HAN LE bergidik melihat mayat-mayat yang berserakan, akan tetapi gurunya segera membawa dia ke dalam kereta, lalu merebahkan tubuh Sheila ke atas bangku kereta pula.
"Kau jaga ibumu baik-baik agar jangan sampai jatuh. Kita harus segera pergi dari tempat ini." katanya dan Han Le mengangguk, lalu berlutut dan merangkul tubuh ibunya. Keretapun bergerak, dikusiri Bu Beng Kwi, meninggalkan tempat itu.
Setelah mereka meninggalkan bukit itu dan jauh dari sana, matahari sudah naik tinggi dan Bu Beng Kwi menghentikan keretanya di bawah sebatang pohon besar. Tempat itu sunyi.
Ketika dia menjenguk ke dalam kereta, ternyata Sheila masih pingsan, dijaga puteranya yang kelihatan khawatir."Suhu, ibu belum juga sadar," kata Han Le dengan muka cemas.
"Tenangkan hatimu. Ibumu mendapat guncangan batin yang cukup hebat. Sekarang pergilah engkau mencari air dalam panci ini, kemudian buatlah api unggun dan masak air itu sampai mendidih."
Melihat sikap suhunya yang tenang, giranglah hati Han Le yang tadinya amat mengkhawatirkan keadaan ibunya.
"Baik, suhu," katanya sambil melompat turun dan membawa panci itu, mencari air.
Bu Beng Kwi naik ke dalam kereta dan memeriksa denyut jantung Sheila melalui urat nadi tangannya. Denyut itu lemah dan tidak teratur. Wajah wanita itu pucat sekali dan melihat wajah itu, keharuan menusuk perasaan Bu Beng Kwi. Betapa besarnya dosa yang ditanggungnya terhadap wanita ini, pikirnya. Dia menghela napas panjang dan mengeluh di dalam batinnya. Mula-mula, dia sebagai Koan Jit telah membunuh suami wanita ini. Kemudin sebagai Koan Jit pula dia telah membunuh Bu Beng Kwi, laki-laki yang dicinta olehwanita ini dengan hati murni.
"Hemm, Koan Jit, engkau harus menerima hukuman yang bagaimana beratnya untuk menebus dosa-dosamu," demikian suara hatinya mengeluh. Dan hukuman terberat yang pernah dirasakan selama dia mengubah jalan hidupnya adalah sekarang ini ! Hukuman ini jauh lebih berat daripada hukuman yang bagaimanapun juga, bahkan dianggapnya lebih berat dari siksa yang membawa mati sekalipun. Dia mencinta wanita ini, dan mencinta puteranya. Dia mencinta mereka berdua dengan sepenuh jiwanya, ingin membahagiakan mereka. Namun, wanita yang dicintanya itu membencinya, menjauhinya.
Padahal, wanita ini sesungguhnya juga mencintanya, hanya karena perbuatannya yang lalu maka cinta itu berubah menjadi kebencian yang amat mendalam. Dan kenyataan ini amat menyiksa batinnya, mendatangkan penyesalan yang agaknya tidak akan mereda walaupun ditebus dengan nyawa sekalipun.
Ada dua macam penyesalan. pertama adalah penyesalan karena menyadari akan dosa yang telah dilakukan, penyesalan yang dapat membuat si pelaku bertaubat dan tidak akan melakukan dosa itu untuk kedua kalinya. Penyesalan kedua adalah penyesalan yang timbul karena akibat buruk menimpa diri sebagai akibat perbuatan dosanya itu. Penyesalan yang kedua ini tidak akan menimbulkan kesadaran dan tidak membuat orang bertaubat. Bu Beng Kwi menyesal karena keduanya. Dia telah menyadari dosa-dosanya semenjak bertemu dengan pendeta sakti Siauw-bin-hud dan seketika kesadaran itu merobah jalan hidupnya. Dia meninggalkan kehidupan bergelimang dosa sehingga sinar cinta kasih dan keadilan yang berada di dalam batin setiap manusia, kini bersinar terang dan tidak tertutup oleh debu-debu kekotoran.
Namun, siksa batin yang dideritanya sebagai akibat dosa- dosanya, ketika dia bertemu dengan Sheila dan puteranya, mendatangkan pula penyesalan yang amat hebat, membuat dia kehilangan gairah hidup.
Bagaimanapun macamnya, penyesalan tidak ada gunanya sama sekali. hanya permainan pikiran saja yang mengingat- ingat masa lalu, dan ingatan akan masa lalu ini hanya membuahkan penyesalan, duka, dendam, kemarahan dan sebagainya lagi. Kalau kita mau waspada setiap saat, sehingga setiap gerak-gerik kita lahir maupun batin selalu berada di bawah pengamatan, maka kebijaksanaan akan selalu menyertai kita sehingga kita tidak akan salah langkah. Namun, betapapun saktinya, Bu Beng Kwi alias Koan Jit hanyalah seorang manusia biasa. Diapun menginginkan kesenangan, antara lain kesenangan agar selalu dapat berdekatan dengan Sheila dan Han Le, dua orang yang dicintanya, keinginan agar cintanya terhadap mereka dibalas tanpa halangan apapun. Dan keinginan, dalam bentuk apapun juga, tak terpisahkan dari suka. Keinginan selalu melahirkan duka, karena keinginan tak ada batasnya, makin mekar dan sekali waktu pasti keinginan takkan terpenuhi dan timbullah kecewa, timbullah duka.
Lenyapnya keinginan adalah apabila kita hidup saat demi saat, menikmati yang ada karena keinginan adalah pengejaran hal yang belum ada. Kalau kita selalu hidup di saat ini, tanpa ikatan dengan masa lalu, tanpa harapan untuk masa depan, hidup sepenuhnya saat demi saat, maka dalam keadaan apapun juga kita akan selalu waspada. Waspada dan sadar dalam arti kata tidak tebuai masa lalu dan tidak terseret keinginan masa depan. Hanya dengan beginilah kita dapat hidup sesungguhnya, menikmati apa yang ada hidup bahagia saat demi saat, bagaimanapun keadaan hidup kita di saat-saat itu. Kebahagiaan hanya terdapat di saat ini, bukan kemarin atau esok, karena hidup adalah saat ini pula, saat demi saat di mana kita harus sepenuhnya sebagai seorang manusia.
![](https://img.wattpad.com/cover/162062778-288-k225119.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemberontakan Taipeng
FantasíaCerita Silat Pemberontakan Taipeng adalah lanjutan dari Pedang Naga Kemala ( Giok Liong Kiam ) Pemberontakan yang di lakukan Raja lalim mengumpulkan pendekar aliran hitam yang di pimpin oleh Ong Siu Cu mencoba merebut pemerintahan Mancu. Namun ada p...