KISAH {2 Part 2}

588 29 0
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb.

*Mohon Do'a Untuk Sahabat Saya*

*Irene Radjiman*

Lebih dari 2 bulan aku menunggu balasan email dari Sharen. Apa kabarmu Sharen? Masihkah kau istiqomah di dalam Islam?

Entah mengapa aku gelisah. Ada rasa khawatir. Kucari sosmednya. Tidak ketemu. Duh mengapa Sharen tidak meninggalkan WA di dalam emailnya?

Akhirnya yang kulakukan hanya menunggu dan berdo'a untuknya.

Saat aku merasa tak kuasa lagi menunggu, aku butuh dukungan saudara-saudariku se-aqidah yang lain. Mohon maaf Sharen tanpa bertanya terlebih dahulu, aku share permasalahanmu. Aku berharap banyak do'a terucap untuk mengetuk pintu langit bagimu.

Tepat saat aku akan mengakhiri statusku, notification email berbunyi. Subhanallah....!!!! Sharen....!!!!

==========================

Dear Irene

Assalamualaikum Wr. Wb.

Irene, terima kasih atas balasan emailmu. Apa kabarmu hari ini? Kamu pasti sedang memikirkan aku kan?

Berkat do'amu kini aku lebih bahagia. Alhamdulillah.

Ketahuilah Irene, saat aku menulis email padamu, aku sudah mengajukan gugatan cerai untuk suamiku. Tiga hari kemudian kubaca emailmu. Isi emailmu hampir sama dengan tanggapan seorang ustadzah yang juga mualaf.

Saat itu, sejujurnya aku masih dalam kondisi marah pada Allah. Aku merasa Allah banyak meminta dari hidupku. Aku mulai berhitung setiap sedekah, amal ibadah yang telah kulakukan untuk keluargaku khususnya suamiku.

Ibu mertuaku yang sangat menyayangiku itu setiap malam menangis membujukku untuk mencabut gugatan ceraiku.

Aku gamang, aku bingung. Hingga akhirnya di 1/3 malam di mana seharusnya manusia bermunajat kepada Rabbnya, namun aku justru menumpahkan kekesalanku pada Tuhanku.

"Apalagi yang kau inginkan dariku ya Allah....!!!!!"

"Mengapa bencana ini KAU hadirkan untukku? Bila KAU adalah Zat yang maha penyayang, seharusnya KAU adalah Zat yang maha perasa. Tidakkah kau bisa merasakan apa yang kurasakan? Hingga Kau turunkan syari'at poligami untuk menghukumku?"

Naudzubillah.... do'akan aku, Allah mengampuni dosaku di malam itu.

Aku tertidur. Sedikit lega rasa hatiku. Esok malamnya kuulangi lagi tengadahkan tanganku di 1/3 malam memohon ampunan karena entah mengapa tiba-tiba datang rasa bersalah. Kemudian aku mencoba saranmu. Satu minggu aku terlibat diskusi dengan Allah.

Hingga suatu hari dengan lantangnya ibu mertuaku mengatakan satu hal pada suamiku : "Pras, bila kamu tetap ingin menikahi gadis itu.... Pergi kamu dari rumah ini !!! Biarkan mama bersama Sharen dan anak-anak mu di rumah ini !!! Mama malu memiliki anak yang tidak tahu diri seperti kamu !!!"

Aku keluar dari kamarku. Ibu mertuaku langsung memelukku. "Kamu jangan pergi Sharen, biarkan Pras yang pergi. Dia tidak pantas menjadi suamimu. Maafkan mama yang telah gagal mendidik Pras menjadi laki-laki yang tahu diri."

Aku hanya menangis dalam diam. Suamiku pun hanya menunduk diam.

Malam itu kami bertiga (aku, ibu mertuaku dan suamiku) berdiskusi.

"Baiklah ma, aku tidak akan menikahi Azizah, bila itu hanya akan membuat mama dan Sharen tersakiti. Aku sangat menyayangi kalian. Maafkan aku...." Suamiku memeluk kami berdua.

Dear UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang