Jilid 8

745 10 0
                                        

"Bu, pergi ke mana? Ada apa? Mengapa ?"

"Diam ! Kau taati saja kata-kataku. Kita pergi sekarang juga !"

Dan sambil berlari-lari Sheila menarik tangan puteranya, diajak pergi dari situ, pergi meninggalkan pegunungan itu, tanpa tujuan tertentu, kemana saja asal pergi jauh meninggalkan tempat itu, meninggalkan Bu Beng Kwi.
Dan di sepanjang perjalanan yang semalam suntuk tanpa pernah mau berhenti, Sheila terus menerus menangis, membuat Han Le menjadi bingung dan khawatir sekali.

Berulang kali dia bertanya kepada ibunya. "Ibu, apakah yang telah terjadi? Kenapa kita harus pergi meninggalkan suhu seperti ini? Begini tiba-tiba dan kita meninggalkan semua pakaian kita ?"

Ibunya diam saja, hanya terisak sambil berjalan terus, tersaruk-saruk.

"Ibu, kita hendak pergi ke manakah?" Kembali tidak ada jawaban. "

Apakah ibu bertengkar dengan suhu? Apakah suhu melakukan sesuatu yang membuat ibu marah? Ibu, kenapa ibu memisahkan aku dari suhu? Aku sayang kepadanya, aku ingin belajar silar darinya. Ibu, kenapakah, ibu? Apa yang telah terjadi?"

Namun ibunya diam dalam seribu bahasa, hanya menangis dan terus menarik tangannya. hal ini membuat hati kecil Han Le menjadi penasaran sekali. Dia berhenti melangkah.

"Ibu, berhentilah. Aku tidak ingin pergi, ibu, aku tidak mau meninggalkan suhu."

Melihat ini, Sheila berhenti dan menahan isaknya, Di malam yang diterangi bintang-bintang sejuta di langit itu, hatinya masih penuh dengan perasaan marah dan kecewa, bingung dan gelisah. Sikap anaknya menambah perasaan marahnya.
"Henry, dengarkan baik-baik. Engkau boleh pilih, ikut aku atau gurumu. Kalau engkau berat kepada gurumu, kembalilah dan biarkan aku pergi sendiri, biarkan aku hidup atau mati sendiri ...... "

"Ibu ...... !" Henry menubruk dan merangkul pinggang ibunya sedangkan wanita itu menangis lagi.

"Ibu, tentu saja aku akan ikut engkau. Akan tetapi setidaknya, katakanlah mengapa kita harus pergi malam-malam begini, dengan mendadak, meninggalkan suhu? Apakah ibu bertengkar dengan suhu/"

"Ya ...... "
"Apa sebabnya ?"

"Engkau ...... engkau anak kecil, tidak boleh tahu dan tidak mengerti. Jangan tanyakan sebabnya. Mari, kita lanjutkan perjalanan."

Melihat kenekatan ibunya, Han Le tidak berani membantah lagi, namun diam-diam hatinya penuh dengan rasa penasaran.
Sambil melangkah, setelah mereka berdiam diri dan terus berjalan sampai lama sekali, dia akhirnya mengeluarkan isi hatinya yang ditahan-tahan sejak tadi, dengan hati-hati.

"Ibu, begitu besarkah kesalahan suhu sehingga ibu tidak dapat memaafkanya?"

"Aku tidak dapat memaafkannya."

"Kenapa ?"

"Jangan tanyakan itu."

"Tapi, kata ibu, suhu adalah seorang yang paling mulia di dunia ini ..... "

"Henry !" Sheila setengah menjerit. "Jangan bicarakan akan hal itu lagi, jangan sebut-sebut dia didepanku !"

Han Le tidak berani bicara lagi dan mereka melanjutkan perjalanan, dan fajar telah mulai nampak di ufuk timur.

Sementara itu, setelah Sheila dan Han Le pergi meninggalkannya, Bu Beng Kwi merasa seolah-olah seluruh tubuhnya menjadi lumpuh. Dia roboh berlutut dan menangis seperti anak kecil, sesenggukan dan sama sekali dia tidak mampu mengendalikan perasaannya. Segala hal yang terjadi di masa lalu, terbayanglah dan membuat hatinya semakin tertusuk dan perih. Sudah lama sekali dia menyesali diri, sudah lama sekali dia kembali ke jalan benar, berubah sama sekali dari jalan hidupnya yang lalu. Namun, belum pernah kejahatannya di masa lalu membuat dia demikian menyesal seperti saat ini !

Pemberontakan TaipengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang