Pagi ini Sejeong bersiap karena ia dan mahasiswa satu jurusannya akan melakukan observasi di Bukchon Hanok Village lalu menginap selama beberapa hari.
"Jeongie-ah. Apakah aku tidak boleh ikut? Aku ikut, ya? Eohh??" tanya Taehyung yang sejak tadi merajuk ketika tau adiknya akan pergi selama beberapa hari.
Sejeong menghela nafas sedikit malas. "Tidak, Tae. Aku pergi bukan untuk liburan. Aku pergi dalam rangka belajar. Maka dari itu kau tidak boleh ikut,"
Taehyung memanyunkan bibirnya dan menjawab. "Tapi aku takut terjadi apa-apa denganmu lagi."
"Kau jangan mengatakan yang tidak-tidak. Kau membuatku takut," balas si bungsu.
"Nah! Maka biarkan aku ikut denganmu. Ya? Boleh ya? Jebal butakhae," ucapnya dengan menggosok kedua tangannya didepan dada.
"Atau aku meminta Yoongi hyung untuk menemanimu. Eotte?"
"Entahlah, aku juga lupa memberitahunya bahwa aku akan pergi hari ini. Sepertinya aku akan ke apartemennya setelah berkemas," ucap Sejeong sambil berpikir.
"Aku ikut!"
Sejeong menggelengkan kepala mendengar Taehyung yang ingin ikut padahal ia hanya ingin ke tempat Yoongi. Tetapi Sejeong tidak memikirkan itu karena lebih baik kakaknya mengikutinya sekarang dibandingkan jika Taehyung ikut pergi bersamanya nanti.
Lagipula, ia lebih menginginkan Yoongi yang menemaninya karena merasa lebih aman. Jahat memang, tetapi kita sedang berbicara fakta. Setelah memasukkan beberapa pasang baju ke dalam tasnya, ia keluar dari kamar dan mendapati kedua kakaknya yang sedang sibuk dengan laptopnya masing-masing.
Tanpa mengindahkan keduanya, ia berjalan ke arah pintu utama untuk pergi ke tempat Yoongi. Namun sebelum ia keluar dari apartemen, terdengar suara langkah kaki yang cepat menyusulnya ke depan.
"Aku pikir kau lupa," ucapnya pada Taehyung yang sudah berdiri dibelakangnya.
Mereka keluar dan berjalan ke apartemen nomor 903. Setelah sampai didepan pintu, Sejeong menekan bel dan menunggu sang penghuni keluar. Lima menit ia menunggu namun tidak mendapati Yoongi membuka pintunya. Akhirnya, ia menelpon nomor Yoongi.
Pada nada panggil keenam, barulah pemuda berkulit putih itu mengangkatnya.
"Hmm," balas tahu putih di sebrang telepon. Terdengar sangat tampan bahkan hanya suara ketika bangun tidur.
"Aku didepan apartemenmu, to–"
Suara Sejeong berhenti setelah telepon tersebut dimatikan secara sepihak oleh Yoongi. Ia memilih untuk menunggu karena ia tau pasti Yoongi akan membukanya.
"Kenapa lama sekali ya?"
Sejeong menoleh pada orang disebelahnya yang sudah bosan karena Yoongi sangat lama membuka pintunya. "Dia baru saja bangun," jelas Sejeong pada kakaknya.
Suara pintu yang akan terbuka membuat keduanya menoleh dan terkejut karena Yoongi tiba-tiba memeluk Sejeong dengan matanya yang tertutup. Sejeong juga refleks menutup kedua matanya dengan tangan setelah melihat Yoongi keluar tanpa mengenakan atasan.
"Apa kau sangat merindukanku?"
"Ya! Hyung! Lepaskan adikku! Aigoo, setidaknya pakailah baju atau yang lain untuk menutup tubuh kurusmu itu. Hyung, sadarlah!"
Taehyung mencoba untuk melepaskan Sejeong yang hanya pasrah menyembunyikan wajahnya dari tubuh atas Yoongi yang polos.
Setelah Taehyung memberitahu bahwa Yoongi tidak memakai atasan, sang empunya nama langsung tersadar bahwa ia lupa memakai atasan karena Sejeong yang membuatnya terburu-buru. Ia segera melepaskan pelukan tersebut dan lari ke dalam kamarnya dengan kecepatan yang tidak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Min Yoongi
Fanfiction[ RE-PUBLISH ] Lengkap ✔ Tidak pandai buat sinopsis. Langsung cek aja yuk. ٩(๑òωó๑)۶ Perhatian!! Tolong bijak dalam membaca. Keseluruhan cerita tidak mengambil dari keadaan aslinya, tetapi ada beberapa. Jadi tolong, jangan mengaitkan sesuatu yang ad...