Jilid 13

744 13 0
                                        

SETELAH melalui dua ruangan, tiba-tiba dia berhenti dan bersembunyi di balik tiang. Dia melihat si tinggi kurus tadi keluar dari sebuah tikungan dan menyeret seorang tosu tua yang agaknya sudah lemas tubuhnya, entah pingsan ataukah tertotok jalan darahnya. Dengan cepat si kurus itu menyeret tubuh tosu itu ke balik meja di sudut, mengikat kaki tangannya dengan pakaian tosu itu sendiri dan mengikat pula mulutnya, lalu meninggalkan tosu itu menggeletak di balik meja itu, tersembunyi dan tidak mudah nampak dari luar.

Kini Bun Hong tidak ragu-ragu lagi. Jelas bahwa orang itu adalah seorang mata-mata, atau penjahat dan setidak-tidaknya tentu orang yang tidak mempuyai iktikad baik terhadap para tosu atau para pendekar yang tengah mengadakan pertemuan di ruangan belakang kuil itu.

"Berhenti, siapa engkau ?" Bun Hong membentak sambil meloncat keluar, dan tubuhnya sudah berdiri di depan laki-laki tinggi kurus itu. Orang itu terkejut bukan main, sama sekali tidak mengira bahwa perbuatannya diketahui orang. Lebih lagi kagetnya melihat bahwa yang muncul bukan sorang di antara para tosu kuil itu, melainkan pemuda remaja tampan. Dia memandang rendah dan tersenyum mengejek.

"Bocah setan, mampuslah !" bentaknya dan dia menyerang dengan kecepatan kilat, jari tangan kirinya menotok ke arah jalan darah di pundak sedangkan tangan kanan mencengkeram ke arah lambung. Serangan-serangan itu hebat bukan main dan amat berbahaya. Namun, pada waktu itu, Bun Hong telah mewarisi ilmu kepandaian ayah bundaya dan dia memang seorang pemuda yang berbakat baik sekali, memiliki gerakan yang tenang namun cepat. Dengan mudah dia mengelak dengan melangkah mudur, dan cepat tubuhnya memutar ke kanan lalu mengirim serangan balasan, yaitu tendangan ke arah lutut lawan dan tangannya menyusul dengan cengkeraman ke arah pundak.

"Ehhh ...... ?" Orang itu nampaknya terkejut melihat betapa pemuda yang dipandang rendah itu bukan saja dapat menghindarkan diri dari serangannya, bahkan dapat membalas dengan cepat sekali sehingga hampir saja lutut kakinya terkena tendangan. Dia meloncat ke belakang, lalu menyerang lagi, kini karena tahu bahwa lawannya lihai, dia mengerahkan tenaga dan kecepatannya untuk melumpuhkan pemuda yang telah memergokinya itu.

Namun dia kecele. Pemuda itu mampu menangkis dan membalas dan mereka terlibat dalam perkelahian yang seru. makin kaget dan gentarlah hati si tinggi kurus dan dia mulai mencari kesempatan untuk melarikan diri. Akan tetapi betapa kagetnya melihat pemuda itu sama sekali tidak memberi kesempatan kepadanya dan dia kehilangan jalan untuk lari karena terus terdesak oleh pemuda itu. Akhirnya, memang karena kalah tingkatnya dan bingung, jari tangan pemuda itu berhasil menotok pundaknya dan diapun roboh terkulai dalam keadaan lumpuh kaki tangannya.

Pada saat itu ada bayangan biru berkelebat dan terdengar bentakan halus.

"Engkau orang jahat !" Tahu-tahu gadis remaja yang berbaju biru, yang tadi menarik perhatian Bun Hong, telah datang dan menyambar ke arah Bun Hong dengan cepat sekali, menyerang dengan tamparan ke arah kepala Bun Hong dan tusukan jari tangan yang lain ke arah dada.

"Ehhh ...... ?" Bun Hong mengelak. Aka tetapi, serangan pertama yang luput itu disusul oleh tonjokan tangan ke arah lambung Bun Hong, cepat dan keras bukan main serangan susulan ini sehingga tidak ada kesempatan lagi bagi Bun Hong untuk mengelak. Dia terpaksa menangkis sambil mengerahkan tenaganya.

"Dukkk ...... !" Dua lengan bertemu dan gadis itu mengeluarkan jerit tertahan karena lengannya terasa nyeri. Ia meloncat ke belakang dengan muka merah karena marah sedangkan Bun Hong sendiri juga harus mengakui betapa lengan yang kecil berkulit halus itu mengandung tenaga sinkang yang kuat. Akan tetapi, Bun Hong juga merasa penasaran dan kini timbul dugaannya bahwa gadis remaja yang lihai itu tentulah seorang mata-mata pula, agaknya sahabat dari orang yang telah dirobohkannya. Mungkin saja percakapan antara mereka di luar kuil tadi hanya sandiwara belaka, atau dalam percakapan tadi mengandung kata-kata rahasia yang hanya diketahui mereka berdua saja. Pikiran ini membuat Bun Hong penasaran dan ketika gadis remaja itu menyerangnya lagi, dia mengerahkan tenaga menangkis dan balas menyerang dengan hebatnya sehingga gadis itu terkejut, terdorong ke belakang dan terpaksa gadis itu meloncat jauh ke belakang untuk menghindarkan diri dari serangan susulan.

Pemberontakan TaipengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang