetan naik, atau lo mau gue biarin diganggu mereka."

"I~iya." Sahut Siyeon, gugup.

Siyeon menaiki motor Jihoon, lalu Jihoon melajukan motornya dengan kencang menuju sekolah.

"CEWEK!!! KENAPA PERGI!!! ABANG DISINI!!" Teriak laki-laki yang menyapa Siyeon tadi.

Sesampai di sekolah, Siyeon gugup terhadap Jihoon. Dia juga merasa tidak enak kepada Jihoon karena telah memarahinya, tapi Jihoon masih saja mau membantunya saat kesusahan.

"H~Hoon, maaf ya. Lagi-lagi gue ngerepotin lo. Makasih juga udah nyelametin gue dari mereka."

"Santai aja kali, sa ae tuh muka Yeon. Gugup gitu." Sindir Jihoon.

"S~siapa yang gugup sih Hoon." Siyeon memukul lengan Jihoon.

"Aww... sakit tau." Rintih Jihoon.

"Maaf-maaf." Raut wajah Siyeon terlihat khawatir, dia mengusap - usap pelan lengan Jihoon.

"Haha.. nggak sakit kali." Ledek Jihoon.

Siyeon menghembuskan nafas dengan kasar. "Sebel deh, udah ah gue ke kelas dulu." Siyeon meninggalkan Jihoon di parkiran, namun Jihoon berlari untuk menyusuli Siyeon.

"Yeon tunggu bentar."

Siyeon menengok ke belakang, melihat Jihoon. "Apaan?"

Jihoon mendekat ke arah Siyeon.

"Mau nggak jadi pacar gue?"

"Lo gila Hoon? Gue kan punya Minhyun. Lo juga pacar Yerin, temen deket gue."

"Iya, gue gila karena suka sama lo sebelum Minhyun. Dan dia yang dapetin hati lo bukan gue."

Jihoon membalikkan badannya.

"Gue bakal berusaha ngelupain lo." Ucapnya lirih.

"Hoon~" panggil Siyeon.

"Gue emang bodoh udah nungguin orang yang jelas-jelas nggak cinta sama gue."

Park SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang