Jilid 15

768 13 0
                                    

Ia mendengar bahwa di waktu masih gadis remaja, sebelum diangkat menjadi selir kaisar, Cu Si pernah saling mencinta dengan pamannya sendiri, yaitu adik ibunya yang usianya tidak berselisih banyak dengannya. Hubungan cinta itu terputus ketika Yehonala menjadi selir kaisar, dan kini pamannya itu, yang bernama Yung Lu, telah menjadi seorang pejabat pertengahan di Peking. Setelah melakukan penyelidikan melalui kaki tangannya, Li Lian Ying lalu mengajukan usul kepada junjungannya.

"Hamba merasa bersedih sekali melihat paduka setiap hari tenggelam dalam kedukaan. Hamba kira, pertemuan dengan seorang anggota lama akan dapat menggembirakan paduka, tentu saja kalau paduka menyetujui."

Cu Si dengan malas-malasan memandang pelayan yang amat setia itu. "Hemm, Lian Ying, siapa yang kau maksudkan itu?" Tanyanya dengan suara agak kurang senang.

Bagaimanapun juga, sanak keluarganya adalah orang-orang biasa, dan tidak senang hatinya kalau diingatkan akan keluarganya, sama dengan mengingatkan bahwa ia adalah keturunan orang-orang biasa !

"Baru-baru ini hamba bertemu dengan seorang sahabat yang menceritakan bahwa paman paduka yang bernama Yung Lu menjadi seorang pejabat pertengahan di kotaraja. Lupakah paduka kepada paman paduka itu?"

Wajah Ibu Suri Cu Si berseri mendengar disebutnya nama ini. Tentu saja ia masih ingat kepada Yung Lu, pamannya itu.
Ketika maih remaja, ia pernah jatuh cinta kepada pamannya itu, dan biarpun hanya merupakan cinta monyet, namun masih menjadi kenangan manis. Mendengar nama Yung Lu kini berada di kotaraja, terbayanglah wajah yang tampan itu dan iapun ingin sekali bertemu dengannya. Akan tetapi ia melihat kesulitan untuk dapat bertemu dengan pamannya itu dan hal ini ia katakan kepada Li Lian Ying.

"Harap paduka jangan khawatir," kata Li Lian Ying.

"Kalau paduka berkenan, pertemuan itu dapat hamba atur. Bukankah dia merupakan paman paduka sendiri? Tidak akan ada salahnya kalau paduka memanggil dia menghadap untuk dimintai nasihat tentang urusan pemerintahan. Takkan ada yang mencurigai kehadiran seorang paman yang mengunjungi paduka."

Cu Si girang sekali dan cepat ia menuliskan surat panggilan itu. Tentu saja Yung Lu merasa tegang dan dengan jantung berdebar-debar menanti di ruangan tamu yang mewah dan indah itu. Selama hidupnya, baru sekali ini dia memasuki bagian istana yang demikian indahnya. Sejak keponakannya menjadi selir kaisar dan kemudian bahkan menjadi permaisuri kedua dan akhir-akhir ini menjadi Ibu Suri, dia tidak pernah bertemu dengan Yehonala. Dan kedudukan keponakannya itu bukan tidak ada manfaatnya baginya. Dia seorang yang tidak berpendidikan tinggi, akan tetapi kini dapat menduduki jabatan tinggi pertengahan. Semua itu adalah karena dia dikenal sebagai paman dari Ibu Suri Cu Si ! Dan kini, keponakannya itu memanggilnya !

Li Lian Ying muncul dan tanpa banyak cakap lagi, thaikam ini mengajak Yung Lu masuk ke dalam dan diantarnya orang itu ke dalam kamar Ibu Suri Cu Si di Istana barat. Di dalam ruangan kamar yang luas itu, Yung Lu melihat seorang wanita cantik duduk di atas dipan, dan sukar baginya untuk mengenal wajah gadis remaja Yehonala yang pernah saling mencinta dengannya. Yang duduk di dipan itu adalah seorang wanita cantik jelita dan agung, wanita yang sudah matang, dengan pandang mata tajam berwibawa dan mulut yng kecil tersenyum
manis.

Dia hendak menjatuhkan diri berlutut, akan tetapi dengan tangannya, Ibu Suri Cu Si melarangnya.

"Paman Yung Lu, tidak perlu berlutut ...... !" kataya. pada saat itu, dengan sopan
Li Lian Ying lalu keluar dari kamar, menutupkan tirai sutera berlapis-lapis untuk menutupi keadaan di dalam kamar itu dari penglihatan orang di luar kamar dan diapun duduk berjaga di luar kamar.

"Paman Yung Lu, engkau duduklah di sini, di dekatku. Aku sungguh rindu sekali kepadamu. Lupakah engkau kepada Yehonalamu?"

Dengan tubuh gemetar Yung Lu duduk di atas dipan, di dekat wanita itu dan bagaikan seekor harimau betina yang kelaparan, Ibu Suri Cu Si segera merangkulnya dan menjatuhkan dirinya di atas pangkuan Yung Lu.
"Ah, Yung Lu, aku kesepian, aku rindu padamu ...... " keluhnya.

Pemberontakan TaipengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang