Tentang Rindu : Bagian 4 "Jumpa"

586 8 0
                                    

Jumpa.

Tiga hari berlalu, lelaki itu mulai mengemban tugasnya. Ia harus bertemu dengan klien milik kawannya untuk membicarakan semua keinginan sang klien. Arjuna, lelaki yang mencintai seni fotografi namun memiliki gelar sarjana sosiologi dari Universitas Sumatera Utara mecoba melakukan tugasnya sebaik mungkin. Bandung sedang ramai pada sore itu oleh kendaraan yang hilir-mudik meneburkan asap polusi hitam; langit yang terasa hampa; udara pengap membuat ia merasa berada di bagian lain dari bumi. Sang klien berkata ia akan berada di sebuah kafe di jalan Ganesha, ia akan duduk di dekat jendela bagian timur lantai dua. Bergegaslah Juna menuju meja yang di maksud, di mana seorang gadis dengan kaus putih duduk sambil menopang dagu dan melihat kearah luar jendela. Arjuna pun terkejut, terlihat wajah yang sempat membuat jagatnya berhenti beberapa waktu lalu. Wajah itu membuat seorang Arjuna Citrakala meminta sang waktu untuk berhenti. Ia terlihat melamuni sesuatu, atau entah karena lagu milik Sheila On 7 yang diputar berulang ulang oleh pihak kafe membuatnya bosan.

Dua buah ketukan kecil di pundak gadis itu membuatnya lepas dari lamunannya dan menoleh kearah Juna. Ia mengerutkan dahi, mencoba menerka. Beberapa detik berselang, sampai akhirnya ia tersadar. "Kamu kan yang waktu itu di Tebing Karaton!" Serunya seraya menunjuk kearah Juna. Juna hanya tersenyum, padahal dalam hatinya ia loncat kegirangan oleh fakta bahwa wajahnya diingat gadis ini. "Arjuna." Dengan senyum lebar yang terlukis di wajahnya, ia berkata sambil menyodorkan tangan. "Kania." Balas sang gadis sambil meraih tangan Juna yang sedari tadi sudah melayang di hadapannya meminta untuk bersalaman."Oiya, kamu kliennya Agung ya?" Dengan tangkas Juna melanjutkan percakapan, karena ia tak mau hari ini menjadi canggung. "Iya, jangan bilang kamu fotografer nya mas Agung?" Sahut Kania. Juna hanya tertawa, dalam hatinya ia berkata "Untuk pekerjaan kali ini, tak dibayar pun aku rela. Yang penting aku sudah dapat nomornya.". "Silahkan duduk Jun." Sambil menepuk meja di depannya, ia mempersilahkan Juna duduk. Dan mereka pun mulai membicarakan soal pernikahan kakak nya Kania yang akan diselenggarakan hari Minggu pertama di bulan depan. Setelah itu, pembicaraan pun merambat jauh sampai-sampai arah jarum jam sudah menandakan jam setengah sembilan malam. Kania pun pamit undur diri.

Tentang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang